Emoney/net
Emoney/net
TADI saat saya menunggu acara talk show di sebuah stasiun televisi swasta di Jakarta, saya dihubungi via telepon oleh kawan David Tobing. Dalam teleponnya kawan David mengajak saya untuk ikut menyuarakan dan mendukung gerakan menolak pengenaan biaya terhadap isi ulang atau top up uang elektronij (E-Money). David menjelaskan bahwa pengenaan biaya isi ulang itu membebani masyarakat. Saya katakan akan mendukung menyuarakan penolakan terhadap pengenaan biaya isi ulang E-Money tersebut.
Gubernur Bank Indonesia memang mengatakan bahwa biaya isi ulang tersebut kecil saja besarnya, antar Rp 1.500 sampai Rp 2.000. Begitu pula beberapa pernyataan masyarakat di media televisi mengatakan biaya tersebut tidak masalah jika masih kecil saja tarifnya. Nah pertanyaannya sekarang, apakah biaya isi ulang tersebut kecil saja nilainya?
Menurut seorang teman yang juga dosen fakultas ekonomi di sebuah universitas di Jakarta mengatakan pada saya bahwa pemilik kartu E-Money di Indonesia sekarang ini jumlahnya sudah mencapai sekitar 20 juta. Dikatakan juga bahwa jumlah transaksi top up atau isi ulang E-Money sampai 100 juta per tahun. Lalu saya coba kalikan jumlahnya saja dengan biayanya isi ulang Rp 1.500 X 100 juta dan jumlahnya luar biasa Rp 150 Milyar per tahun. Pendapatan ini adalah pendapatan samping bank pengelola E-Money menurut teman saya yang dosen ekonomi.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33