Berita

Foto/Net

Politik

Problematika Papua Perlu Disikapi Bersama

SELASA, 19 DESEMBER 2017 | 23:27 WIB | LAPORAN:

Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI) FISIP Universitas Prof. Dr Moestopo (Beragama) merasa sudah banyak pencapaian Pemerintah dalam pembangunan Papua yang belum dipublikasikan. Akibatnya, sebagian masyarakat kurang tahu bahwa saat ini telah banyak perubahan di Bumi Cenderawasih.
 
Atas hal itu, HIMAHI menggelar seminar nasional terkait dengan Sejarah, Pembangunan, dan Geopolitik Papua di Kampus UPDM (B), Jakarta, Selasa (19/12).

Seminar ini sekaligus untuk menanggapi derasnya propaganda dilakukan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Misalnya, isu genosida, kemiskinan, hingga tudingan adanya penyiksaan fisik oleh aparat keamanan di Papua.
 
Pengamat kebijakan publik Farahdina Al Anshori yang jadi pembicara dalam seminar itu mengemukakan bahwa masalah Papua perlu dicermati dalam konteks keberadaan Indonesia sebagai bagian dari kawasan negara di Pasifik.

Dalam konteks ini, harus dipahami bahwa tentu ada negara lain yang tidak ingin Indonesia maju karena dapat menjadi ancaman bagi mereka.

"Di sisi lain, mereka juga tidak menghendaki Indonesia pecah. Sebab, perpecahan Indonesia, yang merupakan negara besar, akan berdampak pada stabilitas kawasan regional," ujar Farah.

Mengenai pembangunan Papua, dia yakin sudah sangat banyak. Dalam sebuah survei di 2017 disebutkan bahwa 90 persen masyarakat Papua puas dengan kerja Jokowi.

Agar pembangunan di Papua bisa semakin teras, Farah mendorong semua stakoholder ikut membantu Pemerintah.

"Permasalahan Papua adalah masalah bangsa Indonesia. Seluruh elemen bangsa, dari barat hingga timur Indonesia, harus memberikan dukungan dalam bentuk apa pun. Karena Papua akan selalu di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia," ucapnya.

Di kesempatan yang sama, Peneliti Papua Siti Nur Aulia mengemukakan, persoalan dan problematika di Papua yang begitu kompleks perlu diatasi dengan lebih mendorong adanya kepercayaan bahwa Papua adalah kita.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Luar Negeri Djauhari Oratmangun yang juga sebagai pembicara berpendapat penanganan isu-isu yang kompleks dan bersifat multidimensi di Papua seringkali diwarnai dengan perbedaan cara pandang dari kementerian dan lembaga negara. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan sinergi yang lebih kuat.

"Diperlukan juga proses dialog yang lebih intens antara pemerintah dan masyarakat. Karena ada beberapa negara yang tidak ingin kita maju dan terus melakukan agitasi propaganda," ucapnya.

Sejurus dengan Djauhari, Staf khusus Presiden era 2009 2014 Velix Wanggai menyatakan, dalam mengatasi kompleksitas masalah Papua, diperlukan triple track strategy. Yaitu, percepatan pembangunan, penyelesaian konflik, dan penguatan diplomasi publik.

"Pembangunan di era Jokowi berhasil menurunkan tingkat kemiskinan yang saat ini berada di angka 27,80 persen dan indeks pembangunan manusia sebesar 66,3. Beberapa produk kebijakan Jokowi untuk Papua yaitu melanjutkan pelaksanaan UU Otsuss Papua, RPJMN 2015-2019 dengan fokus Pembangunan Wilayah Papua, Percepatan Infrastruktur Papua, dan Inpres Nomor 9/2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan," ujar Velix. [nes]

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

CM50, Jaringan Global dan Pemimpin Koperasi

Rabu, 12 Februari 2025 | 04:45

Telkom Salurkan Bantuan Sanitasi Air Bersih ke 232 Lokasi di Indonesia

Rabu, 12 Februari 2025 | 04:15

TNI Kawal Mediasi Konflik Antar Pendukung Paslon di Puncak Jaya

Rabu, 12 Februari 2025 | 03:45

Peran para Bandit Revolusioner

Rabu, 12 Februari 2025 | 03:19

Pengecer Gas Melon Butuh Kelonggaran Buat Naik Kelas

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:59

DPD Apresiasi Kinerja Nusron Selesaikan Kasus Pagar Laut

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:39

Telkom Beri Solusi Kembangkan Bisnis Lewat Produk Berbasis AI

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:19

Pengangkatan TNI Aktif sebagai Dirut Bulog Lecehkan Supremasi Sipil

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:59

Indonesia Perlu Pikir Ulang Ikut JETP

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:48

KPK Diminta Periksa Bekas Ketua MA di Kasus Harun Masiku

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:35

Selengkapnya