Menteri Pekerjaan Umum Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menargetkan, pembangunan Jembatan Holtekamp di Kota Jayapura, Papua dapat diselesaikan pada September 2018, atau lebih cepat dari rencana semula tahun 2019. Saat ini, progres pembangunan fisik jembatan telah mencapai 78,68 persen.
Pembangunan Jembatan Holtekamp tidak banyak mengalami kendala. "Sesuai rencana awal akan selesai tahun 2019, namun tengah kami upayakan percepatan penyelesaiannya," kata Basuki.
Pembangunan Jembatan Holtekamp yang memiliki tipe Steel Box Arch Bridge akan menjadi ikon dan destinasi wisata baru di Papua, khususnya Jayapura.
"Kami sudah memiliki desainÂnya. Ruang Terbuka Hijau akan dibangun dikaki jembatan yang dapat dinikmati masyarakat luas. Selain itu, juga bisa dikembangÂkan untuk olahraga air seperti ski dan dayung," katanya.
Menurutnya, keberadaan Jembatan Holtekamp memiÂliki nilai strategis, yakni untuk mengatasi kepadatan kawasan perkotaan, permukiman dan kegiatan perekonomian di daÂlam Kota Jayapura. Pasalnya, jembatan ini memangkas jarak tempuh hingga 17 kilometer di antara kedua lokasi tersebut. Hal ini berpengaruh pada waktu tempuh dari Kota Jayapura ke Muara Tami yang akan menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw yang sebelumnya memÂbutuhkan waktu 2,5 jam kini menjadi 60 menit.
Pembangunan Jembatan Holtekamp dilakukan bersama oleh Kementerian PUPR, Pemerintah Provinsi Papua, dan Pemerintah Kota Jayapura. PUPRmenÂdanai pembangunan jembatan utama, Pemerintah Provinsi Papua mendanai pembanguÂnan Jembatan Pendekat Arah Holtekamp, dan Pemerintah Kota Jayapura mendanai pemÂbangunan jalan pendekat dan pembebasan lahan.
"Biaya yang dikeluarkan untuk membangun jembatan di atas Teluk Youtefa ini mencapai Rp 1,7 triliun. Proyek ini dikerjakan kontraktor konsorsium PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero) Tbk, dan PT Nindya Karya," bebernya.
Terkait konstruksi satu dari dua box baja pelengkung bentang utama Jembatan Holtekamp yang diproduksi di PT PAL Indonesia, Surabaya katanya telah ramÂpung, dan siap dikirim dengan kapal secara utuh ke Jayapura untuk dipasang. Pengiriman box baja pelengkung dengan panjang 120 meter tersebut direncanakan pada Minggu, (3/12) bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti PU ke-72.
"Umumnya, perangkaian sebuah jembatan dilakukan di lokasi. Namun untuk Holtekamp, perangkaian konstruksi dilakuÂkan di tempat berbeda yaitu di PT PAL Indonesia Surabaya," kata Basuki.
Pembuatan pelengkung benÂtang tengah tersebut dilakuÂkan sejak Juli 2017, dan untuk pengiriman box baja pelengkung kedua akan dilakukan pada pertengahan Desember 2017.
Dalam pembuatannya, tingÂkat komponen dalam negeri (TKDN) yang digunakan daÂlam pembangunan jembatan mencapai 95 persen. Hal ini untuk mendukung peningkatan pemanfaatan dan produksi baja dalam negeri.
"Beberapa kelebihan lainÂnya adalah merupakan jemÂbatan lengkung box dengan bentang terpanjang dan terlebar di Indonesia. Ini juga menÂjadi pengiriman jembatan utuh terjauh yakni 3.200 km dari Surabaya ke Jayapura dengan perkiraan lama perjalanan yakni 30 hari," ujarnya.
Selain itu, jembatan ini juga dilengkapi spesial bearing dinamakan seismic isolation pendulum bearing dan spesial expansion joint. ***