Berita

Foto: Dok

Bisnis

Beberapa PKS PTPN IV Rusak, Ribuan Ton Sawit Busuk Setiap Hari

RABU, 25 OKTOBER 2017 | 11:17 WIB | LAPORAN:

PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV sepertinya tak lama lagi akan segera menyusul nasib buruk yang sudah dialami PTPN II , PTPN XIII dan PTPN XIV akibat salah kelola.

"Jangankan mencetak laba, bayar gaji untuk pegawai pun sulit,"  Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman kepada redaksi, Rabu (25/10).

Bandingkan dengan sekitar delapan tahun yang lalu, ulas Yusri, posisi kinerja keuangan PTPN IV paling sehat dan menyumbang laba besar ke negara. Kinerja keuangan PTPN IV bahkan sering salip-salipan dengan PTPN III. Namun sekarangnya sudah di bawah PTPN V dan PTPN VI.


"Tetapi apa yang hendak disesalkan nasib buruk telah menimpanya tak lain adalah  akibat kementerian BUMN, salah menempatkan orang di pucuk pimpinan yang tidak sesuai bidang kompentensinya," jelas Yusri.

Ia mencontohkan, penempatan Siwi Peni sebagai dirut PTPN IV yang diduga bermasalah dan melanggar ketentuan Peraturan Menteri BUMN soal tata cara pemilihan direksi dan komisaris. Selain Siwi berlatar belakang dari pegawai BNI, sebelumnya  sempat diangkat sebagai direktur keuangan PTPN III. Dari hasil penelusurannya ternyata pengangkatan Siwi Peni menjadi dirut PTPN IV tidak melalui usulan yang lazim juga tanpa mekanisme fit and proper test.

"Biasanya siapapun yang diusulkan harus diawali oleh dewan komisaris PTPN IV ke Holding Perkebunan dan diteruskan kepada Menteri BUMN melalui Deputy bidang Agro dan Farmasi agar mendapatkan persetujuan, ternyata proses itu tidak dilalui. Entah dari mana tiba tiba diduga ada tekanan kepada Kementerian BUMN agar Siwi Peni yang ditunjuk sebagai direktur utama PTPN IV," ujarnya.

Kondisi tersebut di atas, lanjut Yusri, semakin diperparah lagi karena direktur operasionalnya dijabat oleh Rediman Silalahi yang ternyata mantan Kabag Tehnik PTPN III dan tak memahami tehnik budaya tanaman. Menurutnya nyata pelanggaran yang diduga dilakukan oleh Deputi BUMN Wahyu Kuncoro merangkap wakil komisaris BNI dengan menempatkan beberapa orang BNI puncak sebagai dirut seperti, Siwi Peni di PTPN IV, Dasuki Amsir yang tidak punya prestasi apapun selama menjabat dirut di PTPN IV, tetapi bisa dikondisikan duduk sebagai direktur utama Holding Perkebunan. Hal ini terjadi juga di beberapa PTPN lainnya.

"Jadi tidak heran kita saat ini hampir di semua holding perkebunan, produksi
hampir semua tanaman turun drastis. Hal ini disebabkan pemotongan anggaran yang melanggar RKAP yang sedang gencar dikerjakan oleh Dasuki Amsirsebagai Dirut Holding, semuanya anak usaha ditergetkan mencatat laba dengan cara kurang benar yaitu memotong anggaran  yang tak wajar," paparnya.  

Padahal seharusnya target mencetak laba itu dengan menggenjot produksi dan memberi pupuk sesuai standar yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit  (PPKS). "Bukan pandai-pandaian yang tak ada alasan bisa dipertanggungjawabkan secara tehnis bidang tanaman," sambungnya.

Prinsip Panen Angkut dan Olah (PAO) jelas dinilainya telah terabaikan hampir di semua unit kebun dan menyebabkan restan Tanda Buah Segar (TBS) meningkat, juga rendemen CPO dari PKS rendah.

"Seperti contoh kecil apa yang terjadi di PKS Langkat, ratusan ton tangkos (tandan kosong ) yang tak terangkut karena persoalan ongkos angkut terlalu murah alias tak wajar dan ini hampir terjadi di semua kebun anak usaha holding," beber Yusri.

Dengan pola kebijakan direksi Holding Perkebunan seperti itu, menurutnya sudah sangat membahayakan masa depan perusahaan BUMN ini masuk jurang bangkrut. Seharusnya Menteri BUMN sebagai pembantu presiden segera bertindak mengevaluasi kinerja direksi holding dan anak usahanya agar bisa ditata ulang sebelum terlambat.

"Janganlah percaya pada laporan AIDS (asal ibu dengar senang) dari deputi BUMN bidang Agro dan Farmasi yang diduga berkongkalikong dengan direksi Holding Perkebunan," tegasnya.

Jika terus dibiarkan ia mengingatkan, Menteri BUMN Rini Soemarno akan menyaksikan sendiri produksi semua tanaman hancur di tahun 2018 dan 2019. "Bahkan yang lebih tragis lagi, hampir banyak karyawan di kantor direksi dan di kebun-kebun sudah mengguyonkan  lambang BNI Kapal Berlayar dengan ejekan nampaknya kebun kita mau dibawa berlayar ke laut ini. Apa maksudnya itu?" tutupnya.[wid]
 

 

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya