Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan (RSU Kota Tangsel) masih merawat 13 pasien luka-luka akibat kecelakaan bus di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, Sabtu (10/2). Sementara tiga korban lainnya sudah diperbolehkan pulang.
Menjelang siang, ruang perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Tangsel yang berada di Jalan Pajajaran Nomor 101, Pamulang Barat, Pamulang, Kota Tangsel, Banten penuh sesak. Puluhan orang dirawat di puluhan bed yang tersedia di ruangan yang cukup besar itu. Di antara pasien yang dirawat, terÂdapat dua pasien yang menderita memar-memar dan luka berdÂarah di wajah dan juga beberapa bagian tubuh lainnya.
Pasien tersebut tampak kesuÂlitan menggerakkan badannya. Beberapa anggota keluarga yang menunggu di sampingnya tampak membantu posisi pasien yang masih kesakitan itu. "Adik saya patah tangan dan betisnya akibat kecelakaan kemarin," ujar Yahya, kakak ipar Supriyono salah satu korban luka akibat kecelakaan di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat di RSU Tangsel, kemarin.
Tidak sendirian, bersama satu korban luka lainnya Dasiah, keduanya menjalani perawatan intensif di IGD rumah sakit milik pemerintah itu. Tidak ada perlakuan khusus bagi korban kecelakaan, mereka sama-saÂma dirawat bercampur dengan pasien lainnya di satu ruangan yang steril itu. Di antara pasien satu dengan yang lainnya terdapÂat tirai yang bisa dibuka maupun ditutup. "Sore ini (kemarin) baru akan dioperasi pemasangan gips di tangan dan betis yang patah," ujar Yahya kembali.
Yahya menceritakan, adik iparnya berangkat bersama isÂtrinya, Siti Mulyana yang meruÂpakan anggota Koperasi Simpan Pinjam Pratama ke Tangkuban Perahu, Bandung. Keduanya menumpang bus nomor satu yang mengalami kecelakaan di Tanjakan Emen, Subang. "Alhamdulilah Supriyono selamat walaupun luka berat, tapi istrinÂya meninggal dunia di lokasi," ujar Yahya dengan sedih.
Kesedihan Supriyono, kata Yahya, karena dia tidak bisa menolong istrinya saat kecelakaan terjadi. Sebab, posisi Supriyono terjepit di dalam bus yang terguling. "Posisi Supriyono duduk tepat di belakang sopir," ujarnya.
Saat bus terbalik, Supriyono langsung jatuh ke sebelah kiri, sementara istrinya terpental keluar dari bus. "Apalagi pintu bus model geser sehingga saat dibuka posisinya tertindih badan bus," ucap Yahya.
Seandainya pintu bus tidak terbuka ada kemungkinan Siti Mulyana selamat karena poÂsisinya masih di dalam bus. Sedangkan kondisi Supriyono sendiri terjepit oleh bagasi dan barang-barang penumpang yang diletakan di kabin atas. "Terbalik ke kiri otomatis barang yang ada di bagasi atas jatuh semua dan menimpa dia," ujar Yahya.
Akibatnya, kata dia, Supriyono tidak bisa menolong istrinya karena tertimpa barang-barang milik penumpang.
Yahya berharap selama diraÂwat di RSU Tangsel tidak dipunÂgut biaya alias gratis. Apalagi, lanjutnya, Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diani juga sudah berjanji akan menggratiskan seluruh perawatan bagi korban luka yang dirawat di rumah sakit. "Untuk asuransi Jasa Raharja, istri Supriono yang meninggal sudah dapat Rp 50 juta dalam bentuk polis, tinggal dicairkan," ucap Yahya.
Direktur Utama RSU Kota Tangsel Suhara Manulang menÂgatakan, awalnya pasien yang dirawat di sini berjumlah 16 pasien. Dari jumlah tersebut, tiga di antaranya sudah diperbolehÂkan pulang atas permintaan keÂluarga, hari Minggu (11/2). "Dari 13 pasien yang dirawat, 11 masuk ke ruang perawatan biasa, dua pasien masih dalam perawatan intensif di ruang unit gawat daruÂrat (UGD)," ujar Suhara dalam keterangannya, kemarin.
Pasien yang dirawat di IGD, lanjut Suhara, adalah priyono (58) dan Dasiah (64). Keduanya, mengalami luka yang cukup serius pada bagian tangan dan kaki. "Dua yang akan diopÂerasi. Operasi tangan dan kaki, reposisi pelepasan gips," tandas Suhara.
Selain itu, lanjut dia, pasien yang bernama Satiah (56) dan Naman (42), juga mendadak harÂus dioperasi karena mengalami luka cukup serius. "Satu pasien lainnya atas nama Samirah (52), masih dirawat di ruang perawatan intesif (ICU) karena mengalami trauma tumpul pada thorax," sebutnya.
Seluruh pasien yang dirawat di RSU Kota Tangsel, kata Suhara, tidak dibebankan biaya alias gratis. Bahkan jika dibuÂtuhkan, korban luka berat akan dirujuk ke rumah sakit swasta. "Dari pemeriksaan ada beberapa (alat) yang tidak ada di sini, kita akan merujuk ke rumah sakit yang mempunyai alat memadai seperti CT-Scan," tandasnya.
Sementara, Kepala Bidang Pelayanan Medis RSU Kota Tangsel dr. Imbar Umar Gazali menambahkan, seluruh pasien yang dirawat kondisinya seÂmakin membaik dari waktu ke waktu. "Umumnya trauma pada kepala, kalau di kaki dan tangan patah tulang. Yang meninggal demikian juga, tapi lebih fatal patahnya. 95 persen yang luka maupun meninggal perempuan," sebut Imbar.
Menurut Imbar, pasca kejadian banyak korban yang masih menÂgalami trauma psikis, sehingga masih banyak korban yang syok dan belum banyak berbicara. "Bahkan, ada yang hanya diam saja dan belum mau berbicara sama sekali," sebut dia.
Imbar mengatakan, hingga saat ini, belum ada pasien yang dirujuk ke luar RSU Tangsel karena masih melakukan peraÂwatan lanjutan. Bila dari hasil pemeriksaan lanjutan berupa rontgen ada pasien yang perlu penanganan lanjut dan tidak bisa dilakukan di sini, maka pasien akan dirujuk ke rumah sakit lain yang bermitra dengan RSU Tangsel. "Seluruh biaya perawatannya akan ditanggung oleh pemerintah daerah," pungÂkasnya. ***