Berita

Politik

Mempersiapkan Pemilu Malaysia

KAMIS, 07 DESEMBER 2017 | 10:26 WIB | OLEH: SUDARNOTO A HAKIM

SELURUH partai peserta Pemilu dan masyarakat pada umumnya di Malaysia saat ini sedang mangalami masa penantian penyelenggaraan Pemilu. Akan tetapi tidak sedikit kalangan yang skeptikal apakah akan ada perbaikan penting dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik pasca Pemilu; apakah demokrasi akan benar-benar tumbuh dengan sehat pasca Pemilu di mana keadilan ekonomi dan hukum akan benar-benar terwujud; apakah kebebasan pers dan kebebasan mengemukakan pendapat akan memperoleh perlindungan dan jaminan?

Pertanyaan skeptikal tersebut tentu saja terkait dengan situasi kebangsaan pada unumnya di Malaysia yang telah berjalan dalam waktu yang panjang dalam sejarah Malaysia pasca kemerdekaan. Inilah yang menjadi argumentasi Anwar Ibrahim untuk bergerak sejak awal tahun 1970. Isu keadilan ekonomi dan demokrasi yang sejak awal disuarakan oleh Anwar hingga saat ini masih sangat relevan. Ketidak adilan antar ras masih nampak karena diskriminasi memang masih dirasakan oleh masyarakat, kebebasan pers dan mengemukakan pendapat juga masih mewarnai Malaysia. Tidak sedikit mereka yang ditangkap dan dipenjara karena mengemukakan pendapat kritis. Pers Malaysia dikuasai dan di bawah kontrol  pemerintah sehingga kecil kemungkinan menjadi kekuatan civil society yang sehat dan kuat.

Pemilu memang selalu dilaksanakan dalam setiap kali pergantian kepemimpinan. Akan tetapi karena iklim demokrasi atau demokrasi esensial tidak dibangun, maka  UMNO dengan BNnya selalu menjadi pemenang dan the ruling party. Inilah yang menempatkan Mahathir Mohammad sebagai Perdana Menteri selama 22 tahun. Bagi Mahathir dengan UMNO dan BNnya, ini tentu saja dianggap sebagai a political legacy. Sementara bagi kekuatan oposisi dan pro demokrasi, peristiwa ini adalah musibah karena demokrasi memang tidak dibangun. Pemerintahan Mahathir, sebagaimana yang banyak kalangan katakan, adalah tiipe pemerintahan yang otoritarian. Tentu saja tipe ini juga muncul di negara-negara Asia lainnya.

Menguatnya Oposisi

Semenjak Mahathir turun tahta dengan mulus, situasi mengalami perubahan yang sangat penting terutama dalam kaitannya dengan politik. Abdullah Badawi, pengganti Mahathir, tidak sekokoh Mahathir. Di era ini Anwar Ibrahim dibebaskan dari penjara dan ini merupakan titik awal semakin melemahnya UMNO. Aliansi oposisi yang kemudian diinisiasi dan dipimpin langsung oleh Anwar bergerak cepat melakukan konsolidasi pilitik yang sangat efektif. Pemilu pertama pasca Mahathir, UMNO mengalami kemerosotan yang sangat signifikan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sementara oposisi mengalami kenaikan suara yang sangat tinggi. Musibah politik ini menimbulkan kekecewaan Mahathir yang mendalam dan mulai menimbulkan pertentangan internal UMNO. UMNO nampak nerves menghadapi realitas kemerosotan ini.

Abdullah Badawi tidak bisa melanjutkan kepemimpinannya di UMNO maupun sebagai Perdana Menteri dan digantikan oleh  Najib Razak. Sama dengan Pak Lah, leadership Najib ternyata tidak jauh berbeda. UMNO-BN tidak berhasil mendulang suara maksimal sebagaimana yang diharapkan. Kekuatan oposisi semakin memperoleh dukungan kuat dari masyarakat. Harapan masyarakat terjadinya perubahan penting di Malaysia nanpak semakin kuat, meskipun belum berhasil menggantikan posisi UMNO-BN sebagai partai yang berkuasa. Kemerosotan suara ini telah mengakibatkan kemerosotan konfidensi politik UMNO-BN. Ada beberapa faktor yang menyumbang kemerosotan konfidensi politik UMNO ini antara lain ialah:

Pertama, kekecewaan Puak Cina terhadap kepemimpinan UMNO yang masih terasa diskriminatif. Koalisi BN ternyata tidak sepenuhnya berhasil menciptakan keadilan sosial, ekonomi dan politik di kalangan kelompok etnis. Pernah ada survey yang menggambarkan bahwa keinginan masyarakat Cina untuk pindah meninggalkan Malaysia cukup tinggi. Pendukung partai Cina yaitu MCA mulai beralih ke partai oposisi yaitu DAP karena kekuatan oposisi di bawah kepemimpinan Anwar Ibrahim nampak jauh lebih menjanjikan terutama dalam kaitannya dengan membangun multiracial society di Malaysia.

Kedua, akhir-akhir ini masyarakat Cina juga merasa hawatir karena UMNO menerima ide Hudud PAS. Bagi mereka penerapan Hudud berarti menegakkan negara Islam yang dipastikan akan semakin diskriminatif. Ini alasan ideologi politik masyarakat Cina untuk tidak lagi.memberikan dukungan kepada UMNO-BN.

