Berita

Publika

Upaya Melembagakan Alumni 212

RABU, 22 NOVEMBER 2017 | 18:05 WIB

BERBAGAI kegiatan yang mengatasnamakan alumni Aksi Bela Islam 212 semakin intensif, baik dalam bentuk aksi demonstrasi, diskusi di ruang terbuka maupun tertutup hingga publikasi di berbagai media. Tak hanya itu, pada awal Desember bulan depan, tepatnya pada 2-12-2017 mendatang, akan dilaksanakan Reuni Akbar dan Kongres Nasional.

Upaya melembagakan alumni 212 dan berbagai kegiatan yang dilakukan, tentu menimbulkan pertanyaan publik, apa tujuan di balik itu.

Jika dilihat dari isu-isu yang mereka usung, tercium aroma politik yang cukup menyengat. Karenanya, sulit untuk mengatakan gerakan tersebut murni kegiatan keagamaan. Publik belum lupa tentang berbagai aksi yang mereka lakukan pada saat bertepatan dengan momentum pilkada DKI Jakarta yang baru berlalu.


Peristiwa politik berbau sara itu masih terekam sangat baik dalam memori publik. Banyak masyarakat yang cukup cerdas memahami apa yang terjadi di balik aksi yang mereka lakukan pada saat itu. Karena sesungguhnya tidak sulit untuk menangkap pesan yang disampaikan dalam aksi-aksi tersebut walau dibungkus dengan kegiatan keagamaan sekalipun. Serapi apapun mereka menutupi kepentingan politik yang bersemayam di balik gerakan tersebut, tak akan mampu membendung aroma politik yang terlalu menyengat.

Sulit dipungkiri aksi-aksi yang diberi judul "Bela Islam" tersebut ada target politik di balik itu untuk membendung Ahok-Djarot memenangi pilkada DKI.

Kasihan umat di bawah yang jujur, polos dan tulus dalam melaksanakan keyakinan agama telah menjadi korban pengaruh propaganda politik yang diberi stempel "Bela Islam".

Karena upaya mereka sukses di Pilkada DKI Jakarta, maka timbul keinginan dari sebagian orang yang terlibat dalam membidani aksi bela islam untuk melembagakan peserta aksi 212 dalam bentuk organisasi. Rencana penyelenggaraan kongres merupakan bukti ada upaya membangun institusionalisasi atau pelembagaan terhadap peserta yang terlibat aksi bela Islam 212.

Lalu apa tujuan melakukan istitusionalisasi di tengah tahun politik saat ini? Menurut saya sangat sulit untuk mengatakan tidak ada tujuan politik tertentu.  Berbagai manuver yang telah dilakukan menunjukkan adanya indikasi kuat bahwa upaya institusionalisasi peserta aksi bela Islam menjadi organisasi formal karena ada kepentingan politik, baik dalam pilkada serentak 2018 maupun pemilu nasional yang akan digelar pada 2019 mendatang.

Salah satu indikatornya adalah sejumlah isu berbau SARA yang mulai bertebaran. Kita bisa mencatat sejumlah isu yang muncul di tahun politik ini antara lain isu jangan pilih partai pendukung penista agama dan jangan pilih calon kepala daerah yang diusung oleh partai pendukung penista agama. Jangan pilih kepala daerah yang kafir, dan sebagainya. Isu tersebut jelas berhubungan dengan agenda politik ke depan yang pelaksanaannya sudah di ambang pintu.

Karenanya, nampak ada korelasi antara keinginan melembagakan alumni 212 secara permanen melalui forum  kongres yang akan digelar bulan depan dengan agenda tujuan politik ke depan.

Nampaknya, kelompok yang mengatasnamakan alumni 212 tersebut ingin mengulang kesuksesan di pilkada DKI Jakarta yang berhasil membendung Basuki Tjahaya Purnama-Djarot Saiful Hidayat memimpin Jakarta. Mereka bermimpi kesuksesan pilkada DKI dapat terulang di pilkada daerah lain. Tentu isu yang dibangun tidak sama persis seperti pilkada DKI, tetapi ada modifikasi isu sesuai kondisi dan realitas politik yang ada di masing-masing daerah.

Begitu pun dalam memainkan agenda politik nasional dan pemilu 2019, tentu ada modifikasi dalam berbagai varian isu. Namun ada satu ciri khas yang dibangun sebagai isu utama (main issues) dan isu inti (core issues) yakni membangkitkan sentimen agama dan etnis. Mereka memanfaatkan dan menyalahgunakan tren politik identitas yang sedang merebak. Maka daripada terus-menerus menyembunyikan agenda politik, alangkah baiknya alumni 212 menjadi organisasi partai politik agar dapat memperjuangkan aspirasi umat Islam.

Namun, cara dan metode gerakan politik yang membangkitkan sentimen SARA dalam bentuk apapun sangat membahayakan dan mengancam keutuhan bangsa dan negara. Merusak nilai-nilai toleransi yang sudah terbangun dan diikat oleh prinsip bhineka tunggal ika dengan falsafah  Pancasila sebagai dasar negara dan UUD NRI 1945 sebagai landasan konstitusi. Oleh karena itu, cara cara berpolitik seperti itu harus segera ditinggalkan demi menjaga ketuhan bangsa. Karena, cara cara berpolitik dengan menggunakan sentimen sara untuk mencapai tujuan adalah bentuk berpolitik memecah belah, politik yang mengabaikan etika dan moral. [***]

Karyono Wibowo
(Pendiri The Indonesian Public Institute)

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya