Berita

Sugiyanto/RMOL

Nusantara

Pembelian Lahan Waduk Pondok Ranggon III Rugikan Negara Minimal Rp 15 Miliar

JUMAT, 09 FEBRUARI 2018 | 04:16 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

. Pengadaan lahan untuk pembangunan Waduk Pondok Ranggon III di Jakarta Timur diduga menimbulkan kerugian keuangan Pemprov DKI Rp 15,49 miliar.

"Diduga sebelum lahan dibeli, oknum di Dinas Tata Air melakukan pengkondisian untuk mendapatkan keuntungan besar. Sehingga saat lahan dibeli oleh Pemprov DKI harganya menjadi jauh lebih tinggi, bahkan melampaui NJOP di wilayah itu," kata Ketua Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru (Katar), Sugiyanto, di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (8/2).

Sgy, demikian Sugiyanto disapa, mendatangi KPK untuk melaporkan kasus tersebut. Ia membawa hasil audit BPK Perwakilan DKI dan sejumlah dokumen lainnya sebagai barang bukti.


Dari hasil audit BPK diketahui kalau pada 2016 Dinas Tata Air membeli 24 petak bidang tanah seluas 16.903 m2 atau 1,69 hektare. Pengkondisian dilakukan dengan cara sebelum lahan dibeli Pemprov melalui Dinas Tata Air, lahan terlebih dulu dibeli dari si pemilik. Pembelian dilakukan pada 2012-2013 dengan harga Rp 150.000-Rp 500.000 per meter persegi.

Petunjuk bahwa pembelian ini merupakan sebuah pengkondisian, karena saat lahan dibeli warga setempat maupun pemilik lahan tidak diberitahu kalau lahan itu akan dijadikan waduk. Bahkan transaksi jual beli tidak dilakukan di hadapan notaris.

"Menurut keterangan pemilik lahan, yang membeli lahan mereka berinisial Jml, mantan pekerja harian lepas di Dinas Pekerjaan Umum bidang Tata Air," jelas Sgy.

Setelah APBD 2016 disahkan dan dana dapat dicairkan, Dinas Tata Air membeli lahan seluas 1,69 hektare itu dengan harga Rp 32 miliar atau Rp 1,8 juta meter persegi.

Padahal, jika mengacu pada Pergub No 408 Tahun 2016 tentang Penetapan NJOP Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan Tahun 2017, NJOP lahan yang berlokasi sejajar dengan lahan dimana waduk akan dibangun yang berada di Jalan Setia Warga I, Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, hanya ditetapkan sebesar Rp 855.000-Rp 977.000 meter persegi.

Dengan demikian, katanya, diduga telah terjadi mark up pembelian lahan yang merugikan Pemprov DKI minimal Rp 15.494.778.000 dan maksimal Rp 17.556.994.000.

"Saya berharap KPK segera menindaklanjuti kasus ini dan menangkap serta memenjarakan siapa pun yang terlibat. Tanpa pandang bulu," tegas aktivis Ibu Kota ini.

Tak hanya ke KPK, dia menyampaikan kasus ini juga dilaporkan ke Gubernur Anies Baswedan dan DPRD DKI.[dem]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Denny Indrayana Ingatkan Konsekuensi Putusan MKMK dalam Kasus Arsul Sani

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30

HAPPI Dorong Regulasi Sempadan Pantai Naik Jadi PP

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22

Pembentukan Raperda Penyelenggaraan Pasar Libatkan Masyarakat

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04

Ijazah Asli Jokowi Sama seperti Postingan Dian Sandi

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38

Inovasi Jadi Kunci Hadapi Masalah Narkoba

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12

DPR: Jangan Kasih Ruang Pelaku Ujaran Kebencian!

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06

Korban Meninggal Banjir Sumatera Jadi 1.030 Jiwa, 206 Hilang

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

Bencana Sumatera, Telaah Konstitusi dan Sustainability

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

PB HMI Tegaskan Putusan PTUN terkait Suhartoyo Wajib Ditaati

Senin, 15 Desember 2025 | 23:10

Yaqut Cholil Masih Saja Diagendakan Diperiksa KPK

Senin, 15 Desember 2025 | 23:07

Selengkapnya