Berita

Rizal Ramli/net

Bisnis

Rizal Ramli Curiga Sri Mulyani Ikuti Saran Bank Dunia Untuk Jual PLN

RABU, 27 SEPTEMBER 2017 | 15:25 WIB | LAPORAN:

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengirim surat kepada Menteri ESDM, Ignasius Jonan dan Menteri BUMN, Rini Soemarno soal utang PT Perusahan Listrik Negara (PLN).

Dalam surat tersebut Sri Mulyani khawatir kondisi keuangan PLN akibat kewajiban pembayaran pokok dan bunga pinjaman. Sri Mulyani juga menyinggung soal PLN yang dibebani investasi dalam proyek listrik 35.000 MW yang merupakan penugasan pemerintah.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Rizal Ramli mempertanyakan maksud Sri Mulyani membocorkan kondisi PLN tersebut.


"Apa maksud Menkeu Mbok Srie bocorkan "PLN beresiko default"? Bisa bikin panik 'bond holders' lho?," ungkap Rizal Ramli kepada redaksi, Rabu (27/9).

Rizal Ramli pun curiga ada kepentingan tertentu yang sedang disiapkan oleh mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

"Atau buntutnya mau pecah-pecah dan jual PLN seperti saran Bank Dunia, liberalilasasi habis sektor energi? Ide dan saran Bank Dunia itu, melanggar UU Kelistrikan lho, Piye toh," sindir mantan Kepala Bulog itu.

Sebetulnya, saat masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal sudah memprediksi jika proyek 35.000 MW yang terkesan dipaksakan, akan membahayakan keuangan PLN, bahkan bisa berujung pada kebangkrutan.

Menurut Rizal, berdasarkan hitungannya dalam 5 tahun ke depan, Indonesia hanya butuh pembangkit listrik dengan kapasitas total 16.000 megawatt (MW), bukan 35.000 MW.

"Kalau 35.000 MW tercapai 2019, maka pasokan jauh melebihi permintaan, ada idle (kelebihan) 21.000 MW. Di sana ada listrik swasta," jelas Rizal.

Kelebihan kapasitas listrik 21.000 MW yang dibangun swasta atau Independent Power Producer (IPP) itu akan membuat PLN tetap wajib membayar biaya listrik ke perusahaan swasta berdasarkan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement (PPA), antara PLN dengan IPP.

Artinya kata Rizal, pakai tidak dipakai, listriknya PLN tetap wajib bayar ke perusahaan swasta.

"PLN harus bayar 72% listrik dari listrik yang tidak terpakai," kata Rizal.

Tokoh pemilik jurus Rajawali Kepret itu menambahkan PLN telah menghitung perkiraan listrik yang akan dibayarkan dari 72% atau 21.000 MW yang tidak terpakai nantinya bila proyek 35.000 MW ini selesai dalam 5 tahun ke depan. Jumlahnya cukup fantastis, yakni mencapai US$ 10,763 miliar per tahun atau sekitar Rp 150,6 triliun.

"Mau dipakai apa tidak PLN wajib bayar listrik yang tidak terpakai, 72% yang tidak terpakai dari proyek 35.000 MW itu nilainya tidak kurang dari US$ 10,763 miliar," ungkap Rizal.

Namun demikian, sejauh ini kata Rizal, PLN sudah melakukan sejumlah langkah benar. Rizal mengapresiasi upaya PLN yang memanfaatkan grace periode, yakni PLN hanya membayar bunga saja dan tidak membayar angsuran. PLN juga diapresiasi Rizal karena melakukan revaluasi aset menjadi Rp 1.100 triliun agar likuiditas terjaga.

"Tapi cost effisiensi masih perlu ditingkatkan," demikian Rizal. [san]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya