Industri penerbitan buku diramal masih akan terus eksis meski diterpa oleh tren internet dan kurangnya miÂnat membaca masyarakat di Indonesia.
Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Rosidayati Rozalina menilai, kondisi seperti ini justru memacu para penerbit untuk berinovasi. SeÂlain membuat tampilan buku makin menarik para penerbit juga terus mempromosikan buku di internet bahkan tidak sedikit buku yang diterbitkan dengan edisi digital.
"Kami berusaha mendorong para penerbit untuk cepat beradaptasi, penerbit juga sudah mulai mendigitalisasiÂkan buku-buku terbitannya," kata Rosidayati di Jakarta, kemarin.
Para penerbit yang telah bergabung di IKAPI, telah merangkul para pelaku usaha di bidang digital. Langkah ini dilakukan untuk memasarkan buku versi digital agar buku yang dijual busa dengan muÂdah diakses oleh masyarakat khususnya generasi milenia.
"Untuk mengembangkan bisnis buku digital, sejak taÂhun lalu kami sudah bekerja sama dengan tujuh platform digital," akunya.
Dia mengakui, gencarnya tren digital dan internet sebeÂlumnya tidak terpikirkan akan menjadi tantangan yang beÂsar bagi industri penerbit. Meski demikian, hal ini tidak akan mampu menggilas bisnis buku, justru yang ada akan menciptakan peluang baru bagi industri. "Ini bagi IKAPI adalah peluang," katanya.
Wakil Ketua Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky Joseph Pesik yakin industri buku cetak maupun digital bakal terus tumbuh. "Saya yakin dunia penerbitan Indonesia bermasa depan cerah. Banyak faktor yang akan mengantarÂkan industri buku Indonesia ke kejayaan," katanya.
Dia menyebut, dari beragam subsektor industri kreatif yang bernaung di bawah Bekraf, penerbitan menempati peringÂkat tertinggi ke-5 dalam konÂtribusi PDB Ekonomi Kreatif (Ekraf) yaitu menyumbang Rp 53,59 triliun.
"Buku atau penerbitan itu berkontribusi 6,29 persen dari total PDB ekonomi kreatif," terangnya.
Dia menyebut faktor yang akan mendorong industri buku maju yang pertama tentu saja adalah faktor populasi. Makanya semua pihak perlu meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia. Faktor lain adalah kebebasan, dimana penulis masih bebas melahirÂkan ide-ide dan karya-karya tulis yang memikat. "Ini seÂmua berpeluang mewujudkan Indonesia sebagai produsen dan konsumen buku utama di dunia," ungkapnya.
Berdasarkan studi
Most LitÂtered Nation In the World yang dilakukan oleh Central ConÂnecticut State Univesity pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat memÂbaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). ***