PT Pertamina (Persero) sukses mencatatkan pendapatan sebesar 20,5 miliar dolar Amerika (AS) atau sekitar Rp 264 triliun atau tumbuh sebesar 19 persen dibandingkan semester I 2016 yang tercatat 17,2 miliar dolar AS (Rp 224 triliun).
Direktur Utama Elia Massa Manik mengatakan, naiknya harga minyak mentah dunia teÂlah menjadi insentif bagi bisnis hulu. Namun kenaikan harga minyak mentah tersebut juga berpengaruh pada peningkatan beban pokok penjualan di sekÂtor hilir.
"Ini berdampak pada perÂolehan laba bersih perusahaan kendati secara operasional sekÂtor hilir juga tumbuh positif," ujar Massa di Jakarta.
Meski pendapatan naik, laba bersih Pertamina anjlok 24 persen, dari 1,83 miliar dolar AS atau sekitar Rp 24,339 triliun di semesÂter I-2016, menjadi 1,40 miliar dolar AS (Rp 18,73 triliun).
"Pendapatan naik memang karena harga crude (minyak menÂtah) naik 30 persen. Tapi kenaiÂkan ini jadi menekan
net income dan
earnings before interest, tax, depreciation and amortization (EBITDA) kami, karena pemerintah menetapkan tidak ada keÂnaikan harga BBM hingga akhir tahun ini," jelas Massa.
Saat menghadiri upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-72 Republik Indonesia di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM), Boyolali Jawa Tengah, pada Kamis (17/8), Massa mengaÂtakan, Indonesia saat ini masih mengimpor minyak untuk keÂbutuhan di dalam negeri.
"Di momen hari kemerdekaan ini, Pertamina berusaha untuk terus meningkatkan produksi dan pengelolaan minyak dan gas (migas) sehingga Indonesia memiliki ketahanan energi yang maksimal. Selain itu, kami ingin agar sektor energi Indonesia lebih kompetitif," katanya.
Bekas Bos PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III Persero itu menambahkan, agar sektor miÂgas Indonesia kedepan semakin maju, semua pihak harus terinteÂgrasi. Mulai dari sisi regulator seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), SKK Migas, dan Kementerian Keuangan, dan Kementerian Koordinator Perekonomian.
"Integrasi juga dilakukan oleh BUMN-nya seperti Pertamina dan Perusahaan Gas Negara (PGN) serta PT PLN sebagai pembeli minyak dan gas," tutur Massa.
Gelontorkan CSR Rp 4,12 Miliar Dikesempatan yang sama, Pertamina menggelar kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) berupa Bedah Ruma bagi para Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) di Boyolali, serta menyalurkan berbagai proÂgram bantuan Pengembangan Desa, program pendidikan dan kesehatan serta pengembangan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat dengan nilai total Rp 4,12 miliar.
Vice President (VP) CSR & SME Partnership Program (SMEPP) Pertamina Agus Mashud mengatakan, bedah rumah veteran secara simbolis diberikan kepada lima orang veteran yang berasal dari KabuÂpaten Boyolali dan Klaten.
"Bantuan tersebut merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan sebagai rangkaian dari kegiatan BUMN Hadir untuk Negeri," ujar Agus.
Sementara untuk pengembangan desa, yang dilakukan oleh Pertamina adalah mengÂgandeng kelompok tani untuk mengembangkan perkebunan durian di desa Karanganyar, Kecamatan Musuk. Serta pengoÂlahan sampah, perkebunan buah naga dan penggemukan sapi susu di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali.
"Pertamina melalui TBBM Boyolali, melihat potensi yang sangat besar dari desa-desa di Boyolali. Olah karena itu, kita supÂport melalui sejumlah program. Kami percaya bahwa kunci dari keberhasilan program ini sesungÂguhnya adalah semangat dari para warganya," tegas Agus. ***