Berita

Publika

Prof, Ini Perbedaan Beras Dengan Menir

KAMIS, 14 SEPTEMBER 2017 | 13:47 WIB

PERDEBATAN tentang perberasan nasional semakin panas dan bahkan dapat disebutkan keluar dari konten. Pasalnya, Prof Bustanul Arifin tidak bisa membedakan, mana beras yang biasanya diolah menjadi nasi dan mana yang disebut menir.

Menurutnya, beras dan menir tidak ada bedanya sehingga impor menir dikategorikan impor beras sebagai kebutuhan pokok.

Pada prinsipnya, beras yang diolah menjadi nasi merupakan beras dengan ukuran kepatahan yang lebih kecil. Beras ini terdiri dari beras utuh, dimana butir-butir beras baik sehat maupun cacat yang utuh atau tidak ada yang patah sama sekali.


Kemudian, beras kepala yaitu butir beras patah baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih besar atau sama dengan 6/10 bagian ukuran panjang rata-rata butir beras utuh yang dapat melewati permukaan cekungan indented plate dengan persyaratan ukuran lubang 4,2 mm.

Selanjutnya beras butir patah, yaitu baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 6/10 bagian tetapi lebih besar dari 2/10 bagian ukuran panjang rata-rata butir beras utuh.

Sedangkan menir merupakan butir beras patah, baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 2/10 bagian butir utuh.

Berdasarkan Scientific Repository IPB (2009), beras menir merupakan salah satu hasil samping proses penggilingan beras selain sekam dan bekatul.

Penampakan menir seperti halnya beras patah, namun menir berukuran lebih kecil dari 0,2 bagian beras utuh (Kadarisman, 1986).

Pemanfaatan menir selama ini dirasakan belum optimal. Pada umumnya hanya digunakan sebagai pakan ternak. Menir alami memiliki kelemahan yaitu ketidakmampuannya untuk mengembang dalam air dingin. Kelemahan ini menyebabkan kelarutan menir menjadi rendah jika dimanfaatkan sebagai bahan industri.

Tentang hal ini, perlu dicatat bahwa Indonesia sejak 2016 tidak ada impor beras medium dan Kementerian Perdagangan memang tidak mengeluarkan ijin impor beras medium.

Impor 2017 itu bukan beras medium, tapi beras patah 100 persen alias menir dan sedikit beras khusus untuk kebutuhan khusus yang tidak ada di dalam negeri. Sebaliknya Indonesia juga sudah ekspor beras merah beras organik dan dan beras khusus lainnya. [***]

Rico Simanjuntak
(Penulis adalah Alumni Sosek Institute Pertanian Bogor)

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya