Pangsa pasar perbankan syaÂriah sebenarnya mampu menemÂbus 15 persen atau lebih tinggi dari posisi saat ini, yang baru menyentuh 5,3 persen. Salah satu upayanya adalah dengan membentuk bank syariah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Menurut Wakil Ketua Umum Masyrakat Ekonomi Syariah (MES) Firdaus Djaelani, konÂdisi perbankan syariah yang saat ini naik turun, lantaran masih kurangnya skala ekonomi perÂbankan syariah.
"Untuk itu diperlukan berbagai upaya agar dapat mendorong perÂtumbuhan perbankan syariah daÂlam industri perbankan nasional. Salah satu upaya yang diusulkan oleh MES kepada pemerintah, yakni dengan membentuk bank syariah BUMN," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Firdaus bilang, dulu pernah ada wacana pemerintah melakukan merger antara bank syariah anak usaha BUMN, seperti Mandiri Syariah, BNI Syariah, BRI SyaÂriah serta Unit Usaha Syariah BTN. Meski begitu, hingga saat ini usulan tersebut belum diÂjalankan oleh pemerintah.
"Bisa saja merger bank BUMN Syariah. Kalau digabung, misalÂnya bisa mencapai ekuitas Rp 15 triliun, lalu ditambahkan lagi modalnya supaya bisa masuk kelas BUKU (bank umum kegiatan usaha) IV," kata Firdaus.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Juli 2017 total aset perbankan syaÂriah sudah mencapai Rp 388,65 triliun, atau berkontribusi 5,46 persen terhadap aset perbankan nasional.
"Kalau sekarang kan masih 5,3 persen. Jadi akan mencapai skala ekonomi kalau pangsa pasar sudah mencapai 15 persen seperti Malaysia. Artinya, kalau sudah segitu, mulai efisien," imbuhnya.
Firdaus melanjutkan, dengan menjadi bank syariah di kelas BUKU IV, maka bank tersebut dapat memperluas bisnis dengan menjadi bank persepsi, bank penyaluran APBN, serta bisnis lainnya seperti asuransi, multiÂfinance, sekuritas dan lain sebaÂgainya. Karena bisnis tersebut tidak bisa dilakukan oleh bank yang memiliki modal di bawah Rp 30 triliun.
Dengan permodalan dan kaÂpasitas besar, imbuhnya, diÂharapkan perbankan syariah bisa tumbuh besar pangsa pasarnya. Di sisi lain, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) juga perlu dilakukan. Karena bukan rahasia lagi, saat ini pemimpin bank-bank syariah berasal dari bank konvensional. Ia berharap, dengan banyaknya perguruan tinggi ekonomi syaÂriah, nantinya SDM perbankan syariah akan berasal dari ilmu ekonomi syariah.
Deputi Komisioner PengaÂwasan Perbankan OJK Sukarela Batunanggar menilai, perlu ada standardisasi khusus untuk perbankan syariah, agar dapat mendorong kualitas SDM perÂbankan syariah. Tren perkemÂbangan perbankan syariah harus didukung kualitas SDM.
"Terdapat 147 perguruan tinggi yang memiliki program ekonomi syariah, tapi belum terstanÂdardisasi. Tantangan berikutnya bagaimana membuat standariÂsasi, sehingga kualitas menjadi lebih baik," ujar Sukarela.
Untuk mendorong SDM perÂbankan syariah, kata Sukarela, OJK memiliki beberapa inisiatif untuk dikembangkan. Pertama, perlu ada program vokasi untuk program studi syariah. Kedua, perlu ada pusat penelitian dan pengembangan SDM keuangan syariah berkelas dunia.
Ketiga, sinergi keuangan syaÂriah yang didukung dengan peresmian Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS). KeÂempat, standardisasi kurikulum. Kelima, integrasi yang lebih mendalam antara ilmu syariah dan ilmu ekonomi modern.
Dalam hal sinergi, Sukarela mengkritik kurangnya sinergi antara stakeholder. Meskipun berada di bawah naungan AsoÂsiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), sinergi antara bank syariah dinilai masih kurang.
"Dalam pelaksanaannya masih sendiri-sendiri. Harapannya bisa lebih bersinergi. Walaupun bersaÂing dalam bisnis tapi harus bekerÂjasama juga," kata Sukarela.
Sebab menurutnya, skala ekonomi bank syariah yang masih kecil, yakni dengan pangsa pasar baru sekitar 5,3 persen, perlu disiasati dengan sinergi. Ia juga berharap adanya sinergi melalui satu common platform untuk bank syariah di Indonesia, yang di dalamnya terdapat teknologi informasi, SDM, marketing, sosialisasi dan sebagainya.
"Logo iB (
islamic banking) itu belum menjadi jaminan peÂlayanan, jaminan kenyamanan, dan lainnya. Jadi skala ekonomi yang kecil itu disiasati dengan sinergi, agar menciptakan trust nasabah kepada iB ini," kata Sukarela. ***