Berita

Sjamsul Nursalim

Hukum

Audit BPK: Kasus SKL Untuk Sjamsul Nursalim Rugikan Negara Rp 4,58 Triliun

SENIN, 09 OKTOBER 2017 | 20:21 WIB | LAPORAN:

Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkap peningkatan kerugian uang negara akibat korupsi dalam penerbitan Surat Keterangan Lunas Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (SKL BLBI).

Seperti disampaikan jurubicara KPK, Febri Diansyah, bahwa lembaganya telah menerima hasil audit investigasi BPK per tanggal 25 Agustus 2017.

"KPK mengucapkan terimakasih pada BPK RI yang telah membantu penanganan salah satu perkara dengan kerugian negara yang cukup besar, yaitu indikasi TPK terkait penerbitan SKL BLBI terhadap BDNI," ucap Febri kepada wartawan di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Senin (9/10).


Disimpulkan bahwa nilai kerugian negara akibat kasus tersebut mencapai Rp 4,58 triliun dari total kewajiban penyerahan aset oleh obligor BLBI kepada BPPN sebesar Rp 4,8 triliun.

Febri merinci Rp 1,1 triliun berupa aset perusahaan dan dinilai sustainable serta telah ditagihkan kepada petani tambak selaku penerima bantuan tersebut.

Namun, setelah dilakukan lelang oleh perusahaan pengelola aset (PPA) terhadap aset-aset tersebut, ternyata nilainya tak mencapai Rp 1,1 triliun. Hasil lelang hanya mendapat Rp 220 miliar. Sehingga terdapat tambahan kewajiban Rp 880 miliar pada pihak obligor.

Sedangkan Rp 3,7 triliun sisanya tidak dilakukan pembahasan dalam proses restrukturisasi yang masih menjadi kewajiban obligor dan belum ditagihkan.

"Jadi, sisanya Rp 4,58 triliun menjadi kerugian negara," jelas Febri.

Dalam kasus ini KPK baru menetapkan satu orang tersangka yakni mantan Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Syafruddin Arsyad Temenggung.

Syafruddin ditetapkan sebagai tersangka karena menerbitkan SKL untuk Sjamsul Nursalim selaku pemilik Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI). Tetapi, Sjamsul sendiri belum pernah diperiksa oleh KPK dalam penyidikan kasus ini.

Sjamsul Nursalim selaku pemegang saham BDNI mendapat SKL BLBI dari BPPN pada 2004 karena dinilai koperatif menyelesaikan utang. Padahal dari Rp 4,8 triliun yang dibayarkan berupa hak tagih kepada penambak udang Dipasena, hanya Rp 1,1 triliun yang dapat ditagih.

Sebelumnya, KPK menyebut Sjamsul masih memiliki kewajiban Rp 3,7 triliun kepada negara. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya