Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
KATA plural dan heterogen berasal dari Bahasa IngÂgris kemudian dipopulerkan menjadi Bahasa Indonesia. Penggunaan kedua kata serÂing rancu digunakan di dalam bahasa sehari-hari kita. Plural (pluralitas) bisa diartikan sifat dari sekumpulan kelompok nilai atau sub-kultur yang diÂikat suatu kekuatan nilai lebih tinggi yang memungÂkinkan masing-masing kelompok dan subkultur itu menyatu di dalam suatu wadah kebersamaan. SeÂdangkan heterogenitas sifat dari sekumpulan kelÂompok nilai atau sub-kultur yang berdiri sendiri tanÂpa diikat oleh satu kesatuan nilai yang lebih tinggi. Penggunaan kata heterogen untuk menggambarÂkan kondisi objektif bangsa Indonesia yang meÂmang begitu majmuk juga dapat dipahami, tetapi tetap dalam koridor pluralism Indonesia.
Bangsa Indonesia lebih tepat disebut sebaÂgai negara plural daripada negara heterogen, karena, meskipun terdiri atas berbagai suku, etÂnik, bahasa, dan agama namun tetap merupaÂkan satu kesatuan budaya dan ideologis sebaÂgaimana tercermin di dalam motto "Bhinneka Tunggal Ika", bercerai-berai tetapi tetap satu. Segenap warga bangsa Indonesia bersepakat utnuk menghimpunkan diri di dalam satu waÂdah kesatuan yang disebut dengan Negara KeÂsatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemahaman seperti inilah yang dimaksud di dalam sila ketiga dari Pancasila, "Persatuan Indonesia".
Pluralitas Indonesia dipahami sebagai sebuah konsep kesatuan yang tersusun dari berbagai unsur keberagaman. Keberagamannya diikat oleh sebuah kesatuan yang kokoh, melalui persamaan sejarah sebagai penghuni gugusan bangsa yang pernah dijajah selama berabad-abad oleh bangsa lain, dalam hal ini Belanda dan Jepang. Kehadiran kolonialisme, setuju atau tidak, telah memberikan andil yang penting untuk menyatukan bangsa Indonesia, sebagai sesama warga bangsa yang mengalami nasib penderiÂtaan yang sama. Di samping persamaan sejaÂrah, pluralitas Indonesia juga diikat oleh kondisi objektif bangsa Indonesia sebagai suatu negara bangsa yang menjunjung tinggi azas kebersaÂmaan, baik kondisi objektif maupun kondisi subÂjektif. Kesatuan kebangsaan ini juga biasa diistiÂlahkan dengan nasionalisme Indonesia.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
Senin, 08 Desember 2025 | 12:15
UPDATE
Kamis, 18 Desember 2025 | 14:13
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:56
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:49
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:41
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:31
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:21
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:02
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:01
Kamis, 18 Desember 2025 | 12:58
Kamis, 18 Desember 2025 | 12:48