Berita

Anggota DPR RI/net

Politik

Bahaya, Anggota DPR Terus Berpura-pura Jadi Ahli Hukum

SABTU, 03 FEBRUARI 2018 | 10:54 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Memprihatinkan bila melihat pembahasan sebuah UU di antara anggota DPR RI. Mereka yang sudah tercemar kepentingan politik terkesan paling tahu soal aturan hukum dan akhirnya menegosiasikan aturan hukum.

Demikian salah satu pandangan yang menarik dari diskusi "RKUHP Anti Demokrasi?" di Gado-gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu pagi (3/2). Diskusi ini secara khusus membahas upaya pemerintah dan DPR menghidupkan lagi pasal penghinaan terhadap presiden dan wakil presiden dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP).

Kegelisahan diungkapkan oleh ahli hukum tata negara, Bivitri Susanti. Ia mengaku sangat khawatir terhadap pembahasan KUHP di DPR RI, karena anggota DPR berpura-pura jadi ahli hukum.


"Mereka berpura-pura jadi ahli hukum. Misalnya, berdebat soal pasal-pasal ramai yang dibicarakan, misalnya pasal LGBT dan lain-lain, itu dinegosiasikan," kata dia.

Menurutnya tidak ada perdebatan yang menyinggung prinsip-prinsip hukum, sebut saja yang terkait kesusilaan dan hal-hal privat warga negara lain yang tidak dimasuki negara.

"Tidak ada perdebatan prinsip soal pasal kesusilaan dan peraturan yang seharusnya tidak dimasuki negara," tegasnya.

Sebelumnya, wartawan senior, Hamid Basyaib, yang juga hadir dalam acara tersebut, berbicara lebih keras. Ia mengatakan, penyusunan aturan-aturan hukum memang tidak pantas dikerjakan oleh aktivis-aktivis atau politikus-politikus yang tidak mengerti substansi hukum. Sangat berbeda dengan UU dan peradilan di zaman kolonial Belanda, yang sangat berwibawa karena dibuat oleh para profesor hukum dan ilmu sosial yang berwibawa pula.

Mengenai upaya menghidupkan "pasal karet" penghinaan presiden dan wakil presiden lewat Rancangan KUHP, ia menduga kuat ini adalah strategi untuk mendapatkan hasil minimal dari kepentingan politik tertentu.

"Kita harus hati-hati, ini saya duga dibuat setinggi mungkin agar kemudian ditawar dan ditawar, lalu berapapun hasilnya dia akan menang," ucapnya. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya