Berita

Publika

'English' Dan Garuda (Pasti) Terbang Tinggi

SELASA, 05 DESEMBER 2017 | 08:46 WIB

SAYA pernah bekerja dibawah UN/PBB pada akhir 2013 sampai dengan awal 2014 bersama dengan tentara negara-negara lain. Saat itu saya bertugas sebagai staff latihan / G-5 training pada Brigade Multinasional Sektor Timur UNIFIL (Seceat Unifil).
 
Pada tulisan ini, yang ingin saya share adalah betapa pentingnya english/bahasa Inggris dalam kencah internasional dan ternyata kefasihan kita dalam english banyak menentukan eksistensi kita di banyak kesempatan berlevel dunia.

Kenapa tenaga kerja India dan Filpina kerja di sektor lebih baik dari TKI kita?
Pada saat pulang ke Indonesia untuk melaksanakan cuti di tengah-tengah misi, pesawat yang saya tumpangi singgah di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Hal menarik yang saya lihat di sana adalah banyak pekerja di bandara yang mengarahkan kami menuju pesawat baru (karena saat itu saya harus pindah pesawat) adalah orang India dan Filipina, hampir semuanya dari dua negara itu. Hanya sebagian kecil yang berasal dari warga lokal Uni Emirat Arab.

Pada saat pulang ke Indonesia untuk melaksanakan cuti di tengah-tengah misi, pesawat yang saya tumpangi singgah di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Hal menarik yang saya lihat di sana adalah banyak pekerja di bandara yang mengarahkan kami menuju pesawat baru (karena saat itu saya harus pindah pesawat) adalah orang India dan Filipina, hampir semuanya dari dua negara itu. Hanya sebagian kecil yang berasal dari warga lokal Uni Emirat Arab.

Lain halnya ketika saya sudah di dalam pesawat perjalanan ke Jakarta, hampir semua penumpang di pesawat tersebut adalah warga Indonesia pulang ke tanah air dan kebanyakan dari mereka wanita. Jadi kesimpulan saya adalah banyak warga Negara Indonesia yang berada di Abu Dhabi untuk bekerja. Mungkin pembaca sekalian sudah bisa menerka pada sektor apa warga negara Indonesia tercinta tersebut bekerja di Uni Emirat Arab.

Banyak cerita sedih tentang nasib mereka walaupun banyak juga cerita sukses dan bahagia. Kesuksesan mereka adalah buah dari perjuangan yang sangat keras dan tidak mudah. Di antara mereka adalah saudara-saudara kita, tetangga-tetangga kita dan teman-teman kita (kecuali anda berasal dari kalangan elit di Indonesia dan tinggal di perumahan elit berpagar tinggi bersekolah dan bergaul hanya dengan kalangan-kalangan elit, mungkin anda tidak mengenal mereka -bukan seperti saya warga kebanyakan dari desa). Saya benar-benar paham tentang mereka karena saya adalah bagian dari mereka.

Dari dua kenyataan ini, ada satu hal yang benar-benar menggugah rasa nasionalisme saya. Kenapa rata-rata warga India dan Filipina bisa bekerja di sektor yang lebih formal daripada warga kita? tentu saja dengan gaji yang lebih bagus dari rata-rata warga kita.

Kembali ke cerita saya tentang UN/PBB. Negara tercinta Indonesia, dalam hal ini TNI adalah pengirim pasukan PBB terbesar di Unifil (Lebanon). Akan tetapi, posisi-posisi penting justru banyak diisi oleh negara-negara lain. Memang banyak hal yang menjadi pertimbangan, termasuk politik luar negeri masing-masing negara (donasi, negosiasi, kesepakatan baik Lebanon maupun Israel dan lain-lain).

Tapi hal yang menarik adalah, dengan posisi jumlah pasukan tidak lebih banyak dari Indonesia, dan setahu saya pemerintah India juga tidak memberikan donasi khusus untuk misi PBB di Lebanon ini, posisi mereka tertinggi adalah DCO/Wakil Komandan Unifil. Sementara perwakilan Indonesia hanya komandan FHQSU (Force Headquarter Supporting Unit/Komandan Detaseman Markas). Selain itu, banyak warga mereka menempati posisi-posisi penting sebagai pekerja sipil di Unifil.

Dan saya sekarang sedang berada di Australia. Saya saksikan sendiri, banyak perkerja-pekerja profesional (dokter, perawat, pegawai bank dll) dari India dan Filipina (entah sudah pindah warga negara Australia atau belum, tapi dari logat dan warna kulit mereka masih kelihatan sekali negara asalnya). Di kota saya tinggal ini juga, ada beberapa pemilik pompa bensin dan minimarket orang India. Kesimpulannya, banyak orang India dan Filippina eksis dan sukses di Australia (memang banyak juga orang Indonesia yang sukses di Autralia, tapi tidak sebanyak dari dua negara tersebut).

Selalu Ada Harapan Baik
Orang Indonesia adalah pekerja keras. Perjuangan warga negara tercinta Indonesia baik di tanah air tercinta maupun ketika di luar negeri sudah terbukti sangat hebat. Tapi ada satu hal yang mungkin membuat India dan Philippina lebih exist di Luar negeri, yaitu faktor bahasa. Mereka rata-rata memiliki kemampuan bahasa Inggris yang lebih bagus daripada warga Indonesia.

Dan tidak bisa kita pungkiri bahwa bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang bisa diterima hampir di belahan dunia manapun. Hal itulah yang membuat bahasa Inggris mempunyai peranan penting pada kesuksesan seseorang. Sehebat apapun kita, tapi apabila mengalami kesulitan komunikasi dan bertukar ide, maka kita tidak mungkin bisa berkontribusi sesuai kemampuan yang kita miliki.

Memang kita sadari bahwa situasi di India dan Filipina lebih mendukung untuk seseorang menguasai bahasa Inggris, akan tetapi itu bukan sebuah pemakluman bahwa kita tidak bisa menguasai bahasa Inggris. Buktinya, saya yang “wong ndeso” dari pinggir sungai Brantas hampir 20 km dari kota Blitar bisa berkesempatan bekerja di bawah UN/PBB dan mendapatkan beasiswa untuk menempuh S2 dari pemerintah Australia (bukan maksud sombong ya…, hanya ingin memotivasi).

Tidak perlu saya ceritakan secara detail bagaimana saya berjuang menembus tes Bahasa Inggris, tapi intinya “man jadda wajadda”, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil (ingat film “Negeri 5 Menara” kan ?). Tidak ada kata terlambat untuk belajar bahasa Inggris. Kemampuan bahasa Inggris pasti berguna dalam kehidupan, apapun pilihan karir kita. Dan tentu saja dengan tetap meningkatkan kemampuan dalam bidang lain yang dibutuhkan.

Harapan baik saya adalah, suatu saat dunia didominasi orang Indonesia di semua sektor. Akan lebih banyak warga negara tercinta Indonesia eksis dan sukses di negara-negara lain. Di era globalisasi ini, bermodalkan etos kerja yang tinggi, kejujuran, semangat untuk merubah nasib dan didukung dengan kemampuan bahasa Inggris yang memadai, saya yakin orang-orang Indonesia akan menguasai dunia. Garuda akan terbang sangat tinggi dengan gagahnya. Yes, we can.[***]


Dedi Gunawan Widyatmoko

Siswa Program Master of Maritime Policy di Faculty of Law, University of Wollongong, Australia/Penerima Beasiswa DCSP (Defence Cooperation Scholarship Program)

 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya