Dinding bagian luar Gedung DPRD DKI Jakarta mengalami kerusakan. Lapisan glass fibre reinforced concrete (GRC) yang melapisi dinding menggelembung. Akibatnya, akses pejalan kaki ditutup.
Tembok yang menggelemÂbung berada di lantai 11 Gedung DPRD DKI Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Posisinya persis di atas lantai yang menghubungkan bangunan Gedung DPRD lama dengan yang baru.
Sepintas tidak tampak kerusaÂkan berarti bila dilihat dari keÂjauhan. Pasalnya, lapisan GRC yang menutupi dinding berwarÂna abu-abu, terlihat samar-samar karena terpantul sinar matahari yang cukup terik. Tapi, bila diamati dengan teliti dari jarak dekat, baru terlihat permukaan dinding yang tidak rata. Bahkan besarnya mencapai 20 derajat. "Dinding menggelembung seÂjak Senin siang (11/12), saat hujan deras dan angin kencang melanda Jakarta," ujar petugas pengamanan dalam (Pamdal) bernama Black kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Untuk mengantisipasi keÂmungkinan adanya jatuhan maÂterial dari atas gedung, akses pejalan kaki dari pintu masuk DPRD DKI yang berada di Jalan Kebon Sirih menuju Balai Kota ditutup total.Di sekitar jalan yang ditutup, dipasang beberapa cone dan rantai besi sepanjang 10 meter. Tidak hanya itu, sebuah tali warna kuning turut dipasang di depan cone agar pejalan kali tidak ada yang melewati area berbahaya itu. Mereka diarahkan melewati geÂdung sekretariat DPRD DKI.
Di tengah- tengah jalan yang ditutup, juga dipasang tiang yang ditempeli kertas putih. Isinya, "Pengumuman. Pengalihan jalur pejalan kaki menuji Balai Kota harap melalui samping Gedung DPRD blok H." Beberapa petuÂgas pamdal turut memperingatÂkan pengunjung agar tidak meÂlewati jalan yang sudah ditutup tersebut. "Akses jalan ini sudah ditutup sejak seminggu lalu karÂena membahayakan pejalan kaki bila sampai tertimpa GRC," ujar Black kembali.
Menggelembungnya dinding GRC cukup menyita perhaÂtian para pegawai Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta maupun pengunjung. Mereka berhenti sejenak sambil menunÂjuk ke atas dinding yang mengÂgelembung. Bahkan sebagian besar dari mereka masih nekat melewati jalan tersebut kendati sudah ditutup dengan tali dua laÂpis. "Susah menasehati pengunÂjung agar tidak melewati jalan itu meski berbahaya. Kadang mereka lebih galak dari kita, ya, terpaksa kita hanya diamkan saja," keluh Black.
Black mengungkapkan, di bagian tembok yang melengÂkung terdapat ruang olahraga DPRD dan juga mesin pendingin ruangan. "Melengkungnya suÂdah sampai dalam. Kami sudah laporkan, tapi masih menunggu tindak lanjut," kata dia.
Black mengaku tidak tahu kaÂpan dinding tersebut diperbaiki, karena hingga saat ini belum ada tanda-tanda untuk melakukan perbaikan. "Mungkin dalam waktu dekat ini. Soalnya, berbaÂhaya sekali bila tidak secepatnya diperbaiki," tandasnya.
Sebetulnya, lanjut Black, menggelembungnya dinding DPRD DKI sudah terjadi dua kali. Sebelumnya, dinding yang berada di lantai 5 juga menggelembung sekitar dua bulan lalu, tapi langsung diperbaiki. "Semoga ini kejadian terakhir karÂena membahayakan pejalan kaki," kata dia.
Kepala Biro Umum Sekretariat Daerah (Karo Umum Setda) DKI Jakarta Firmansyah menÂgatakan, menggelembungnya dinding yang terjadi di lantai 11 sudah terjadi sejak lama, sebelum membesar seperti saat ini. "Keretakan sebesar rambut terjadi dari awal November," ujar Firmansyah.
Firmansyah menduga, dindÂing menggelembung karena ada tekanan udara dari mesin pendingin ruangan. Pasalnya, bahan tembok bukan dari beton sehingga mudah terdorong oleh udara yang berasal dari mesin. "Di situ pakai HPL (
high presÂsure laminate), kalau terbuka itu ada udara masuk dari tengah cukup keras," ujarnya.
Dia menambahkan, mengÂgelembungnya tembok tidak berpengaruh terhadap konstruksi gedung, sehingga tidak ada renÂcana untuk mengosongkan lantai 11 yang mengalami kerusakan.
Sementara, Sekretaris Dewan (Sekwan) DPRD DKI Muhammad Yuliadi menambahkan, bangunan DPRD DKI dibangun oleh PT Jaya Kontruksi dan diresmikan tahun 2012. "Kita sudah panggil untuk melakukan antisipasi agar jangan sampai lebih parah," ujar Yuliadi.
Menurut Yuliadi, perbaikan tembok menggelembung masih jadi tanggung jawab kontrakÂtor yang membangun gedung tersebut. "Kami tidak ada angÂgaran untuk perbaikan besar gedung seperti ini. Kalau biaya perawatan ringan sehari-hari ada anggarannya," kata dia.
Agar tidak semakin parah, kata Yuliadi, tembok yang menggelembung akan disangga semenÂtara dengan tali sling berupa kabel kawat. Tujuannya, agar bangunan tidak roboh dan membahayakan pejalan kaki. "Kontraktor menÂjanjikan akan membuat tembok baru dengan konstruksi yang lebih berkualitas," ujarnya.
Yuliadi menambahkan, pengerjaan tembok yang menggelembung akan dilakukan pada Sabtu dan Minggu agar tidak mengganggu kerja DPRD DKI. "Mereka mau bertanggung jawab, karena masih masuk kewenangan mereka," tandasnya.
Kendati demikian, Yuliadi menyayangkan terjadinya keruÂsakan struktur bangunan ini yang akhirnya menyebabkan aktivitas di sekitar Gedung DPRD DKI menjadi terganggu. "Konstruksinya harus disempurÂnakan," tandasnya.
Untuk itu, Yuliadi menegasÂkan, pembangunan Gedung Dewan akan diaudit secara menyeÂluruh. "Audit bakal dilakukan Dinas Perumahan dan Gedung Pemprov DKI," ucapnya.
Sedangkan Kepala Dinas Perumahan dan Gedung DPRD DKI Jakarta Agustino menduga, kerusakan tersebut akibat masuknya air ke lapisan dinding GRC. Ia meminta hal itu agar segera diperbaiki kerana meteÂrial GRC yang terjatuh sangat membahayakan pejalan kaki "GRC yang menggelembung itu segera dibongkar semuanya," saran Agustino.
Sebetulnya, Agus sudah memÂperingatkan potensi kerusakan yang bakal terjadi dengan peÂmasangan GRC tersebut. "Suatu saat kalau jatuh berbahaya sekaÂli, tapi tidak ditanggapi dan diubah," pungkasnya. ***