PT Pertamina (Persero) memastikan menjual premium dan solar, termasuk penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga ke seluruh Indonesia sesuai penugasan pemerintah. Meskipun di semester I-2017 perseroan mengalami rugi hingga 957 juta dolar AS atau sekitar Rp 12 triliun.
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengataÂkan, untuk mencegah kerugian Pertamina yang semakin besar, harus ada pembahasan lebih lanjut antara pemerintah selaku pemberi tugas dengan Pertamina yang melaksanakan penugasan.
"Memang ke depan harus dibicarakan lagi, bagaimana kompensasi ke Pertamina. Apakah nanti kemudian dibentuk formulasi dan lain-lain sehingga bisa terus dilanjutkan," kata Elia di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (6/9) malam.
Elia mengklarifikasi dugaan kerugian yang dialami lemÂbaganya akibat menjual bahan bakar minyak (BBM) penuÂgasan pemerintah. Kementerian BUMN sebelumnya menyataÂkan Pertamina rugi Rp 12 triliun akibat menjalankan penugasan premium dan solar, termasuk BBM satu harga.
Menurut Elia, Pertamina tidak merugi hingga Rp 12 triliun. Namun perusahaan berpotensi kehilangan tambahan pendapaÂtan jika harga solar dan premiÂum dijual sesuai dengan formula yang ditetapkan pemerintah.
Pertamina memiliki formuÂla sendiri untuk menghitung harga jual BBM. "Kalau forÂmula itu disesuaikan dengan harga crude (minyak mentah), kami seharusnya dapat tambaÂhan Rp 12 triliun," katanya.
Elia mengatakan formula peÂmerintah dihitung berdasarkan harga minyak mentah saat masih di level 40 dolar AS per barel. Sedangkan harga crude saat ini berada di kisaran 50 dolar AS per barel dan pemerintah belum menetapkan kenaikan harga baik solar serta premium tahun ini. enurutnya, selisih Rp 12 triliun itu, tidak mengganggu keuangan perseroan.
Menurutnya, selisih Rp 12 triliun itu juga lebih tepat jika disebut sebagai tambahan subsidi dari pemerintah lewat PertamiÂna, bukan kerugian. "Pemerintah lewat Pertamina sebenarnya sudah memberikan tambahan subsidi sebesar Rp 12 triliun untuk masyarakat. Jadi bukan kerugian, kan yang menikmati masyarakat," ujarnya.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) KeÂmenterian ESDM Ego Syahrial mengatakan, pihaknya belum mendapat laporan langsung mengenai kerugian yang diderita Pertamina tersebut. Namun diÂpastikan, program BBM satu harga di seluruh Indonesia akan tetap dijalankan.
"Saya belum dapat laporan pasti (terkait kerugian), tapi logikanya kan begini, segala sesuatu dalam melakukan efisieni tentu PertamÂina masih bisa lah," ujarnya.
Tak Boleh Berhenti Menurut Ego, Kementerian ESDM juga belum menyiapÂkan kebijakan terkait insentif dalam hal kerugian ini. Namun agar pembangunan Indonesia di semua wilayah bisa berjalan, penyaluran BBM satu harga memang harus tetap dilakukan. "Pasti pemerintah akan cari jalan keluar. BBM satu harga tak boleh berhenti, ini demi keadilan untuk masyarakat di daerah terpencil," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, setoran dividen Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero ke negara tahun depan akan berkurang. Sementara surplus yang diperoleh PLN harus digunakan untuk membangun proyek kelisÂtrikan 35.000 megawatt (mw).
"Kebijakan tersebut memang tidak menguntungkan Pertamina dan PLN, namun di sisi lain memberikan dampak positif terhadap masyarakat di seluruh Indonesia." ***