Berita

Bisnis

Harga Pangan Mahal, Angka Stunting Masih Tinggi Di Indonesia

KAMIS, 04 JANUARI 2018 | 10:19 WIB | LAPORAN:

RMOL. Stunting masih menjadi salah satu momok menakutkan bagi anak Indonesia. Tingginya angka stunting di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah yang harus diselesaikan.

Selain belum memasyarakatnya gaya hidup sehat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan, ketidakmampuan masyarakat untuk mengonsumsi makanan bergizi karena mahalnya harga pangan juga menjadi penyebab masih tingginya angka stunting di Tanah Air.

Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami hambatan dalam pertumbuhan karena mengalami kurang gizi kronis. Kondisi ini biasanya berlangsung sejak anak berada di dalam kandungan. Kondisi ini ditandai dengan tinggi badan anak yang kurang dari tinggi badan anak normal pada usianya. Baru terlihat jelas setelah usia anak dua tahun, stunting dapat menurunkan tingkat kecerdasan dan produktivitas si anak.


Berdasarkan data dari Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek yang disampaikan dalam Rapat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan tentang stunting pada pertengahan tahun 2017 lalu, sebanyak 9 juta anak Indonesia atau 37,2 persen menderita stunting.  

Berdasarkan data dari Bank Dunia, Indonesia berada di posisi kelima dunia dalam jumlah anak dengan kondisi stunting. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 178 juta anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia pertumbuhannya terhambat karena stunting.

"Banyak orang yang tidak mampu menyediakan pangan bergizi dikarenakan harganya yang mahal. Hal ini berdampak pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Padahal pemenuhan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak sangat penting untuk masa depannya," terang Kepala Bagian Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi melalui siaran pers, Kamis (4/1).

Hizia mengingatkan, permasalahan kurang gizi tidak sesederhana sebagaimana yang terlihat dari luarnya. Permasalahan gizi, kalau tidak segera ditindaklanjuti, kata dia, bisa menuntun bangsa ini menuju kondisi yang tidak menguntungkan. Pemerintah tidak cukup hanya menciptakan kebijakan tapi juga harus melihat efektivitasnya.

Ketersediaan pangan adalah kunci dari terjangkaunya harga pangan itu sendiri. Namun pada kenyataannya, tidak semua komoditas pangan yang dihasilkan petani bisa memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Penerapan berbagai kebijakan yang menghambat terjadinya mekanisme pasar dan pembatasan impor yang berlebihan adalah penyebab tingginya harga pangan.

Hizkia menambahkan, walaupun jumlah orang miskin menurun, mahalnya harga pangan masih berkontribusi pada kemiskinan tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah orang miskin menurun dari 10,64% pada Maret 2017 menjadi 10,12 persen pada September 2017. Pangan menjadi kontributor terbesar kemiskinan dengan angka 73,35 persen.

Komoditas yang mempengaruhi kemiskinan antara Maret sampai September 2017 adalah beras, rokok, daging sapi, telur, ayam ras. Daging ayam ras. Penurunan angka kontribusi pangan pada kemiskinan juga tipis dari 73,31 persen di Maret 2017.

“Pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang lebih efektif terkait ketersediaan pangan dan harganya yang terjangkau. Kalau pangan tersedia dan harganya terjangkau, masyarakat bisa memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarganya dengan tidak menghabiskan hampir semua penghasilannya," tukas Hizkia.[wid]

 

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya