Berita

Sudarnoto A Hakim/Net

Politik

PM Najib-Donald Trumph

RABU, 06 SEPTEMBER 2017 | 12:30 WIB | OLEH: SUDARNOTO A HAKIM

DIPERKIRAKAN pekan depan PM Malaysia Najib akan berkunjung ke White House bertemu Presiden Amerika Donald Trumph.

Berbagai media baik di Malaysia maupun di Amerika mulai memperbincangkan kunjungan pertemuan dua pemimpin Malaysia dan Amerika ini. Tak sedikit yang meragukan adanya hasil penting dari pertemuan ini terutama bagi kepentingan masyarakat luas dua bangsa ini. Pasalnya, baik Najib maupun Trumph adalah pemimpin yang sedang dipersoalkan oleh sebagian masyarakat di masing-masing negaranya.

Najib, yang oleh pengamat Barat sering disebut-sebut sebagai pemimpin nasionalis otoritarian sebagaimana sejumlah pemimpin Asia Tenggara lainnya,  sedang digoyang terutama oleh kekuatan oposisi antara lain dengan alasan mega korupsi yang dilakukan. Trumph juga sama seorang pemimpin nasionalis yang cenderung otoritarian di negara yang justru sering disebut sebagai salah satu kampiun demokrasi. Dua-duanya membungkam kebebasan pers; siapa saja bisa ditangkap dan dipenjara karena melakukan kritik atau kecaman terhadap sang pemimpin dan kinerja pemerintahannya.


Aktivis HAM tidak jarang bersuara lantang kepada kedua pemimpin ini atas kebijakan-kebijakan yang terasa tidak menghargai dan bahkan merusak prinsip-prinsip demokrasi dan HAM. Dan pekan depan, keduanya bertemu di White House.

Untuk Apa?

Secara resmi ada beberapa agenda yang menjadi perhatian dua pemimpin ini antara lain kerjasama membangun keamanan wilayah Asia Tenggara dan menghadapi radikalisme terorisme, menghadapi kekuatan Cina yang semakin progresif dan tentu menjadi ancaman bagi kepentingan Amerika di Asia Tenggara dan kerjasama ekonomi perdagangan. Bagi Najib, momentum ini akan dimanfaatkan untuk menegaskan bahwa apapun yang terjadi di Malaysia, sekuat apapun gerakan Mahathir untuk mendongkel Najib,  tidak akan merusak citranya di mata internasional.

Artinya, Najib memiliki keyakinan politik bahwa dia masih aman mengahadapi Pemilu yang dalam waktu dekat akan diselenggarakan. Ditambah lagi,  dalam tingkat tertentu agenda pembicaraan di White House sebetulnya juga menyentuh kepentingan Malaysia dan Asia Tenggara secara umum. Isu radikalisme dan terorisme misalnya diharapkan bisa menjadi titik temu. Begitu juga soal hubungan perdagangan dua negara.

Najib tentu juga berharap bahwa akan ada perubahan sikap Amerika terkait dengan isu korupsi yang menderanya. Sebagaimana diketahui bahwa Departemen Kehakiman Amerika telah memberikan sorotan tajam terhadap kasus korupsi Najib ini. Tentu ini sangat mengganggu posisi Najib dan karena itu Najib berharap kehadirannya di Amerika bisa mengubah sikap Amerika meskipun tak sedikit yang meragukan.

Bagi Najib, spekulasi ini penting untuk dilakukan apalagi sebetulnya hubungan baik Najib dengan banyak tokoh dan peminpin Amerika sudah lama terjalin.

Bagi Trumph, pertemuan White House juga penting antara lain untuk menegaskan bahwa perkembangan ekonomi dan politik Cina yang makin progresif tidak mengganggu dan mengurangi pengaruh Amerika khususnya di Asia Tenggara. Tentu saja Trumph sangat menyadari hal ini tidak akan mudah untuk direalisasikan dalam kebijakan luar negerinya karena Philipine sudah memihak ke Cina.

Indonesia era kepemimpinan Jokowi juga kuat cenderung berhubungan dengan Cina yang sebetulnya banyak kalangan masyarakat Indonesia menghawatirkan kehadiran dan pengaruh Cina ini.

Bagi aktivis DAP khususnya menempatkan Malaysia dan Cina dalam posisi yang berhadap-hadapan dengan meminjam tangan Amerika adalah langkah yang sama sekali tidak produktif. Cara ini justru akan merusak relasi antar ras di Malaysia. Karena itu,  mereka cenderung untuk tetap memperkuat hubungan dengan Cina lalu Saudi Arabia dan juga Amerika. Dengan pilihan ini,  kepentingan Malaysia dan negara-negara Asia Tenggara tetap terjaga dengan baik dan menjaga keutuhan stabilitas wilayah Asia Tenggara itu sendiri.

Penulis sendiri ragu bahwa pertemuannya dengan Trumph dalam beberapa hari ke depan ini akan menolong Najib khususnya dalam soal korupsi. Sementara Mahathir dan kekuatan oposisi nampak akan terus melakukan konsolidasi politik memenangkan Pemilu dan mengakhiri dominasi UMNO- BN, aliansi politik yang pernah Mahathir pimpin selama 22 tahun. Wallahu a'lam. [***]

Penulis adalah pakar politik Malaysia

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Wakil Wali Kota Bandung Erwin Ajukan Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:05

Prabowo Diminta Ambil Alih Perpol 10/2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:00

BNPB Kebut Penanganan Bencana di Pedalaman Aceh

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:32

Tren Mantan Pejabat Digugat Cerai

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:09

KPID DKI Dituntut Kontrol Mental dan Akhlak Penonton Televisi

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:01

Periksa Pohon Rawan Tumbang

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:40

Dua Oknum Polisi Pengeroyok Mata Elang Dipecat, Empat Demosi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:13

Andi Azwan Cs Diusir dalam Gelar Perkara Khusus Ijazah Jokowi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:01

Walikota Jakbar Iin Mutmainnah Pernah Jadi SPG

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:31

Ini Tanggapan Direktur PT SRM soal 15 WN China Serang Prajurit TNI

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:09

Selengkapnya