Berita

Salamuddin Daeng/Net

Politik

Memburuknya Ekonomi Indonesia 2017, Jokowi Kehilangan Pegangan Untuk Bertahan Sampai 2019

SENIN, 19 JUNI 2017 | 14:29 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

1. Kenaikan tarif dasar listrik dalam setengah tahun terakhir meningkatkan inflasi menjadi 4,9 persen dari rata-rata tahunan 3,2 persen. Sebetulnya kenaikan TDL tidak hanya menyerang hajat hidup orang banyak, tapi akan membawa dampak pada penerimaan pemerintah sendiri akibat penurunan daya beli, penurunnan konsumsi dan akhirnya penurunan pajak pemerintah.

2. Sektor perbankkan Indonesia memburuk yang ditandai dengan meningkatnya non-performing loans (NPL) perbakkan yang sudah berada diatas batas atas yang ditetapkan dalam Basel III threshold. Ini adalah implikasi kebijaka bunga yang mencekik. Sektor pemerintah dan sektor perbankkan berlomba menaikkan bunga untuk mengejar penerimaan. Dampaknya penurunan ekonomi, produksi dan akhirnya kredit macet.

3. Jakarta Composite Index (JCI) telah jatuh sekitar 8% tahun ini dan imbal hasil dari investasi asing dalam berbagai investasi di Indonesia telah jatuh. Investor asing memang merupakan faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi indonesia yang menginginkan imbal hasil yang lebih tinggi menghadapi inflasi dan defresiasi nilai tukar yang juga tinggi.

4. Defisit transaksi berjalan meningkat menjadi 1 persen GDP lebih tinggi dibandingkan dengan kwartal empat tahun 2016 sebesar 0,9 persen GDP. Untuk tahun 2017 defisit transaksi berjalan akan meningkat pada posisi 1.8 persen GDP. Defisit trannsaksi berjalan Rp 250 triliun sampai 300 triliun adalah angka sangat besar dalam kapasitas ekonomi Indonesia saat ini. Itulah yang menyebabkan resiko besar dalam nilai tukar yang akan menciptakan efek berganda dari defisit transaksi berjalan itu sendiri.

5. Resiko keuangan pemerintah terjadi disebabkan pemotongan anggaran 2016 yang menimbulkan ketidakpastian karena penganggaran APBN yang tidak realistik. Resiko keuangan indonesia yang besar menuntut imbal hasil yang lebih tinggi dalam surat utang negara yang akan menyulitkan pemerintah membayar bunga. Sementara pendapatan pajak pemerintah relatif menurun terhadap nilai tukar dibandingkan periode sebekumnya.

6. Defisit Anggaran Pendapatan dan bealnja Negara 2017 akan meningkat dari 2.4 persen GDP pada tahun 2016 menjadi 2,6 persen GDP pada tahun 2017. Itupun dengan asumsi penerimaan pajak tercapai. Jika tidak maka defisit bisa berada di atas tiga persen. Defisit di atas tiga persen berarti melewati batas yang ditetapkan UU keuangan negara. Jika pemerintah melakukan pemotongan anggaran belanja lagi maka akan semakin menurunkan kredibilitas indonesia dan selanjutnya menciptakan resiko keuangan lebih besar.

7.    Sampai dengan bulan Mei 2017 pemerintah telah mengambil 53 persen dari rencana utang untuk mengatasi defisit,penurunan penerimaan pendapatan negara, dan utang jatuh tempo. Padahal utang jatuh tempo pada tiga tahun ke depan sangat besa dan lima tahun ke depan sudah lebih dari seruh utang jatuh tempo.

8.    Penjualan ritel yang merupakan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi menurun tajam menjadi 4,6 persen sampai dengan Mei dibandingkan rata rata pertumbuhan kwartal II 2016 sebesar 9,5 persen. Daya beli masyarakat jatuh merupakan penyebab merosotnya penjualan ritel. Dampaknya buruk pada ekonomi karena 53 persen lebih pertumbuhan ditopang sektor konsumsi.

9.    Menurut Bank Dunia, tahapan pemilu yang akan dimulai pada tahun 2018 akan menghambat reformasi struktural, menimbulkan ketidakpastian dan akan menjadi pertimbangan utama bagi investor asing. Investor melihat jika imbal hasil lebih tinggi maka hanya itu yang akan menjadi daya tarik mereka pada 2017 -2019. Sementara kemampuan pemerintah membayar kewajiban bunga semakin melemah.[***]

Data disarikan dan dianalisis dari laporan World Bank yang terakhir (Juni 2017)


Penulis Merupakan Pengamat Ekonomi Politik Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)


Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

CM50, Jaringan Global dan Pemimpin Koperasi

Rabu, 12 Februari 2025 | 04:45

Telkom Salurkan Bantuan Sanitasi Air Bersih ke 232 Lokasi di Indonesia

Rabu, 12 Februari 2025 | 04:15

TNI Kawal Mediasi Konflik Antar Pendukung Paslon di Puncak Jaya

Rabu, 12 Februari 2025 | 03:45

Peran para Bandit Revolusioner

Rabu, 12 Februari 2025 | 03:19

Pengecer Gas Melon Butuh Kelonggaran Buat Naik Kelas

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:59

DPD Apresiasi Kinerja Nusron Selesaikan Kasus Pagar Laut

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:39

Telkom Beri Solusi Kembangkan Bisnis Lewat Produk Berbasis AI

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:19

Pengangkatan TNI Aktif sebagai Dirut Bulog Lecehkan Supremasi Sipil

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:59

Indonesia Perlu Pikir Ulang Ikut JETP

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:48

KPK Diminta Periksa Bekas Ketua MA di Kasus Harun Masiku

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:35

Selengkapnya