Berita

Nasaruddin Umar/Net

Pancasila & Nasionalisme Indonesia (61)

Mendalami Persatuan Indonesia: Menghargai Kelompok Minoritas

RABU, 04 OKTOBER 2017 | 10:08 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

MASYARAKAT plural seperti Indonesia, penghargaan terhadap kelompok minoritas prasyarat untuk mencapai Persatuan Indonesia. Tanpa penghargaan terhadap mer­eka sepertinya sulit mewu­judkan sila ketiga, Persatuan Indonesia. Menghargai kel­ompok minoritas bukan han­ya merupakan ajaran semula jadi ajaran Islam. Dasarnya banyak ditemukan di dalam Al-Qur'an dan Hadis, serta banyak dipraktekkan pada zaman Nabi dan sahabat. Satu contoh Safwan ibn Sulai­man meriwayatkan sebuah hadis yang mencerita­kan Nabi Muhammad Saw pernah bersabda: "Ba­rangsiapa yang menzalimi seorang muhad (orang yang pernah melakukan perjanjian damai) atau melecehkan mereka, membebani beban di luar kesanggupan mereka, atau mengambil harta tan­pa persetujuan mereka saya akan menjadi lawan­nya nanti di hari kiamat". (HRAbu Daud). Hadis ini luar biasa. Nabi dengan begitu tegas memberikan kepemihakan kepada kaum yang tertindas, ter­zalimi, dan terlecehkan, tanpa membedakan jenis kelamin, etnik, agama, dan kepercayaan. Hadis ini sebenarnya sejalan dengan semangat ayat: Walaqad karramna Bani Adam (Dan sesungguh­nya telah Kami muliakan anak-anak Adam). (Q.S. Al-Isra'/17:70).

radisi Nabi ini dilanjutkan para sahabatnya. Suatu ketika Umar ibn Khaththab blusukan di daer­ah-daerah, ia menyaksikan langsung sekelompok non-muslim dihukum dengan berjemur di bawah terik panas matahari di salah satu daerah di Syam (Syiria). Umar bertanya kenapa mereka dihukum seperti ini? Dijawab karena mereka enggan memba­yar pajak (jizyah). Khalifah Umar kelihatannya tidak setuju dengan hukuman seperti ini dan ia meminta agar mereka dibebaskan dengan hukuman seperti itu. Umar juga meminta kepada para penguasa lokal agar mereka tidak membebani mereka dengan be­ban di luar kesanggupan mereka, dan memperlaku­kan mereka sebagai manusia seperti halnya mem­perlakukan umat Islam. Khalifah Umar juga pernah menemukan salahseorang pengemis buta dan tua dari kalangan non-muslim. Umar bertanya, dari ah­lul kitab mana engkau wahai kakek tua? Kakek tua itu menjawab: Aku adalah seorang Yahudi. Umar melanjutkan pertanyaannya: Apa yang membuatmu seperti begini? Kakek itu menjawab: Aku membu­tuhkan makanan dan kebutuhan pokok. Umar mem­bawa kakek itu ke rumahnya dan membuat secarik memo yang isinya meminta petugas Baitul Mal (Per­bendaharaan Negara) yang isinya: "Tolong perhati­kan orang ini dan orang-orang semacam ini. Demi Allah, kita tidak menyadari kalau kita telah mema­kan hartanya lalu kita mengabaikannya di asa tuan­ya. Sesungguhnya shadaqah itu untuk fakir miskin. Fuqara itu orang muslim dan fuqara ini orang miskin dari ahlul kitab".

ang manarik dari hadis dan pengalaman sa­bat Nabi di atas ialah pemberian bantuan dan per­tolongan di dalam Islam ialah lintas agama dan budaya. Bantuan dan pertolongan dari umat Is­lam bukan hanya diadreskan kepada kelompok muslim tetapi juga kepada kelompok non-muslim, sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi dan Khula­faur Rasyidin, khususnya Umar ibn Khaththab. Kemiskinan dan keterbelakangan itu tidak hanya terjadi di kalangan umat Islam tetapi juga oleh kelompok agama lain. Siapapun mereka jika me­merlukan bantuan dan pertolongan punya hak un­tuk dibantu, walaupun harus diambilkan dari kas Negara (Bait al-Mal), sebagaimana ditunjukkan oleh Umar ibn Khaththab. Di dalam kitab-kitab fikih banyak dibahas tentang fikih minoritas. Salah satu kewajiban umat Islam terhadap umat manusia, tanpa membedakan agama dan etniknya, ialah menyelamatkan mereka dari lokasi musibah dan penderitaan. Sekiranya sudah menjadi mayat pun, tetap menjadi fardlu kifayah buat umat Islam un­tuk mengurus jenazah tersebut. Berdosa massal semua orang atau desa yang menyaksikan mayat hanyut di sungai tanpa mendamparkan lalu men­guburkannya. Karena mayat itu sesungguhnya su­dah milik Allah (al-mayyit haq Allah) yang harus diurus dan dimakamkan.


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

Dituding Biang Kerok Banjir Sumatera, Saham Toba Pulp Digembok BEI

Kamis, 18 Desember 2025 | 14:13

Kapolda Metro Jaya Kukuhkan 1.000 Nelayan Jadi Mitra Keamanan Laut Kepulauan Seribu

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:56

OTT Jaksa di Banten: KPK Pastikan Sudah Berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:49

Momen Ibu-Ibu Pengungsi Agam Nyanyikan Indonesia Raya Saat Ditengok Prabowo

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:41

Pasar Kripto Bergolak: Investor Mulai Selektif dan Waspada

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:31

Pimpinan KPK Benarkan Tangkap Oknum Jaksa dalam OTT di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:21

Waspada Angin Kencang Berpotensi Terjang Perairan Jakarta

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:02

DPR: Pembelian Kampung Haji harus Akuntabel

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:01

Target Ekonomi 8 Persen Membutuhkan Kolaborasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:58

Film TIMUR Sajikan Ketegangan Operasi Militer Prabowo Subianto di Papua

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:48

Selengkapnya