Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan kepada para pemimpin Israel dan Arab bahwa dia bermaksud untuk memindahkan kedutaan besar Amerika Serikat di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Keputusan itu resmi disampaikan Trump pada sejumlah pemimpin negara melalui sambungan telepon, Selasa (5/12).
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Raja Abdullah, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Arab Saudi Salman, yang semuanya menerima telepon dari Trump, tegas satu suara memperingatkan bahwa langkah sepihak Amerika Serikat itu akan menggagalkan upaya Trump untuk mendorong upaya perdamaian dan kekacauan yang meluas di wilayah ini.
Juru bicara Abbas Nabil Abu Rdainah mengatakan bahwa ada konsekuensi berbahaya dari keputusan tersebut mengenai proses perdamaian dan keamanan, keamanan dan stabilitas wilayah dan dunia. Ia juga meminta Paus dan pemimpin Rusia, Prancis dan Yordania untuk campur tangan
Sedangkan Raja Jordania, yang dinasti itu adalah penjaga tempat suci umat Islam di Yerusalem, mengatakan kepada Trump bahwa memindahkan kedutaan tersebut memiliki dampak yang berbahaya bagi wilayah tersebut dan akan menghalangi usaha Amerika Serikat untuk mempromosikan perundingan damai Israel-Palestina.
Sedangkan Raja Salman menekankan kepada Trump bahwa keputusan Amerika Serikat tentang status Yerusalem akan mengobarkan perasaan Muslim di seluruh dunia.
Gedung Putih mengatakan bahwa Trump juga telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Namun tidak ada keterangan publik dari pihak Israel mengenai hal ini.
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan bahwa Trump, yang berjanji pada saat kampanye kepresidenan untuk memindahkan kedutaan di Israel, akan memberikan pidato pada hari ini Rabu (6/12) mengenai keputusannya di Yerusalem.
"Presiden yang akan saya katakan cukup solid dalam pemikirannya saat ini," katanya, menolak memberikan rinciannya seperti dimuat
Reuters.
Dukungan Amerika Serikat terhadap klaim Israel atas seluruh Yerusalem itu membalikkan kebijakan Amerika Serikat yang telah berlangsung lama bahwa status kota tersebut harus diputuskan dalam negosiasi dengan Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka. Masyarakat internasional tidak mengakui kedaulatan Israel atas seluruh kota, tempat tinggal suci umat Islam, Yahudi dan Kristen.
[mel]