Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
APA itu masyarakat madani? Pengertian sederhana dari masyarakat madani ialah keÂtika masyarakat dan negara berbagi di dalam menentuÂkan perjalanan bangsa dan bersama-sama menyelesaiÂkan problem yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam masyarakat madani negaÂra dan masyarakat tidak over acting, saling meÂnyingkirkan satu sama lain. Dengan kata lain, obsesi masyarakat madani ialah mewujudkan masyarakat yang adil dalam berbagai segi keÂhidupan masyarakat, seperti yang diidealkan daÂlam sila kelima Pancasila: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hanya saja beberapa dekade lalu ketika Cak Nur memopulerkan istilah ini masih ada yang ragu. Sebagian mengkhawatirkan jangan sampai masyarakat madani anak tangga yang berujung ke Piagam Jakarta. Sebagian lainnya justru menÂcurigai adanya proses sekularisasi masyarakat yang berbaju agama. Sekularisasi secara sederÂhana dapat diartikan sebagai pemisahan agama yang bersifat sakral dari hal-hal yang bersifat proÂfan-duniawi. Masyarakat madani memang wajar diragukan oleh sekelompok orang karena saat itu ICMI sedang tumbuh pesat sampai ke tingkat caÂbang di daerah. Dari kelompok lain juga mencuriÂgai upaya penyingkiran kelompok elite pesantren oleh elite birokrat dan teknokrat. Apalagi saat itu sedang dikembangkan kebijakan urusan keaÂgamaan terkonsentrasi di Kementerian Agama dan MUI serta ormas-ormas keagamaan.
Masyarakat madani sesungguhnya usaha unÂtuk menata masyarakat secara profesional. PeÂmerintah sama sekali tidak akan meninggalkan agama di dalam pembangunan, yang justru akan mengancam semua kebijakannya tanpa partisiÂpasi aktif kaum agamawan. Konsep masyarakat madani pemerintah memberi ruang pada hal-hal yang bersifat profan dalam masyarakat, tetapi tetap merujuk dan bersandar pada nilai-nilai agama. Dengan demikian, masyarakat tidak perÂlu diasingkan dari agama atau sebaliknya, sepÂerti yang terjadi pada masa aufklarung, August Comte di mana agama dianggap sebagai pengÂhambat kemoderenan. Masyarakat Barat sendiri, yang lebih banyak dianggap sebagai pengusung sekularisme, pada akhirnya mengakui bahwa perÂan agama sangat besar dalam proses demokratiÂsasi. Karena itu, diperlukan kejelian untuk melihat makna sekularitas dan perbedaan antara akar-akar tradisi dan modernitas. Sebab kesalahan daÂlam melihat persoalan ini bisa berakibat fatal.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
Senin, 08 Desember 2025 | 12:15
UPDATE
Kamis, 18 Desember 2025 | 14:13
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:56
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:49
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:41
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:31
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:21
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:02
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:01
Kamis, 18 Desember 2025 | 12:58
Kamis, 18 Desember 2025 | 12:48