Berita

Xi Jinping dan Terry Branstad/net

Dunia

Dubes Baru Bertekad Hentikan Ancaman Korea Utara

SELASA, 27 JUNI 2017 | 08:39 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Duta Besar Amerika Serikat untuk China yang baru bulan lalu ditunjuk, Terry Branstad, mengungkapkan prioritas utamanya selama menjabat adalah menghentikan ancaman Korea Utara.

Selain itu, ia juga akan menyelsaikan ketidakseimbangan perdagangan AS-China. Demikian dikatakan Branstad dalam sebuah pesan video kepada rakyat China yang dirilis kemarin.

Terry Branstad adalah mantan Gubernur negara bagian Iowa. Ia digambarkan oleh Beijing sebagai "teman lama" China. Branstad ditunjuk oleh Presiden Donald Trump sebagai Dubes baru untuk RRC pada 22 Mei lalu, namun kedatangannya ke Beijin belum ditentukan lebih lanjut.


"Menyelesaikan ketidakseimbangan perdagangan bilateral, menghentikan ancaman Korut, dan memperluas hubungan orang ke orang antara AS dan China akan menjadi prioritas utama saya," kata Branstad, diberitakan Reuters.

Selama ini, Presiden Trump sangat berharap China dan presidennya, Xi Jinping, dapat memberikan pengaruh lebih besar pada Korea Utara. Meski dia mengatakan bahwa usaha China untuk mengendalikan program nuklir dan rudal Utara telah gagal.

Kementerian luar negeri China secara teratur mengatakan bahwa Beijing melakukan semua hal yang dapat dilakukan berkaitan dengan Korea Utara, dengan menerapkan sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, sementara juga mendorong dialog yang lebih luas untuk mengurangi ketegangan.

Menlu AS, Rex Tillerson, mengatakan bahwa dia telah meminta China untuk meningkatkan tekanan ekonomi dan politik terhadap Korea Utara dalam pertemuannya dengan diplomat China, Yang Jiechi, di Washington pekan lalu.

"Kami menghadapi banyak tantangan yang sama. Hubungan kuat AS-China yang kuat dapat berkontribusi terhadap solusi," kata Branstad dalam video tersebut, tanpa merinci tentang bagaimana dia berharap dapat bekerja dengan China.

Branstad juga menceritakan tiga dekade hubungannya dengan China. Mulai dari pertemuan pertamanya dengan Xi Jinping pada tahun 1984, sampai pada tahun 2012 ketika Xi Jinping sudah menjabat wakil presiden. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya