Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat ini tengah menyelesaikan tiga bendungan baru di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Bendungan Tanju dan Mila di Kabupaten Dompu dan Bintang Bano di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Kehadiran infrastruktur tersebut salah satunya bertujuan meningkatkan produksi padi Pulau Sumbawa dari saat ini berkisar 3-4 ton per hektare menjadi 5-6 ton per hektare untuk padi konvensional, dan 8-10 ton per hektare dengan metode SRI (system of Rice Intecifiation).
Pembangunan bendungan merupakan program pembangunan 65 bendungan pada 2015-2019 yang menjadi bagian dari Nawa Cita pemerintahan Presiden Joko Widodo mewujudkan ketahanan air dan kedaulatan pangan nasional.
Saat meninjau progres konstruksi Bendungan Bintang Bano, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa akhir tahun 2018 sudah rampung dan awal 2019 dapat dilakukan penggenangan dan segera dirasakan manfaatnya. Progres konstruksi saat ini sudah 55,4 persen dengan kapasitas tampungan 65,84 juta meter kubik yang akan menjadi yang terbesar di NTB.
"Untuk Bendungan Tanju ditargetkan akan bisa dilakukan penggenangan pada akhir 2017, dan Bendungan Mila tahun 2018. Pembangunan kedua bendungan tersebut merupakan bagian dari Sistem Irigasi Rababaka Kompleks (SIRK)," jelasnya, Minggu (26/11).
Menurut Basuki, Rababaka merupakan nama sungai besar di Kabupaten Dompu yang cukup potensial untuk pengembangan pertanian beririgasi teknis. Namun karena keterbatasan lahan, maka potensi air yang relatif besar tersebut hanya dimanfaatkan untuk mengairi Daerah Irigasi Rababaka eksisting seluas 1.689 hektare, selebihnya tidak termanfaatkan dan terbuang ke laut hingga 40 juta meter kubik per tahun.
Sementara itu, di sebelah kanan Sungai Rababaka terdapat Sungai Tanju dan Sungai Mila yang memiliki aliran kecil namun areal irigasi relatif luas areal lebih dari 2.350 hektare dan kerap kekurangan air pada musim kemarau.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Kementerian PUPR melalu Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I melakukan pengelolaan ketiga sungai dalam satu sistem yakni Sistem Irigasi Rababaka Kompleks.
Tujuannya adalah menangkap dan mengalirkan air dari Sungai Rababaka sebesar 3,2 meter kubik per detik dengan membagi kapasitas air melalui saluran interbasin ke Sungai Mila untuk mengisi tampungan Bendungan Mila sebesar 1,3 meter kubik per detik, dan sebagian lagi dialirkan ke Sungai Tanju sebesar 1,9 meter kubik per detik yang ditampung oleh Bendungan Tanju.
"Pembangunan kedua bendungan merupakan bagian dari SIRK. Bendungan Tanju dan Mila tidak akan optimal tanpa adanya saluran interbasin," kata Basuki.
Kapasitas tampung Bendungan Tanju 18,4 juta meter kubik yang akan mengairi area irigasi baru seluas 2.350 hektare dan sumber air baku 50 liter per detik untuk sekitar 4.000 ribu sambungan rumah. Bendungan Mila berkapasitas 6,1 juta meter kubik yang akan dimanfaatkan untuk meningkatkan intensitas tanam khususnya musim tanam III pada DI Rababaka seluas 1.689 hektare.
Di samping Bendungan, juga dibangun Bendung Pengalih, saluran interbasin sepanjang 17 kilometer dan bangunan pembagi aliran air ke masing-masing bendungan. Terdapat dua terowongan yang dibangun yakni terowongan I berada sebelum Bendungan Mila sepanjang 662 meter. Terowongan II dibangun sebelum Bendungan Tanju sepanjang 1,7 kilometer dengan diameter keduanya 3 meter.
Untuk terowongan I saat ini sudah berhasil tembus namun untuk perkuatan dindingnya atau pembetonan akan dilakukan pada tahun 2018 bersamaan dengan konstruksi Terowongan II.
Poyek Pembangunan Bendung Pengalih dan Saluran Interbasin untuk Bendungan Tanju dan Bendungan Mila dikerjakan oleh PT Nindya Karya (Persero) secara multiyears 2013-2018 dengan alokasi anggaran sebesar Rp 348,5 miliar. Alokasi anggaran tahun 2017 sebesar Rp 119,1 miliar dengan penyerapan keuangan bulan Oktober sebesar 93 persen dan progres fisik 98 persen.
[wah/***]