Berita

Ilustrasi Film G30S/PKI

Politik

Buatlah Film Tentang G30S/PKI Yang Lebih Baik

SELASA, 19 SEPTEMBER 2017 | 20:35 WIB | OLEH: DJOKO EDHI ABDURRAHMAN

SAYA ada di Studio 41 Tendean Jakarta waktu film "G30S/PKI" dibuat oleh Arifin C Noor. Saya sempat menjadi Direktur Litbang Studio 41 sampai Dirut Studio 42 Mas Edy meninggal tahun 2000. Dan Direktur Perum Pusat Film Negara (PPFN) G. Dwipayana juga meninggal.

Saya Wakil Sekretaris LPBH PBNU saat ini, tapi belum pernah dengar karir maupun kompetensi Imam Azis yang di PBNU mengurus kebudayaan, yang kemarin menyatakan film "G30S/PKI" film sampah. Apalagi bikin film. PBNU sendiri belum pernah bikin film yang sutradaranya dari PBNU.

Saya baca Imam Azis yang juga di PBNU, mencaci maki film "G30S/PKI" yang disutradarai Cineas Arifin C Noor sebagai film horor murahan di seantero medsos. Bukan budayawan, bukan film maker, bukan sineas, mencaci maki karya orang lain. Bagaimana membacanya ini Bro Imam?

Studio 41 dan film G30S/PKI


Film "G30S/PKI" dirilis tahun 1984. Produsernya adalah PPFN (Perum Pusat Film Negara). Pelaksana produksinya adalah Studio 41, Tendean Jakarta Selatan.

Tak kurang selama setahun riset dan hunting location dilakukan Mas Edy Cs dan Arifin C. Noor untuk menyusun naskahnya, skenario dan story board dengan metodologi jumping shoot. Bersama dengan film "G30S/PKI" juga dibuat film "Jakarta 66". Entah jadi apa Imam Azis waktu itu. Salah-salah baru mengaji kitab gundul. Belum sampai ke kebudayaan, apalagi bahasa kamera.

Studio 41 adalah studio pertama di Indonesia, didirikan oleh G Dwipayana, penulis naskah film "Si Unyil" yang juga Asisten Menteri Sekretariat Negara. Studio 41 adalah satu-satunya studio film (yang belakangan terkenal dengan Production House). IKJ (Institut Kesenian Jakarta), TIM diinisiasi dari Studio 41, dan tempat praktikum anak-anak IKJ.

Kamera Celluloid

Film "G30S/PKI" dibuat dengan kamera celluloid. Untuk memakai kamera ini, kameramen, sutradara, penulis skenario, harus paham bahasa kamera. Edit tak bisa dilakukan di Indonesia, umumnya di Ad Lab, Australia atau Hongkong. Mahal sekali. Edit linier baru bisa dilakukan setelah PPFN membeli komputer Imix Family tahun 1990-an, bersistem mainframe. Operatornya terhitung dengan jari, hanya ada di Studio 41.

Bicara kualitas gambar, hasil celluloid jauh di atas kualitas digital sampai kini, karena sejumlah teknik celluloid tak dimiliki kamera beta maupun kamera digital. Juga penyusunan gambar yang kini tak menggunakan story board, sementara di Hollywood, story board masih prasyarat wajib hingga kini, bahkan untuk jenis skenario teleplay.

Arifin C Noor

Cineas terkemuka saat itu adalah Arifin C Noor. Karyanya sangat termashur. Arifin juga penulis naskah teater, antara lain, "Umang-Umang", "Sumur Tanpa Dasar", keduanya menduduki juara naskah nasional.

Demikian masyhurnya Arifin, sehingga Noorca Marendra Massardi mengganti namanya menjadi Noorca Marendra Massardi. Noorca berasal dari C Noor, sedang Marendra berasal dari Rendra. Sedang nama aslinya sendiri adalah Mas Ardi. Noorca adalah sembilan kali menjadi Pimred, terakhir Pimred Majalah Forum Keadilan di mana saya jadi Kapusdata Majalah Forum.