Ketiga, isu mega korupsi PM. Najib dalam jumlah yang sangat besar sekitar 800 juta dolar Amerika. Atas kasus ini, tak sedikit kalangan yang mengatakan bahwa Najib tengah membangun sebuah Kleptocratic State yang tentu saja melibatkan banyak pihak (Kroni) selain Najib dan istrinya. Najib memang telah memberikan bantahan, namun lembaga internasional seperti Kleptocacy Asset Recovery Initiative (sebuah lambaga yang dibentuk oleh Depertment of Justice Amerika) meyakinkan bahwa Najib memang terlibat dalam skandal ini. Skandal ini terasa sangat menyudutkan Najib. Karena itu ada upaya untuk memeriksa Mahathir selama berkuasa. Diyakini bahwa sepanjang 22 tahun berkuasa tentu memberikan ruang yang sangat jembar bagi Mahathir dan kroninya untuk melakukan korupsi.

Keempat,  Bangkitnya Mahathir untuk menggalang kekuatan publik meruntuhkan Najib dan UMNO-BN. Gerakan Mahathir yang mendapat dukungan dari Anwar Ibrahim melalui penjara semakin menjepit posisi Najib. Beberapa kali demo oposisi dipimpin oleh Mahathir benar-benar merepotkan Najib. Tentu saja Najib tidak ingin mengalami kemerosotan suara UMNO-BN untuk yang ketiga kali pasca Mahathir. Akan tetapi dia tidak bisa memungkiri realitas semakin menguatnya oposisi. Karena Itu, dengan berbagai cara Najib mencoba untuk mendegradasi oposisi,  meskipun nampak sulit dan belum tentu efektif. Misalnya saja penegasan Najib bahwa Mahathir adalah seorang tokoh yang secara moral dan politik tidak lagi kredibel. Dahulu Mahathirlah yang pertama kali menjebloskan Anwar ke penjara dan sekarang bekerjasama dengan Anwar untuk mengalahkan UMNO-BN.

Pemilu 2018

Tahun 2016, banyak petinggi Malaysia berkeyakinan bahwa Pemilu bisa dipercepat hingga September 2017. Hal ini dilakukan dalam rangka mempersempit waktu bagi oposisi untuk melakukan konsolidasi politik sekaligus menekan UMNO-BN. Selain dari pada itu, pemilu dipercepat perlu dilakukan dalam rangka menghindari kemungkinan Anwar Ibrahim masuk dalam bursa Perdana Menteri. Karena itu, pemilu harus diselenggarakan sebelum Anwar bebas dari penjara sekitar bulan Maret atau April 2018. Bagaimanapun Anwar masih ditakuti oleh UMNO-BN.

Akan tetapi rencana percepatan ini tidak bisa dilakukan karena berbagai kesibukan penting antata lain SEA Games pada September 2017. Antara September hingga Desember 2017 nampaknya juga tidak mungkin dilaksanakan Pemilu antara lain karena cuaca hujan yang selalu menimbulkan banjir di banyak tempat. Musim hujan menjadi hambatan baik untuk kepentingan kampanye maupun pelaksanaan Pemilu. Faktor lain yang menjadi hambatan pelaksanaan Pemilu tahun 2017 adalah kesibukan ujian sekolah yang diselenggarakan antara tanggal 5 November hingga 9 Desember 2017. Selama ini sekolah-sekolah di Malaysia menjadi TPS dan karena itu tidak mungkin Pemilu dilaksanakan di Bulan November dan Desember.

Pilihannya adalah tahun 2018. Sesuai dengan jadwal, Pemilu dilaksanakan pada bulan Agustus 2018. Masih ada hambatan jika Pemilu dipercepat sebelum Agustus. Najib akan memanfaatkan momentum tahun baru Chap Goh Meh yang akan berakhir festivalnya pada tanggal 2 Mei untuk menarik minat dan suara masyarakat Cina. Seperti yang diuraikan di atas, suara Cina sejak dua Pemilu terakhir banyak diberikan kepada DAP dan karena itu UMNO banyak kehilangan. Momentum Chap Goh Meh adalah peluang emas bagi UMNO dan sudah bisa dipastikan Najib akan bekerja keras.

Faktor Anwar Ibrahim nampaknya masih menjadi gangguan potensial apalagi jika Anwar berkongsi dengan Mahathir. Karena itu sebenarnya Najib berkeinginan Pemilu dilaksanakan sebelum Anwar bebas dari penjara karena selama ditahan Anwar tidak berhak ikut pemilu. Akan tetapi, Najib nampak gamang dan Pemilu nampaknya akan diselenggarakan bulan Agustus 2018 dengan resiko dan tantangan yang lebih berat antara lain koalisi Anwar Ibrahim-Mahathir. [***]

Penulis adalah pakar politik Malaysia

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Tekuk Fiorentina 2-1, Napoli Tak Biarkan Inter Tenang

Senin, 10 Maret 2025 | 01:21

Polda Jateng Tegas Larang Petasan Sepanjang Ramadan

Senin, 10 Maret 2025 | 00:59

Kluivert Tiba di Jakarta Ditemani Mantan Pemain Man United

Senin, 10 Maret 2025 | 00:41

Cegah Bencana Seperti di Jabotabek, Menteri ATR/BPN Evaluasi Tata Ruang di Jatim

Senin, 10 Maret 2025 | 00:25

Asiang Versus JACCS MPM Finance, Peneliti IPD-LP Yakin Hakim MA Lebih Adil

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:58

Beri Bantuan untuk Korban Banjir di Candulan, Okta Kumala Dewi Berharap Ada Solusi Jangka Panjang

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:41

PSU Empat Lawang Diikuti Dua Paslon, Pencoblosan pada 19 April 2025

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:20

Update Banjir dan Longsor Sukabumi: 5 Orang Wafat, 4 Orang Hilang

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:44

Menanti Keberanian Kejagung Bongkar Biang Kerok Korupsi Migas

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:30

PTPN IV PalmCo Siapkan 23 Bus untuk Mudik di Sumatera dan Kalimantan

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:18

Selengkapnya