Berita

Nasaruddin Umar/Net

Pancasila & Nasionalisme Indonesia (51)

Mendalami Persatuan Indonesia: Bukan Nasionalisme Tertutup

JUMAT, 22 SEPTEMBER 2017 | 08:39 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

NASIONALISME Indone­sia sering dijadikan acuan di dalam membicarakan Persatuan Indonesia. Wacana Nasionalisme Indonesia sering diperhadapkan dengan nilai-nlai universal, termasuk agama-agama besar yang berasal dari luar nusantara, khususnya Islam. Agama sarat dengan nilai ajaran universal, sedangkan nasionalisme sarat dengan nilai-nilai lokal. Per­tanyaannya ialah mungkinkah berjumpa secara simetris antara Islam dan nasionalisme? Jawa­bannya ialah Nasionalisme Indonesia memper­temukan antara keduanya tanpa menimbulkan distorsi dan reduksi makna secara signifikan. Islam tetap eksis sebagaimana adanya di bumi Indonesia di satu sisi. Di sisi lain nasionalisme tetap menemukan diri juga sebagaimana adan­ya. Kelenturan nilai-nilai Islam dan kelembutan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang memben­tuk nasionalisme saling merapat dan menyatu di dalam sebuah wadah Nasionalisme Indonesia.

Sebagai bangsa dan negara besar, dan se­bagai negara muslim terbesar, yang terdiri dari ribuan pulau berikut kondisi objektif suku bangsa, agama dan bahasanya berbeda satu sama lain, sudah barang tentu terbayang betapa rumit men­gaturnya. Apalagi dengan keberadaan geografis Indonesia yang menduduki posisi silang di tengah percaturan gelombang peradaban dan globalisa­si. Ujian dan tantangan Nasionalisme Indonesia akan semakin berat. Sebagai umat dan sebagai warga bangsa, seharusnya kita selalu terpanggil untuk ikut merawat Nasionalisme Indonesia agar tetap konsisten seperti sejak awal diperkenalkan oleh the founding father kita. Sudah tidak lagi za­mannya memperhadap-hadapkan antara Islam nasionalisme, karena sejarah bangsa ini telah menyelesaikannya secara konstruktif berbagai persoalan yang bersifat konseptual.

Prof. Soenario salah seorang arsitektur Nasionalisme Indoneisa, pernah menyatakan bahwa dasar dan tujuan nasionalisme Indonesia adalah persamaan keturunan, persamaan kepercayaan dan agama, bahasa, dan kebudayaan. Asal usul orang-orang Indonesia dari rumpun bangsa Os­tronesia (Indo Cina) dan bentuk fisiknya mirip satu sama lain yang dalam antropologi disebut Palaemongoliden (Mongolide tua). Persamaan agama di sini dimaksudkan sebagai agama-agama menjadi sumber motivasi kuat digunakan untuk melawan dan mengusir penjajahan. Kare­na Indonesia mayoritas umat Islam maka peran Islam sedemikian besar di dalam mewarnai na­sionalisme Indonesia, namun tidak berarti agama lain tidak terakomodasi di dalam NKRI. Konsep dasar Nasionalisme Indonesia tercermin di dalam Pembukaan UUD 1945. Jika dicermati maka ada lima unsur utama yang mendasari terbentuknya nasionalisme Indonesia di dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu: Bertujuan untuk mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa, mewujudkan dan mempertahankan persatuan nasional, mewujudkan dan memelihara keaslian dan keistimewaan, mewujudkan dan memelihara pembedaan dan ciri khas di antara bangsa-bang­sa yang ada, dan berperan serta mewujudkan ketertiban dan kesejahteraan dunia. Pada mulan­ya konsep nasionalisme Indonesia lebih identik dengan kultur keislaman, namun setelah Nation­al Indische Party (pengganti Indische Partij) da­lam kongres nasional se Hindia tahun 1922 yang memperkenalkan konsep nasionalisme Hindia. Perkembangan berikutnya faktor kultur Jawa ikut lebih dikenalkan, terutama setelah peristiwa "Jawi Hisworo", yang menghasilkan konsep nasion­alisme Jawa (committee voor het Java ansche nationalism). Karena kultur Jawa juga banyak identik dengan kultur Islam, maka kedua konsep nilai ini tidak berhadap-hadapan satu sama lain. Meskipun tidak bisa diingkari masih di sana-sini ada pernik-pernik yang memerlukan penyelesa­ian secara on-going process, yang memerlukan kesabaran dan pengertian bersama. Nasional­isme yang dikembangkan oleh founding fathers kita adalah nasionalisme terbuka, bukannya na­sionalisme tertutup dan kaku.


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

Dituding Biang Kerok Banjir Sumatera, Saham Toba Pulp Digembok BEI

Kamis, 18 Desember 2025 | 14:13

Kapolda Metro Jaya Kukuhkan 1.000 Nelayan Jadi Mitra Keamanan Laut Kepulauan Seribu

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:56

OTT Jaksa di Banten: KPK Pastikan Sudah Berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:49

Momen Ibu-Ibu Pengungsi Agam Nyanyikan Indonesia Raya Saat Ditengok Prabowo

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:41

Pasar Kripto Bergolak: Investor Mulai Selektif dan Waspada

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:31

Pimpinan KPK Benarkan Tangkap Oknum Jaksa dalam OTT di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:21

Waspada Angin Kencang Berpotensi Terjang Perairan Jakarta

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:02

DPR: Pembelian Kampung Haji harus Akuntabel

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:01

Target Ekonomi 8 Persen Membutuhkan Kolaborasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:58

Film TIMUR Sajikan Ketegangan Operasi Militer Prabowo Subianto di Papua

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:48

Selengkapnya