Arifin C Noor adalah sutradara pertama yang melakukan pengambilan gambar tanpa skenario dan story board di Indonesia. Karena itu, ia dijuluki cineas jenius. Dan nama Arifin C Noor peringkat teratas, baik wibawa, karya seni, maupun wawasan kebudayaan. Lainnya di bawah dia.

Ketika hari-hari ini karya Arifin C Noor dicaci maki sebagai sampah dan horror oleh budayawan PBNU Imam Azis, sudah pasti budayawan ini tak paham karya cinema. Niscaya Imam lilu, juga ketika menonton film "Gladiator". Lo, di naskah teaternya Brutus menikam Julius Caesar 14 kali. Kok dicekik?

Belajar Sejarah

Kalau mau belajar sejarah, jangan dari film besar. Melainkan di dokumenter, buku sejarah. Bukan di film "G30S/PKI". Ngawur berat. Film itu adalah film yang dibiayai oleh PPFN, berkisah tentang Presiden Soeharto. Versinya jelas PPFN. Tak lantas film ini sampah atau horror. Sampai kini, belum ada film sebaik karya Arifin C Noor itu.

Kalau merasa hebat, buatlah film yang lebih baik dari karya Arifin C Noor. Sampai matahari terbit dari Barat, niscaya takkan mampu. Kalau marah kepada Panglima TNI yang memutar film itu, caci maki saja Jenderal Gatot Nurmantyo. Tak berani kan? Kurang nyalinya. Di mana salahnya film itu bro? Tolong tunjukkan kebenaran versi antum. Mana? [***]

Penulis adalah mantan Direktur Litbang Studio 41, Mantan Anggota Komisi III DPR, Wasek LPBH PBNU

Populer

Seluruh Fraksi di DPR Kompak Serang Kejagung soal Tom Lembong

Rabu, 13 November 2024 | 18:01

Kapolri Mutasi 55 Pati dan Pamen, Ada 3 Kapolda Baru

Selasa, 12 November 2024 | 23:52

"Geng Judol" di Komdigi Jadi Gunjingan sejak Bapak itu Jabat Menteri

Rabu, 06 November 2024 | 07:53

Dedi Prasetyo Dapat Bintang Tiga jadi Irwasum, Ahmad Dofiri Wakapolri

Selasa, 12 November 2024 | 22:50

Tak Terima Dikabarkan Meninggal, Joncik Laporkan Akun Facebook "Lintang Empat Lawang" ke Polisi

Kamis, 07 November 2024 | 06:07

Musa Rajekshah Dorong Pemetaan Potensi dan Keunggulan Desa

Kamis, 07 November 2024 | 21:43

Beredar Kabar Sekda DKI Jakarta Diganti

Jumat, 08 November 2024 | 15:43

UPDATE

Kemenangan Trump Dongkrak Dolar AS Capai Level Tertinggi dalam Setahun

Kamis, 14 November 2024 | 17:58

Program Transmigrasi Harus Terintegrasi Food Estate

Kamis, 14 November 2024 | 17:57

Mafia Tanah Dago Elos juga Dijerat Pasal TPPU

Kamis, 14 November 2024 | 17:37

Imbas Kasus Bahlil, Program SKSG UI Harus Diaudit

Kamis, 14 November 2024 | 17:32

Integritas Bahlil

Kamis, 14 November 2024 | 17:22

Kader Golkar Geram Beredar Berita Bohong Putusan PTUN Jakarta

Kamis, 14 November 2024 | 17:13

Ini Kunci Sukses Gregoria Tundukkan Ratchanok di Japan Masters 2024

Kamis, 14 November 2024 | 17:10

Taj Mahal dan Kuil Emas India Tertutup Kabut Asap Beracun

Kamis, 14 November 2024 | 16:55

KPK Sita Rumah Milik Wadirut PT Totalindo Eka Persada Salomo Sihombing

Kamis, 14 November 2024 | 16:52

Komisi I DPR Sebut Ancaman Medsos Jadi Tugas Wantannas

Kamis, 14 November 2024 | 16:41

Selengkapnya