Berita

Foto/Net

Bisnis

Duh, Produksi Kertas Terancam Kusut Nih

15 Perusahaan Gulung Tikar
SABTU, 13 JANUARI 2018 | 12:57 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Asosiasi Pengusaha Kertas dan Pulp Indonesia (APKI) mencatat sepanjang tahun lalu ada 15 perusahaan kertas yang berhenti operasi karena sejumlah faktor. Salah satunya tingginya biaya produksi. Jika terus dibiarkan, produksi kertas bisa terancam kusut.

Ketua APKI Aryan Warga Dalam mengatakan, dari total 85 izin perusahaan pulp dan kertas yang tercatat beroperasi di Indonesia saat ini yang aktif adalah sebanyak 70 perusa­haan. "Tahun ini catatan kami ada 15 perusahaan tidak berop­erasi," kata Aryan di Jambi, kemarin.

Dia menjelaskan, dari 70 pe­rusahaan pulp dan kertas yang masih aktif beroperasi itu, dua perusahaan bergerak di sektor pengolahan pulp. Lalu enam perusahaan di sektor pengolahan pulp dan kertas (terintegrasi) dan 62 perusahaan di sektor pengo­lahan industri kertas.


Sementara itu, dari perusahaan yang aktif itu saat ini memiliki kapasitas produksi untuk in­dustri pulp sebesar 8,3 juta ton. Sedangkan kapasitas industri kertas secara nasional sebanyak 10,43 juta ton per tahun.

"Berdasarkan catatan kami pada 2017 dari perusahaan yang aktif itu mampu memproduksi pulp sebanyak 7,1 juta ton dan produksi kertas sebanyak 10,6 juta ton," katanya.

Pihaknya mengklaim, peluang industri pulp dan kertas ke depan masih terbuka lebar. Apalagi konsumsi kertas masyarakat di Indonesia yang dinilai saat ini masih rendah.

"Kami meyakini industri pulp dan kertas masih punya pe­luang, karena konsumsi kertas di Indonesia per kapita hanya 32,6 kilogram dan kondisi ini masih rendah dibandingkan dengan negara maju lainnya," kata Aryan.

APKI mencatat sekitar 60 persen dari produksi pulp dan kertas dalam negeri diekspor dan nilai ekspor kertas nasional pada tahun 2016 mencapai 3,4 miliar dolar AS. Sementara nilai ekspor pulp sebesar 1,5 miliar dolar AS. China dan Korea masih jadi tujuan ekspor. Kemudin disusul Jepang dan Amerika Serikat.

"Hasil ekspor tersebut me­nempatkan Indonesia sebagai produsen pulp terbesar ke-9 dunia, dan untuk produksi ker­tas, Indonesia berada di posisi enam dunia," tukasnya.

Turunkan Harga Gas

Pelaku industri kertas dalam negeri mendesak pemerintah untuk segera menurunkan harga gas. Saat ini, harga gas dinilai masih kemahalan sehingga ber­pengaruh besar terhadap total biaya produksi.

Menurut Aryan, "Pelaku usaha masih keberatan dengan tingginya harga gas yang digunakan se­bagai bahan bakar untuk indutri pulp dan kertas dalam negeri. Saat ini, harganya antara 9-11 dolar AS per mmbtu (million metric british thermal units)," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Masih tingginya harga gas sangat berpengaruh besar ter­hadap total biaya produksi. "Kami mendesak pemerintah agar merealisasikan penurunan harga gas industri kertas men­jadi 5 dolar AS per mmbtu," ungkapnya.

Penurunan harga gas diperlu­kan untuk mendorong pening­katan kinerja industri pulp dan kertas sebagai indutstri nasional yang strategis dan prioritas. Un­tuk menyiasati tingginya harga gas itu, pihaknya mendorong anggotanya untuk menggunakan bahan bakar alternatif dengan memanfaatkan limbah kulit kayu untuk pembangkit bagi industri itu. "Sebagian besar perusahaan pulp dan kertas sudah menerap­kan itu," tukasnya.

Sebelumnya, Peneliti Lem­baga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Riyanto mengatakan, industri pulp dan kertas memiliki peran yang besar dalam perekonomian. Pasalnya, industri kertas menyerap jutaan tenaga kerja.

Berdasarkan data tahun 2016 setidaknya industri pulp dan kertas menyerap 1,49 juta orang. Menurutnya, jika industri ini terganggu maka sekitar 6 juta orang terganggu kehidupannya. "1,5 juta tenaga kerja yang terli­bat. Kalau industri collapse atau tutup ada 1,5 juta orang, kalau 4-5 orang antara 6 juta orang ter­ganggu kehidupannya walaupun sementara," kata dia

Dia menuturkan, industri ini terkait dengan banyak industri lain. Sebutnya, industri pulp dan kertas berkaitan dengan produksi kemasan, tisu, dan lain-lain. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Slank Siuman dari Jokowi

Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02

Setengah Juta Wisatawan Serbu Surabaya

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30

Pilkada Mau Ditarik, Rakyat Mau Diparkir

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19

Bukan Jokowi Jika Tak Playing Victim dalam Kasus Ijazah

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00

Sekolah di Aceh Kembali Aktif 5 Januari

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50

Buruh Menjerit Minta Gaji Rp6 Juta

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07

Gegara Minta Duit Tak Diberi, Kekasih Bunuh Remaja Putri

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01

Jokowi-Gibran Harusnya Malu Dikritik Slank

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45

Pemprov DKI Hibahkan 14 Mobil Pemadam ke Bekasi hingga Karo

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05

Rakyat Tak Boleh Terpecah Sikapi Pilkada Lewat DPRD

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02

Selengkapnya