Berita

Hendardi/net

Hukum

Polri Dilarang Kabulkan Permintaan Bantuan Dari Pansus KPK

KAMIS, 12 OKTOBER 2017 | 17:21 WIB | LAPORAN:

Tidak relevan bila DPR RI meminta Polri membantu Panitia Khusus DPR untuk Komisi Pemberantasan Korupsi (Pansus KPK) memanggil paksa pimpinan KPK.

"Desakan DPR tersebut tidak relevan. Proses yang sedang terjadi di Pansus DPR adalah proses politik dan domain hukum administrasi negara atau tata negara, di mana DPR sedang menjalankan fungsi ketatanegaraannya melakukan pengawasan," kata Ketua Setara Institute, Hendardi, dalam keterangan tertulis. .

Sementara panggilan paksa hanya dibenarkan dalam konteks meminta pertanggungjawaban pidana atas suatu tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. Dengan kata lain, penggunaan panggilan paksa hanya relevan dalam konteks penegakan hukum pidana.


"Maka wajar kalau Polri memberikan dukungan penangkapan dan panggilan paksa yang dilakukan oleh KPK karena KPK sedang menjalankan proses dalam sistem peradilan pidana," ucap Hendardi.

Karena itu, tambah Hendardi, ketentuan dalam Pasal 204 UU 17/2014 tentang MD3 adalah cacat materiil karena mengadopsi mekanisme panggilan paksa dalam proses administrasi negara. Apalagi, tidak ada penjelasan detail mengenai bagaimana dan dalam situasi seperti apa panggilan paksa bisa dijalankan. Hal ini berbeda dengan mekanisme panggilan paksa dalam konteks peradilan pidana. Karena itu, sebaiknya Polri tidak perlu menjalankan perintah Pasal 204 UU 17/2014 tersebut.

Selain itu, patut dicatat bahwa keabsahan Pansus Angket KPK masih diproses dalam uji materiil di Mahkamah Konstitusi. Karena itu pula keengganan Polri dalam melakukan panggilan paksa harus diletakkan sebagai penghormatan terhadap proses yudisial yang sedang berlangsung di MK.

Lagi menurutnya, keterlibatan Polri dalam menjalankan mekanisme panggilan paksa seperti diminta Pansus KPK hanya akan memperkuat legitimasi pembentukan dan kinerja Pansus Angket. Padahal, baik secara yuridis, politis, dan secara etis, Pansus Angket tidak memiliki legitimasi yang kokoh.

"Sebaiknya Polri menunggu putusan MK yang sedang menguji keabsahan kerja politik Pansus KPK," tutup Hendardi. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya