Go-Jek Indonesia masih menunda rencananya untuk menjual sahamnya (Initial PubÂlic Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mereka beralÂasan masih terhambat aturan.
President dan Co-Founder Go-Jek Andre Soelistyo menÂgatakan, Go-Jek saat ini masih jadi perusahaan baru yang masih dibangun. Sementara di Indonesia, untuk IPO ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Salah satu aturan IPO InÂdonesia yang menurut manaÂjemen Go-Jek belum dapat dipenuhi misalnya harus sudah mencatatkan laba. Padahal, di luar negeri, aturan IPO diniÂlainya lebih fleksibel sehingga mudah bagi start-up seperti Go-Jek menempuh listing.
"Perusahaan seperti kami masih muda, sejarah finansialÂnya masih dibangun," ujarnya di Jakarta, Senin (12/2).
Kendati begitu, dia meÂnegaskan, Go-Jek ingin
go public lebih cepat. Dengan demikian, konsumen atau driver bisa jadi pemegang sahamnya.
Dalam waktu dekat, Go-Jek berencana menyampaikan aspirasinya terkait kebijakan yang bisa mempermudah peÂrusahaan rintisan atau
start-up melantai di BEI. "Semoga kalau dari regulator bisa sesÂuaikan, kami senang sekali," kata Andre.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, secara umum, setiap regulasi memang harus mengakomodir seÂgala perubahan yang ada. Toh, perkembangan yang ada menunjukkan bahwa teknologi telah mengubah banyak sendi kehidupan.
"Saya bicara dengan BEI, agar tukang ojek bisa jadi pemegang saham. Saya ingin dorong itu," kata dia.
Rudiantara ingin mencegah Go-Jek mencatatkan diri di bursa luar negeri. Apalagi, TeÂmasek kini telah menjadi salah satu investor Go-Jek. "Kalau mereka listing di luar negeri dapat apa di Indonesia? Semua sistem regulasi di Indonesia harus diubah," ujarnya.
Sebelumnya, Go-Jek mendapatkan suntikan dana segar dari dua perusahaan besar Indonesia, Astra InterÂnational dan Djarum. Astra menyuntik Go-Jek sekitar Rp 2 triliun, sedang Djarum melalui Digital Global Niaga (GDN) tidak membocorkan nilainya. Google juga sebeÂlumnya menyuntik operator transportasi online ini.
CEO Go-Jek Nadiem MaÂkarim mengatakan, dana sunÂtikan investor akan digunakan untuk pengembangan bisnis mereka. "Alokasi dana sangat mengikuti besarnya market kita, terutama transportasi, makanan, logistik dan payÂment, itu empat terbesar yang mengambil resources dari budÂget kami," katanya. ***