Berita

Foto/Net

Bisnis

Biayai Proyek Pemerintah, Bank Rela Patok Margin Minim

2018 Tren Penurunan NIM Akan Berlanjut
SENIN, 22 JANUARI 2018 | 09:42 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan per November 2017 terjadi penurunan secara tahunan year on year (yoy) dari 5,6 persen ke 4,9 persen. Meski turunnya cukup signifikan, NIM perbankan Indonesia masih memegang rekor yang terbesar di Asia Tenggara.

Secara industri, NIM per­bankan sampai Oktober 2017 sebesar 5,32 persen alias turun 33 basis poin (bps) secara tahu­nan. Turunnya NIM ini terjadi disemua kelompok BUKU bank, kecuali BUKU II yang margin bunga bersihnya masih naik 10 bps menjadi 5,15 persen.

Dan di tahun ini, tren penu­runan NIM perbankan diramal akan terus terjadi. Hal ini lantaran perbankan masih banyak yang membiayai proyek infrastruk­tur, di mana proyek pemerintah terkenal memiliki margin bunga yang cukup rendah.


Dikatakan Direktur Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan dari Lembaga Penja­min Simpanan (LPS) Dody Arie­fianto, tahun ini perbankan masih akan gencar membiayai proyek pemerintah. Alhasil, bank tidak akan mematok NIM tinggi.

"Faktor lainnya yang me­nyebabkan NIM trennya masih rendah diakibatkan mulai be­ralihnya bank ke segmen pem­biayaan berisiko rendah, sep­erti konsumsi dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Segmen tersebut juga memiliki margin tidak terlalu besar," terang Dody kepada Rakyat Merdeka.

Sampai kuartal I-2018, Dody memprediksi, NIM perbankan diproyeksikan di kisaran 5-5,2 persen. "Faktor utama yang me­nekan NIM adalah masih ting­ginya kredit yang direstrukturi­sasi, yaitu lebih dari 5 persen," kata Dody.

Di sisi lain, lanjut Dody, NIM Indonesia memang masih yang tertinggi di perbankan Asia, oleh sebab itu bank di Indonesia ban­yak diincar investor global.

"NIM di Indonesia merupa­kan salah satu yang terbesar. Hal ini berefek ke kemampuan bank menghadapi tekanan dan likuiditas yang cukup bagus," tuturnya.

Di kesempatan berbeda, Deputi Komisioner Penga­was Perbankan I Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Boedi Armanto mengatakan, salah satu faktor yang mempengaruhi NIM tahun ini adalah sumber dana bank.

"Salah satunya adalah seber­apa besar penurunan bunga deposito perbankan diband­ingkan dengan bunga kredit," terangnya.

Boedi bilang, jika penurunan bunga deposito lebih banyak dibandingkan dengan bunga kredit, maka ada potensi NIM masih bisa naik. Namun jika bunga kredit penurunnya lebih besar, maka margin keuntungan bank bisa tergerus.

Faktor lain, sebut Boedi, ada­lah perbaikan rating investasi Indonesia. Selain itu, kondi­si likuiditas perbankan juga bisa mempengaruhi margin bunga perbankan. "OJK mem­perkirakan NIM perbankan akan berkisar antara 5-6 persen sepan­jang tahun ini," ucapnya.

Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Herry Sidharta memproyek­si, NIM di kuartal I-2018 akan berkutat di level 5,5-6 persen. Angka ini tidak jauh berbeda dari realisasi NIM BNI di kuartal sama tahun lalu 5,6 persen.

"Faktor yang mempengaruhi NIM adalah biaya dana. Kami berusaha menjaga dana murah di tingkat maksimal," kata Herry.

Sepanjang 2017, dana murah BNI mencapai 63 persen dari total dana pihak ketiga (DPK). Rasio ini naik dari periode sama 2016 sebesar 60,4 persen. Seir­ing dengan peningkatan dana murah BNI mencatat penurunan biaya dana.

Cost of fund (biaya dana) BNI pada 2017 sebesar 3 persen, turun tipis dari 2016 sebesar 3 persen. Biaya dana turun ini salah satu­nya karena jumlah tabungan naik 46,4 persen year on year menjadi Rp 10,4 triliun.

"Penghimpunan dana murah dicapai dengan optimalisasi produktivitas outlet, peningka­tan fitur e-channel, memperkuat hubungan institusi dan pengem­bangan branchless banking," terangnya.

Sementara Direktur Utama PT Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi mengakui, saat ini per­bankan tidak bisa dibilang meng­incar margin tinggi. Justru katanya, kebanyakan bank menahan NIM ke level yang lebih rendah.

"Kalau saat ini NIM rata-rata bank berada di bawah 4,5 persenan, jadi tergolong tidak tinggi dan di tahun ini masih memungkinkan turun sedikit lagi," imbuhnya ke­pada Rakyat Merdeka. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya