Memasuki tahun politik, pengusaha optimis penjualannya akan meningkat dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, permintaan barang diramalkan akan meningkat.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat memprediksi, penÂjualan tekstil dan produk tekstil tahun ini akan naik. Pasalnya, setiap masuki tahun politik perÂmintaan kaos untuk kampanye akan meningkat.
"Kegiatan Pilkada serentak tahun ini akan mendongkrak penjualan sampai 10 persen. karena semua calon pasti memÂbutuhkan kaos untuk kampenya," ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Dia berharap, tingginya perÂmintaan kaos dapat memberikan nafas segar bagi pengusaha tekÂstil. Sebab, penjualan domestik tahun lalu kurang greget.
Pada tahun lalu, API mencatat penjualan tekstil domestik hanya mencapai Rp 90 triliun. Angka menurun dibandingkan penÂjualan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 105 triliun. PenuÂrunan disebabkan oleh lemahnya daya beli masyarakat.
Menurut Ade, pengusaha terÂtolong oleh penjualan ekspor yang naik 5 persen dari 11,8 miliar dolar AS menjadi 12,4 miliar dolar AS. "Ini karena hasil relokasi pabrik ke Jawa Tengah sehingga daya saing kita menguat," ujarnya.
Ketum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan, kegiatan politik di 2018 menjadi salah satu faktor positif bagi industri ritel. Kegiatan kampanye akan mendorÂong tim sukses membelanjakan anggarannya cukup besar.
Dia optimis, kondisi tersebut bakal menggairahkan usaha ritel. Sebab, kegiatan yang berkaitan dengan kampanye mampu memÂberi kontribusi terhadap aktivitas belanja di toko ritel. "Ini yang kami lihat menjadi suatu peÂluang, kesempatan untuk tahun ini karena adanya pilkada yang cukup banyak," tuturnya.
Ketum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) HariyaÂdi Sukamdani menilai, pesta demokrasi tahun ini lebih konÂdusif ketimbang 2017. "SepertiÂnya industri ritel mulai bangkit, dan nanti kami perkirakan di 2018 politik itu pengaruhnya sangat kecil," ujarnya.
Hariyadi menilai, iklim politik akan kondusif. Karena pada pilkada tahun ini, tidak ada toÂkoh kontroversial yang berpoÂtensi menyulut atmospir politik hingga mampu memecah-belah masyarakat. Menurutnya, kondisi politik yang tidak stabil seperti tahun lalu lebih berimbas negatif bagi kalangan kelas menengah.
Padahal, lanjut Hariyadi, kelas menengah menjadi salah satu tumpuan untuk menggerakkan bisnis di bidang ritel. Tahun lalu mereka cenderung menahan beÂlanja mengingat kondisi politik yang kurang bersahabat.
Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto berÂharap, dengan adanya Pilkada serentak akan meningkatkan penjualan mobil Toyota.
"Kita targetkan penjualan sama dengan tahun lalu. Namun, dengan adanya Pilkada kita berÂharap bisa lebih," ujarnya.
Rangsang Perekonomian Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong sebelumnya mengatakan, kegiatan Pilkada setentak tahun ini bisa merangÂsang pertumbuhan ekonomi. Apalagi, kegiatan kampanye membuat tim sukses banyak menggelontorkan dananya di sektor riil, seperti percetakan spanduk, iklan, jasa katering, penginapan, dan quick count.
"Tahun politik ini stimulatif untuk ekonomi, keberadaan kampanye turut menggerakkan kegiatan ekonomi. Berbagai acara saat kampanye pasti akan menyediakan makanan dan minuman, yang otomatis berÂpengaruh pada jasa sewa katerÂing. Sektor jasa lainnya semisal angkutan, penginapan, dan keÂbersihan juga akan tergunakan," ujar Lembong.
Dia menegaskan, kegiatan politik terbukti mengerek perekoÂnomian hampir di seluruh negara. Di Indonesia sendiri, perputaran uang di setiap kegiatan Pilkada akan menstimulus perekonomian. Dengan begitu investor tak perlu lagi
wait and see di tahun politik. "Tahun politik itu biasanya tahun yang baik untuk ekonomi," kaÂtanya. ***