Berita

Foto Repro

Politik

FPI Game Over

SENIN, 26 JUNI 2017 | 08:55 WIB | OLEH: DJOKO EDHI ABDURRAHMAN

BANI Islam kalah. Bani Kotak menang. Bactiar Nasir sudah jinak. Apalagi? Puja-puji Nasir pun mengalir kayak air pancuran di Tapian Nauli.

Salah satu yang terpuji adalah program ekonomi umat dari Presiden Jokowi yang tiga bulan lalu dideklarasikan di Hotel Sahid Jakarta. Program 86.

Sebelumnya, Rais Aam PBNU, Prof KH Maruf Amin, meraih gelar profesor di UIN Malang untuk bidang Ilmu Ekonomi Keummatan. Sebuah cabang baru ilmu ekonomi di dunia ilmu ekonomi yang tengah saya pelajari. Maklum menyangkut Rais Aam saya di PBNU.


Dari tematik Ekonomi Keummatan itu, saya berkesimpulan bahwa Bani Islam kalah telak. Tadinya Bani Kotak kalah. Skornya 2:0. Yaitu, Ahok tumbang di pilkada DKI, dan masuk bui. Sejak temu pemimpin GMPF MUI kemarin, skornya 2:3. Bani Islam kalah.

Kalahnya di mana? Pertama, Bani Islam lempar handuk (menyerah). Ke Istana bersua Presiden Jokowi, dan kata berita, GNPF sudah mendukung Presiden Jokowi. Kalah.

Kedua, telah ada rekonsiliasi. Sebelumnya isu rekonsiliasi adalah pesan Habib Rizieq dari Saudi: "Rekonsiliasi atau Revolusi?". Lalu, Prof Yusril Izha Mahendra bicara proses rekonsiliasi. Jadi, jelas ide dan usulnya dari Habib Rizieq cq GNPF. Kalah.

Ketiga, Ahok masuk bui, tokoh-tokoh Bani Islam juga masuk bui. Tak ada deal pembebasan. Lebih maju saya bersama Bursah Zarnubi ke Tito Karnavian, masih punya deal pembebasan aktivis yang dituduh makar. Alhasil, skor Bani Islam kalah 3. Sedang Bani Kotak cuma kalah 2.

Bagi Ghonimahnya, Bro

Kita sudah pengalaman yang begini di politik Indonesia. Sudah tabiat. Ilmu reman. Bagi sajalah 86 nya. Ormas Islamnya ada 18, dikali Rp 1 triliun, baru Rp 18 triliun. Kecillah itu, kata Anak Medan. Satu taipan, lebih dari cukup untuk covered. Kasihkan ke James Riyadi saja, ambilkan dari Meikarta. Jadi keliru pernyataan Habil Marati, karena tak bicara persentase 86. Coba dihitung! Duit 86 masuk kategori ghonimah (pampasan perang). LOL.

Dampak rekonsiliasi ghonimah itu, luar biasa. Hal itu, karena publik Bani Islam tahu, ini bukan laksana perjanjian Hudaibiyah, tapi perjanjian 86. Niscaya takkan ada lagi demo jutaan. Niscaya tak bakal ada lagi Demo Bela Islam ke depan. Keikhlasan mereka dicabut, expired, kembali ke rumah Tuhannya. Mosok orang bersedia jalan kaki dari Cirebon ke Jakarta kalau tak ikhlas. Payah FPI.

Padahal saya sudah mengidolakan Habib Rizieq yang mampu berdakwah nahi mungkar. Sebab, tak mampu dilakukan oleh PBNU. PBNU hanya mampu berdakwah amal makruf (mengajak ke kebaikan), bukan dakwah nahi mungkar (melawan kejahatan). Kalau sama-sama amar makruf, di PBNU saja.

Luar Biasa Mukidi


Tak nyana Presiden Jokowi jenius. Mampu menjinakkan singa-singa Islam hanya dengan ghonimah Rp 18 T. Itu jika Rp 1 T per ormas Islam. Apalagi ke 18 ormas Islam itu kelak jadi timses pilpresnya. Kecil. Sangat kecil. Dengan ongkos ghonimah Rp 18 T, Presiden Jokowi melaju ke periode kedua Presiden RI, lus-mulus. Daripada bayar parpol yang pada akhirnya tetap saja ormas tadi yang bekerja.

Karena yang berjasa adalah Kapolri yang berhasil nakut-nakuti tokoh-tokoh GNPF, hampir pasti Tito Karnavian yang mendampingi Jokowi jadi Cawapres. [***]

Penulis adalah Mantan Anggota Komisi Hukum DPR dan Wakil Sekretaris Pemimpin Pusat Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama PBNU


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya