Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sudah meluncurkan program One Karcis One Trip (OK Otrip), pada 22 Desember 2017 lalu. Salah satu janji kampanye Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno ini akan mulai diuji coba pada 15 Januari hingga 15 April 2018. Sayangnya masih sepi peminat. Warga masih belum mau diajak naik transportasi massal.
Sepekan jelang uji coba, sudah berapa kartu yang terjual? Sejak 22 Desember 2017 hingga 03 Januari 2018 lalu, penjualan kartu yang dipusatkan di 10 halte TranÂsjakarta yang telah ditentukan, tercatat hanya 775 lembar.
Kepala Humas PT Transjakarta, Wibowo mengatakan, pada tahap awal ini, ada sebanyak 2.500 kartu OK Otrip yang dicetak. Sejauh ini, kartu tersebut lumayan diminati penumpang. Terbukti dalam dua pekan penÂjualannya sudah mencapai 775 kartu. "Penjualan kartu OK Otrip sudah mencapai 775 lembar sejak dipasarkan 22 Desember lalu," ujarnya di Jakarta.
Bowo merinci, 10 halte TranÂsjakarta yang menjual kartu OK Otrip masing-masing Halte Grogol 1 dan 2, Halte Matraman 1 dan 2, Halte Dukuh atas 1 dan 2, Halte Harmoni, Halte KamÂpung Melayu, Halte Tanjung Priok, Halte Enggano, Halte Penas Kalimalang, Halte Lebak bulus dan Halte Kalideres. "PenÂjualan merata di semua halte. Karena kartu memang sudah bisa langsung dipakai di seluruh koridor Transjakarta," ujarnya.
Menurut dia, satu kartu OK Otrip dijual senilai Rp 40 ribu dengan saldo Rp 20 ribu. Selain untuk Transjakarta, kartu tersebut juga bisa digunakan untuk perjalanan Commuter Line atau KRL.
Seperti diketahui uji coba penerapan OK Otrip dilakukan selama tiga bulan, tepatnya dari 15 Januari hingga 15 April. Uji coba dilakukan dengan 69 angkutan bus kecil di empat trayek, yakni Jelambar Jakarta Barat, Warakas Jakarta Utara, Duren Sawit Jakarta Timur, dan Lebak Bulus Jakarta Selatan. Selama uji coba, penumpang hanya perlu membayar Rp 3.500 untuk satu tujuan perjalanan dari titik awal sampai ke titik tujuan. Setelah uji coba, tarif disesuaiÂkan menjadi Rp 5.000.
Namun durasi waktunya setelah menge-tap kartu pertama kali, hanya tiga jam. Setelah itu, penumpang dianggap menlakuÂkan perjalanan baru,
Ketua Koalisi Rakyat PeÂmerhati Jakarta Baru (Katar) Sugiyanto Emik menilai, OK Otrip tidak menarik bagi warga. Sehingga peminatnya masih sedikit. Apa alasannya? Selain soal teknis, yakni sosialisasi yang kurang, warga juga tak tertarik naik angkutan massal.
"Konsepnya memang bagus dan murah. Cuman bisa gak dijalankan? Adanya program ini supaya pindah ke transporÂtasi massal? Tetapi transportasi massal utamanya, yakni TransjaÂkarta masih belum maksimal," kata Sugiyanto saat berbincang dengan
Rakyat Merdeka.
Dikatakannya, Transjakarta harus terlebih dahulu berbeÂnah. Persoalan waktu tunggu alias headway, antrean panjang dan berjubel-jubel, kemacetan karena jalur belum steril, memÂbuat warga kurang minat naik Transjakarta. Akhirnya, warga lebih memilih bayar mahal dengan naik angkutan daring alias online.
"Gak bakal tertarik itu. Orang lebih milih keluar duit banyak, gak mau nunggu lama, ogah ngantre. OK Otrip akan sia-sia. Orang minat sedikit, apa gunanya? Wong masih gak nyaman, masih kena macet juga, ini harus dibenahi dulu," sarannya.
Apalagi, warga memandang Transjakarta bukan sebagai gadis cantik, melainkan janda tua. "Kalau sudah baik TransjaÂkarta, gak ada oke-oke an, itu berebut kok naik Transjakarta, Kalau masih begitu, gak tertarik deh," ingatnya.
Setelah transportasi utama sudah bagus, lanjut dia, baru feeder dan penghubungnya dibenahi. Ini berkait dengan integrasi metromini, angkot dan angkutan yang lain yang belum mau integrasi.
"Pemerintah harus berkorban. Kalau mau merangkul mereka, harus menguntungkan di bawah konsorsium misalnya. FormuÂlasinya harus jelas. Diambil semua trayeknya, sopir dengan gaji tetap. Tapi mampu gak Pemprov bayar itu semua? IntiÂnya, OK Otrip itu, kalau tidak memberikan perubahan, jangan malu dibatalkan," paparnya.
Sementara itu, Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti NirÂwono Yoga memberi catatan soal durasi waktu tiga jam. Sebaiknya, batasan waktunya tidak sependek itu. Harusnya, minimal durasi berÂlakunya untuk sekali tap kartu 12 jam. Yakni dari pukul 06.00 pagi sampai 18.00 sore saat orang beÂrangkat dan pulang kerja. Sedangkan khusus untuk anak sekolah sebaiknya berlaku sehari full.
PRberikutnya adalag inteÂgrasi dengan angkot, metromini dan kopaja secara menyeluruh. Artinya, Pemprov DKI harus segera menggandeng semua jenis angkutan ini di bawah payung PT Transjakarta.
Wagub Sandi Bakal Terjun Langsung Jualan OK Otrip Program One Karcis One Trip (OK Otrip) akan mulai diuji coba 15 Januari hingga 15 April mendatang. Sayangnya, peminatnya masih sedikit.
Wakil Gubernur DKI JaÂkarta Sandiaga Salahudin Uno mengakui pengguna program OK Otrip masih rendah. Penggunanya tak mencapai lima ribu orang. Untuk itu, pihaknya akan meningkatkan sosilaisasi OK Otrip agar dapat mengejar target tersebut.
"Sekarang ini kalau enggak salah belum sampai 5 ribu penggunanya, masih sangat rendah," aku Sandi di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan.
Sandi menyebut, sebeÂnarnya, banyak sekali pengÂguna yang terbantu dengan OK Otrip. Namun, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memerlukan masukan dari masyarakat soal program ini.
Dia berharap, warga mau mencoba program ini. Pemprov DKI akan menyosialisasikan secara massif prorgam OK Otrip.
"Untuk meningkatkan peÂlayanan, kita butuh lebih banÂyak lagi yang menggunakan. Jadi kita ingin agar periode uji coba ini banyak yang menggunakan supaya banyak masukan-masukan agar bisa melakukan perbaikan. OK Otrip butuh dorongan dan sosialisasi yang lebih baik. Saya sudah banyak terima masukan dari teman dan masyarakat di 4 lokasi atau trayek rute itu merasakan keunggulan dari OK Otrip," katanya.
Selain itu, Sandi menilai, kurangnya pemberitaan meÂdia terkait OK Otrip menjadi salah satu penyebab minimÂnya perhatian publik terhadap program unggulan Pemprov DKI di bidang transportasi ini. "Karena minimnya eksÂposer terhadap OK Otrip, kita banyak sekali agenda yang kita lakukan oleh Pemprov ini terbenam dengan berita-berita lain," ujarnya.
Agar masyarakat tertarik dengan program ini, Sandi mengatakan akan langsung terjun memperkenalkan dan mensosialisasikan OK Otrip kepada masyarakat. "Saya mungkin minggu ini akan mencoba sendiri menjadi kelinci percobaan OK Otrip," imbuhnya.
Sandi juga mengaku heran mengapa masyarakat tidak menaruh perhatian ataupun tertarik terhadap program ini. Padahal ia telah meminta TransJakarta dan Dinas PerÂhubungan DKI untuk meningÂkatkan layanan OK Otrip.
Serupa, Deputi Gubernur DKI Bidang Industri PerdaÂgangan dan Transportasi (InÂdagtras), Sutanto Soehodho meminta, jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait diminta untuk turut serta mensukseskan program tersebut.
SKPD yang juga terlibat dalam program ini selain DiÂnas Perhubungan seperti DiÂnas Bina Marga, Dinas Tata Air, Inspektorat, Biro PerÂekonomian serta Dinas KehuÂtanan. Sutanto pun meminta agar sosialisasi program OK Otrip lebih digencarkan. "Saya minta setiap SKPD memahami jelas program ini seperti apa," ujarnya di Balai Kota DKI Jakarta.
Sementara itu, Dinas PerÂhubungan (Dishub) DKI meÂrencanakan memasang alat tapping di 69 angkot. Kepala Dishub DKI Jakarta Andri Yansah menyebutkan proses pengadaan alat tapping kini dalam proses lelang. Pada 10 Januari 2018 alat itu akan datang, dan kemudian tiga hari berikutnya, akan mulai dilakukan pemasangan di 69 angkot. "Tanggal 11, 12, 13, 14 itu pemasangannya (inÂstalasi alat tapping) tanggal 15 Insya Allah sudah oke," kata Andri kepada wartawan di Jakarta.
Andri menjelaskan, pihaknya telah memesan alat tapping sebanyak 100 item. Ini untuk persiapan bila program OK Otrip diminati warga DKI, dengan begitu otomatis pihaknya pun akan mempersiapkan tambahan trayek OK Otrip.
Terkait program ini, GuÂbernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan bertemu dengan Gubernur Bank IndoÂnesia (BI) Agus MartowardoÂjo untuk membahas koneksi sistem perbankan yang akan diberlakukan dalam program OK Otrip.
"Kita membutuhkan duÂkungan BI agar program OK Otrip bisa tersambungkan dengan sistem perbankan dan sesuai dengan seluruh ketentuan yang ada di Bank Indonesia," kata Anies.
Menurut Anies, Agus telah menginstruksikan jajaranÂnya untuk mendukung pelaksanaan uji coba OK Otrip. BIK akan melakukan peninÂjauan terhadap program yang menggunakan uang elektronik untuk melakukan transaksi pembayaran saat mengguÂnakan transportasi, seperti layaknya Transjakarta.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menÂgatakan OK Otrip memang membutuhkan dukungan BI. "Mengenai integrasi transÂportasi di Jakarta, itu membuÂtuhkan dukungan BI agar proÂgram OK Otrip bisa terhubung dengan sistem perbankan," kata Agus. ***