Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
PERISTIWA perebutan kemÂbali kota suci Makkah (Fathu Makkah/FM) sebuah pembeÂlajaran (lesson learning) beÂsar bagi umat Islam, khususÂnya warga bangsa Indonesia. FM sebuah revolusi besar tanpa setetes darah menguÂcur. FM dalam sejarah merÂupakan salah satu prestasi kecerdasan Nabi di dalam menyelesaikan probÂlem kemasyarakatan dan sekaligus contoh buat negara bangsa manapun. Berawal ketika tekanan dan siksaan kaum kafir Quraisy Makkah semakin meningkat dan mereka sudah merencanakan mengeksekusi Nabi di tengah malam. Kediaman Nabi dipagar betis pasukan elite kafir Quraisy. UnÂtung Nabi beserta Abu Bakar lolos dari pagar beÂtis tersebut. Akhirnya Nabi dan komunitas muslim lainnya di Makkah mengungsi besar-besaran ke Yatsrib, kemudian diganti nama ini menjadi MadiÂnah oleh Nabi Muhammad Saw. Di Madinah Nabi membangun kekuatan umat di samping mengÂgalakkan syiar ke kabilah dan suku bangsa secara luas, sampai ke negeri tetangga.
Setelah merasa cukup kuat, Nabi mengatur strategi untuk merebut Kota Makkah. Nabi memilih penyerangan malam hari Ramadhan. Ia membagi tiga pasukannya sebagai taktik. Satu kelompok leÂwat bukit, satu kelompok lewat lembah, dan kelÂompok lain di jalur normal. Abi Sufyan, pimpinan kaum Kafir Quraisy, tidak menyangka pasukan RaÂsulullah berjumlah besar dan dengan taktik yang canggih. Ia mengira pasukan Rasulullah hanya yang lewat jalan normal. Ternyata saat yang tepat pasukan bukit dan pasukan lembah berjumpa di perbatasan Kota Makkah.
Kaum kafir Quraisy Makkah sangat ketakuÂtan. Mereka menunggu diri mereka dieksekusi sebagaimana layaknya tradisi perang kabilah, yang kalah laki-lakinya dibunuh dan perempuanÂnya dijadikan budak bersama anak-anaknya. Alangkah kagetnya mereka setelah Nabi menÂeriakkan 'Antum thulaqa' (kalian semua sudah bebas!). "Siapa yang masuk ke dalam pekeranÂgan Ka'bah aman, masuk ke rumah Abi Sufyan aman, dan masuk ke dalam rumah dan mengunÂci rumah juga aman." Akhirnya Abi Sufyan bersaÂma pembesar Quraisy menyerah dan bersedia mengikuti petunjuk Nabi. Selanjutnya Nabi memÂinta para pimpinan pasukannya untuk menyataÂkan: "Al-yaum yaum al-marhamah" (Hari ini hari kasih sayang). Salah seorang sahabat Nabi berÂteriak: Al-yaum yaumul malhamah (hari ini adaÂlah hari pertumpahan darah).
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
Senin, 08 Desember 2025 | 12:15
UPDATE
Kamis, 18 Desember 2025 | 14:13
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:56
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:49
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:41
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:31
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:21
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:02
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:01
Kamis, 18 Desember 2025 | 12:58
Kamis, 18 Desember 2025 | 12:48