Berita

Foto/Net

Bisnis

Pemangkasan Repo Rate Ikut Katrol Kekuatan Rupiah

Ketegangan Di Semenanjung Korea Bikin Dolar Letoy
SELASA, 26 SEPTEMBER 2017 | 09:43 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Keputusan Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo (Repo Rate) akhir pekan kemarin, berimbas postif terhadap stabilnya rupiah.
 
Hal itu terlihat dari pembukaan perdagangan rupiah kemarin, di mana mata uang Garuda dibuka menguat 14 poin atau 0,11 persen ke level Rp 13.298 per dolar AS. Sebelumnya, spot ditutup di po­sisi Rp 13.312 per dolar AS pada perdagangan Jumat (22/9).

Saat penutupan, rupiah me­nembus posisi Rp 13.305 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) kemarin. Rupiah terapresiasi 0,15 persen atau 20 poin dari posisi Rp 13.325 pada Jumat (22/9).


Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto menilai, pergerakan mata uang domestik sebelumnya lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal. Namun, ru­piah berpotensi bangkit setelah Bank Indonesia memotong suku bunga acuan mereka menjadi 4,25 persen.

"Sebelumnya, langkah rupiah lebih banyak dipengaruhi senti­men luar negeri, seperti hasil rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) di Amerika Serikat (AS) dan terkoreksinya harga sejumlah komoditas yang mendorong pelemahan spot," ujar Andri kepada Rakyat Merdeka.

Namun, lanjut Andri, lang­kah pelonggaran moneter yang cukup hati-hati dan terukur dari Bank Sentral ini nyatanya direspons positif oleh pasar.

Sementara Analis Senior Bi­naartha Sekuritas Reza Pri­yambada melihat, pergerakan dolar sedikit melemah setelah pertemuan The Fed dan adanya imbas ketegangan di Semenan­jung Korea, setelah Korea Utara menyampaikan akan kembali melakukan serangkaian uji coba bom hydrogen. Bagi rupiah sendiri, sentimen eksternal terse­but tidak banyak berimbas.

"Pergerakan rupiah pasca-libur sebenarnya cenderung melemah. Minimnya sentimen positif dalam negeri pasca-libur dan terdepresiasinya yuan setelah lembaga pemeringkat S&P global memberikan rating down­grade terhadap sovereign credit rating China, turut berimbas pada laju," beber Reza.

Karena itu Reza berpandangan, minimnya sentimen positif dan masih lebih besarnya perhatian pelaku pasar kepada pertemuan The Fed membuat laju rupiah untuk menguat sedikit tertahan.

"Diharapkan sentimen terse­but dapat mereda, sehingga laju rupiah pun kembali menemukan momentum kenaikannya pasca libur nasional dalam negeri. Tetap mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat pergerakan rupiah kembali vari­atif," ujarnya.

Reza pun memproyeksi, ru­piah akan bergerak dengan kisaran pada kisaran support Rp 13.286 dan resisten Rp 13.260 per dolar AS. Hal itu didorong harapan akan adanya kenaikan rupiah tertahan dengan sentimen global. Diharapkan sentimen di awal pekan depan dapat lebih positif, dan membuat laju rupiah kembali menemukan momentum kenaikannya.

Asisten Gubernur Kepala De­partemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo melaporkan, nilai tukar rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat alias terapre­siasi. Bahkan selama Agustus 2017, secara rata-rata rupiah menguat 0,02 persen menjadi Rp 13.343 per dolar AS.

"Penguatan nilai tukar rupiah selama Agustus 2017 dipengaruhi pelemahan nilai tukar dolar AS. Selain itu, ada pula aliran masuk dana asing (capital inflow) yang menyebabkan kondisi net supply di pasar valas," kata Dody.

Dody mengatakan, pelemahan dolar AS dipengaruhi oleh pernyataan dari The Fed dan ECB (Bank Sentral Eropa), serta kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi AS.

"Bank Indonesia akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar," jelas Dody.

Ia pun menjelaskan, BI juga akan mengamati dan mewaspadai kondisi eksternal yang dapat mem­pengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Diakuinya, salah satu kondisi tersebut adalah dampak penurunan peringkat utang China oleh S&P Global Ratings.

"Kita mengamati risiko ini. Risiko yang bisa mengganggu stabilitas nilai tukar akan direspons oleh kebijakan kita," tutur Dody.

Kebijakan terkait nilai tukar yang dimaksud Dody adalah dengan cara Bank Sentral masuk ke pasar, melalui intervensi maupun kebijakan yang sudah dilakukan, termasuk lindung nilai (hedging). ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya