Berita

Ilustrasi/Net

Pertahanan

Puluhan Ribu Nelayan Akan Kepung Istana Minta Jokowi Copot Susi

RABU, 05 JULI 2017 | 21:26 WIB | LAPORAN:

Sebanyak sepuluh ribu massa nelayan dan mahasiswa dipersiapkan mengepung Istana Negara ke Jakarta, untuk menuntut pemerintahan Joko Widodo agar segera mencopot Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti. Susi dinilai membuat nelayan Indonesia kian sengsara oleh berbagai kebijakan yang diterapkannya.

Koordinator Aksi yang juga Ketua Front Nelayan Indonesia, Rusdianto Samawa menyampaikan, para peserta aksi berasal dari sejumlah daerah. Mulai dari Lamongan, Rembang, Tegal, Batam, Brebes, Indramayu, Tangerang, Sukabumi, Pandeglang, Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku hingga Jakarta.

"Sebanyak sepuluh ribu massa nelayan berama mahasiswa dari berbagai daerah akan ke Istana Negara pada Selasa hingga Rabu, 11-12 Juli 2017. Kami mendesak kepada Presiden untuk mencopot Susi Pudjiastuti dari jabatannya," tutur Rusdianto, dalam surat elektronik yang dikirimkan ke redaksi, Rabu malam (5/7).

Mereka juga akan meminta Presiden Jokowi juga untuk membatalkan berbagai kebijakan yang dikeluarkam oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, dikarenakan tidak pro nelayan.

"Kami juga mendesakkan kepada Kepolisian Republik Indonesia untuk memeriksa Susi Pudjiastuti terkait skandal impor garam," tuturnya.

Selain itu, lanjut Rusdianto, para demonstran juga akan meminta kepada KPK agar segera  memeriksa Susi Pudjiastuti terkait hasil audit BPK RI Disclaimer atau Tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion) setelah melalui proses audit yang ketat.

"Juga mendesak kepada Megawati Soekarnoputri agar tidak menahan-nahan Susi Pudjiastuti dari jabatannya," ujar Rusdianto.

Sementara itu, Koordinator Aksi Bidang Mahasiswa Anhar Tanjung, menyampaikan, aksi mengepung Istana kali ini pun adalah bentuk keprihatinan dunia perikanan tangkap yang dilarang menggunakan alat tangkapnya oleh Susi Pudjiastuti, pembudidaya ikan kerapu, industri perikanan kolaps dan peredaran kapal asing di laut Indonesia.

"Apalagi, Susi Pudjiastuti terlibat dalam beberapa skandal seperti pemberian rekomendasi impor garam, gagalnya tender pengadaan kapal, gagalnya pengadaan alat tangkap, hingga korupsi anggaran komando pemberantasan illegal fishing. Atas berbagai peristiwa tersebut sudah layak Susi Pudjiastuti disingkirkan dari kabinet, karena telah menyengsarakan nelayan," tutur Anhar.

Dia menegaskan, kemerdekaan nelayan tidak akan tercapai apabila penjajahan atas nelayan belum dihapuskan dari berbagai peraturan dan Undang Undang yang berlaku. "Nelayan menjadi korban bengisnya penguasa dengan berbagai produk kebijakan yang selama ini tidak mampu mensejahterakan," ujarnya.

Padahal, lanjut dia, UUD 1945 telah mengamanahkan bahwa rakyat yang di dalamnya ada nelayan, harus diberi ruang untuk mendapatkan nafkah keluarga, berkumpul dan berproduksi ekonomi. "Tetapi, sampai saat ini nelayan belum terlihat sejahtera karena negara sendiri memerasnya," kata Anhar.

Seharusnya, lanjut Anhar, dengan ditemukannya berbagai persoalan di atas, pemerintahan Jokowi-JK kiranya lebih bisa memberi manfaat kepada nelayan."Selama 3 tahun ini, perjuangan nelayan belum ada solusi yang bisa dijamin. Sehingga nelayan pun tak kunjung mendapat kesejahteraan dari negaranya sendiri," kata dia.

Sejauh inj, kata dia, pasangan Jokowi-JK malah membiarkan menteri Susi Pudjiastuti menindas nelayan dengan berbagai peraturan yang buatnya. "Menjadi menteri selalu monoton, tak pernah mau kompromi dan musyawarah dengan nelayan, sehingga tak pernah ada solusi dari setiap kebijakannya. Dan kami mengajak kepada seluruh petani nelayan, mahasiswa dan pemuda Indonesia untuk turun kejalan," ujarnya. [sam]

Populer

Demo di KPK, GMNI: Tangkap dan Adili Keluarga Mulyono

Jumat, 20 September 2024 | 16:22

Mantan Menpora Hayono Isman Teriak Tanah Keluarganya Diserobot

Jumat, 20 September 2024 | 07:04

KPK Ngawur Sebut Tiket Jet Pribadi Kaesang Rp90 Juta

Rabu, 18 September 2024 | 14:21

Kaesang Kucing-kucingan Pulang ke Indonesia Naik Singapore Airlines

Rabu, 18 September 2024 | 16:24

Fufufafa Diduga Hina Nabi Muhammad, Pegiat Medsos: Orang Ini Pikirannya Kosong

Rabu, 18 September 2024 | 14:02

Kaesang Bukan Nebeng Private Jet Gang Ye, Tapi Pinjam

Rabu, 18 September 2024 | 03:13

Makin Ketahuan, Nomor Ponsel Fufufafa Dicantumkan Gibran pada Berkas Pilkada Solo

Senin, 23 September 2024 | 09:10

UPDATE

Mentan Sudah Buat Blue Print Ketahanan Pangan era Prabowo

Sabtu, 28 September 2024 | 16:04

Tim Ekonomi Prabowo Harus Punya Orientasi Kemajuan

Sabtu, 28 September 2024 | 15:44

Rusuh, Diskusi Kebangsaan Din Syamsudin Dkk Diobrak-Abrik Preman

Sabtu, 28 September 2024 | 15:29

Ribuan Calon Buyer dari 107 Negara Bakal Hadiri Trade Expo Indonesia 2024

Sabtu, 28 September 2024 | 14:57

Pengurus IKA Unpad Jakarta Dilantik, Ini Susunannya

Sabtu, 28 September 2024 | 14:39

Indonesia dan China Perkuat Kerja Sama Hilirisasi Industri dan Smelter

Sabtu, 28 September 2024 | 14:23

Trailer Ballerina Dirilis, Siap Ulang Sukses John Wick

Sabtu, 28 September 2024 | 14:00

Arinal Tidak Pakai Atribut PDIP di Rakerdasus DPD Lampung

Sabtu, 28 September 2024 | 13:51

OJK Terapkan Konsep Fair Trade untuk Industri Perbankan yang Adil dan Berkelanjutan

Sabtu, 28 September 2024 | 13:28

PSMTI Janji Kawal Visi Ketahanan Pangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 28 September 2024 | 13:23

Selengkapnya