Berita

Foto/Net

Politik

Riset I2: Palestina Menyatukan Netizen Di Indonesia

SENIN, 11 DESEMBER 2017 | 09:59 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

. Keputusan dan klaim sepihak Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel mendapat perhatian yang sangat besar dari netizen Indonesia.

Berdasarkan hasil riset Indonesia Indicator (I2), sebuah perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software AI (Artificial Intelligence), sepanjang 6-10 Desember hingga pukul 13.00 WIB, terdapat sebanyak 60.328 percakapan dari 23.146 akun manusia yang merespons kebijakan kontroversial Trump tersebut.

Menurut Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang, akun-akun yang merespons kebijakan pemerintah  Paman Sam itu berasal dari hampir seluruh provinsi di Indonesia. DKI Jakarta merupakan lokasi netizen terbanyak, disusul Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.


"Kecepatan Presiden Jokowi dalam merespons isu Palestina merupakan salah satu pemicu percakapan tertinggi di Twitter, yakni sebesar 16.674 tweet," ujar Rustika dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/11).

Netizen, kata Rustika, memberikan dukungan sepenuhnya atas langkah yang telah dilakukan oleh Kepala Negara RI.

"Emosi terbesar perbincangan adalah trust yang berisi dukungan dan kepercayaan pada Pemerintah atas langkah yang telah dilakukan. Sementara itu, sentiment negatif tercatat sebanyak 42 persen, sentiment netral dan positif masing-masing sebesar 29 persen," ungkap Rustika.

Untuk diketahui, Jokowi meminta Menlu memanggil Dubes AS untuk RI agar menyampaikan pernyataan sikap pemerintah kepada Pemerintah AS, berkomunikasi dengan negara-negara yang tergabung di OKI, meminta PBB bersidang, hingga sikap-keras Presiden Jokowi dalam mengecam kebijakan Trump. Untuk hal yang terakhir ini, kata Rustika, netizen memberikan apresiasi kepada Jokowi.


Rustika juga mengungkapkan, dukungan kepada Palestina merupakan percakapan terbesar kedua di linimasa pasca keputusan Trump. Netizen, kata dia, menolak atas keputusan AS yang dilakukan secara sepihak tanpa melibatkan pihak lain. Netizen mengaku khawatir keputusan Trump tersebut dapat memicu instabilitas dunia dan memantik kemarahan umat Islam.

I2 menemukan sebanyak 42 persen sentiment negatif yang dilontarkan netizen atas isu ini. Sentimen ini banyak dimunculkan dari pemilihan kata-kata yang negatif terkait keputusan sepihak Trump tersebut. Seperti juga pernyataan Jokowi yang mengecam, kata yang dipakai netizen lebih banyak dimunculkan dari kata yang memberikan persepsi negatif seperti kecaman, amarah, menolak, mengutuk, perang dan provokasi.

Sementara sentiment positif sebesar 29 persen lebih banyak dinyatakan dari dukungan, dorongan dan simpati netizen kepada Palestina. Sementara sentiment netral lebih banyak karena bicara soal fakta atau liputan pemberitaan. Termasuk juga komentar netizen Malaysia dan Indonesia yang membandingkan pernyataan PM Malaysia dengan Presiden RI.

Menurut Rustika, sebanyak 49 persen netizen menunjukkan emosi Trust yang menunjukkan dukungannya terhadap keputusan Presiden Jokowi, dukungan pada Palestina, menolak keputusan Trump, hingga ajakan boikot produk AS. "Emosi terbesar kedua, anticipation, sebesar 25 persen dimunculkan dari harapan dan empati netizen," paparnya.

Emosi ini diantaranya dihadirkan dari keinginan netizen agar Trump mengurungkan niatnya serta harapan agar Yerusalem tetap dibiarkan sebagai kota suci untuk tiga agama.

Dari sisi demografi, netizen berusia 26-35 tahun mendominasi percakapan sebesar 35 persen. Mereka, kata Rustika, memberikan dukungannya pada Palestina melalui hashtag seperti #kamibersamapalestina, #aksibelapalestina, #saveAlAqsa. Sementara netizen berusia 18-25 tahun lebih menunjukkan posisi mereka dalam Palestina dengan semangat yang menyala-nyala untuk membantu Palestina dan juga dukungannya pada keputusan Jokowi.

"Menariknya, netizen yang berusia di atas 35 tahun lebih banyak menyebut nama Trump atau membuat hashtag #Trump. Dalam riset ini, percakapan mereka lebih beda analisis kebijakan yang kontroversial ini," terangnya.

Rustika menambahkan, Palestina telah menyatukan netizen di Indonesia. Sepanjang percakapan tiga hari terakhir, hampir tidak ditemukan percakapan yang mendukung kebijakan Pemerintah AS tersebut. [rus]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya