Berita

Jimly Asshiddiqie/Net

Wawancara

WAWANCARA

Jimly Asshiddiqie: Calon Komisioner Komnas HAM Harus Punya Wawasan Cinta Kemanusiaan

JUMAT, 21 JULI 2017 | 10:03 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Panitia Seleksi (Pansel) Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mulai melakukan tahapan wawancara calon komisioner Komnas HAM. Ada sembilan orang yang menjalani wawancara hari pertama yang digelar terbuka baru-baru ini. Total ada 28 orang calon komisioner Komnas HAM yang mengikuti tes wawan­cara yang digelar selama tiga hari. Berikut penuturan Ketua Panitia Seleksi calon Komisioner Komnas HAM, Jimly Asshiddiqie terkait tahap seleksi ini;

Apa saja komponen penilai­annya dalam tahap ini?
Soal integritas, soal kom­petensi, kapabilitas, dan yang terakhir independensi, harus independen. Mewakili aspirasi keadilan, jangan mewakili aspi­rasi mainstream.

Maksudnya jangan mewak­ili aspirasi mainstream?

Maksudnya jangan mewak­ili aspirasi mainstream?
Mainstream itu maksudnya mainstream politik, jangan, itu wilayahnya DPR. Biar mereka nanti yang putuskan soal mayoritas jalan pikiran yang benar. Nah, di Komnas HAM ini harus mewakili jalan pikiran lain yang lebih sub­stansial, menyangkut kemanu­siaan, walaupun kadang -kadang tidak populer. Ibaratnya kalau istilah saya majority rules itu demokrasi prosedural, sementara minority right ini demokrasi sub­stansial. Nah, ini harus gabung, harus utuh di Republik kita ini.

Jadi fungsi parlemen, fungsi partai, fungsi Komnas HAM itu harus berimbang. Maka tokoh -tokoh yang kami pilih itu harus mengerti masalah. Dia kuasai masalah-masalah human right, aturan -aturan internasional dan nasional, tapi yang jauh lebih penting mindset-nya bagaimana, cara berpikir dia.

Cara berpikir seperti apa yang Anda maksud?
Dia harus cinta kemanusiaan, biar bisa memanusiakan ma­nusia. Kalau wawasannya itu enggak cinta kemanusiaan bisa repot. Manusia itu kan beraneka ragam, warna kulitnya lain, agamanya lain, ada disabilitas, ada yang kecenderungan seksu­alnya aneh, tapi dia kan manusia juga. Masalahnya bagaimana anda bisa menangkap unsur manusianya. Anda tidak boleh membenci orang yang tidak cocok sama anda. Itu bukan dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Jadi dia harus punya wawasan cinta kemanusiaan. Bukan andanya yang dicintai, tapi anda sebagai manusia. Itu yang mau kami cari dari calon-calon ini. Maka, di samping in­tegritas, kompetensi, kapabilitas, dan independensi, tambah satu lagi, mindset tentang HAM. Ini bukan untuk kepentingan pansel, tapi untuk kepentingan bangsa. Kita perlu orang yang seperti itu, yang punya mindset kema­nusiaan yang adil dan beradab, sesuai sila ke-2 Pancasila.

Banyak pihak yang menggap kinerja Komnas HAM periode ini buruk?
Ya itulah, karena akibat konf­lik internal, dan juga akibat hubungan yang tidak sehat den­gan sekretariat. Makanya me­mang untuk perbaikan ke depan, di samping kami menyiapkan calon komisioner yang tepat, juga harus dilakukan evaluasi kelembagaan.

Evalusi yang seperti apa?
Jadi ada semacam penataan kembali kelembagaan. Misalnya apakah memang bisa sekre­tariat jenderal dengan Komnas Perempuan, Komnas Anak itu dikonsolidasikan dengan inde­pendensi masing-masing komi­sioner. Kan Komnas HAM sekarang sudah membentuk pansel untuk mencari sekjen nih. Mumpung sekarang sedang ada masalah, saya mengusulkan supaya jangan hanya mencari personalia.

Kenapa sampai harus dire­formasi lembaganya, ini kan masalah personel?

Karena kalau misalnya enggak sekaligus reformasi birokrasinya, saya khawatir siapapun yang ter­pilih nanti tetap saja mengalami kesulitan untuk bekerja.

Apa yang pansel lakukan terkait wacana reformasi kelembagaan tersebut?
Saya sudah usul ke Menko Polhukam, supaya pemerintah ambil inisiatif untuk melak­sanakan usulan tersebut. Ketua Komnas HAM juga sudah saya sarankan begitu, dan mereka menyatakan siap kalau diadakan rapat koordinasi dengan Menko, juga Kementerian Hukum dan HAM, Komnas Perempuan, Komnas Anak diundang seka­lian. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya