Berita

Ilustrasi

Nusantara

Ini Penjelasan dari Portugal Mengapa Cerita Gaj Ahmada Jadi Heboh

SABTU, 17 JUNI 2017 | 12:30 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

. Beberapa hari belakangan ini jagad dunia maya dihebohkan oleh cerita tentang jatidiri Mahapatih Amangkubhumi Majapahit Gajah Mada yang disebutkan memiliki nama asli Gaj Ahmada, dan merupakan seorang ulama Muslim.

Cerita ini dituliskan oleh pemilik akun Facebook Arif Barata.

”Mereka menyebutnya Gajahmada untuk memudahkan pengucapan dan belakangan ditulis terpisah menjadi Gajah Mada (walaupun hal ini salah). Kerajaan Majapahit mencapai puncak keemasan pada masa Patih Gaj Ahmada. Konon, kekuasaannya sampai ke Malaka (sekarang masuk wilayah Malaysia),” tulis Arif Barata.


Menurutnya, setelah mengundurkan diri dari tugasnya di Istana, Gajah Mada atau Gaj Ahmada dikenal dengan sebutan Syaikh Mada oleh masyarakat.

“Pernyataan ini diperkuat dengan bukti fisik yaitu pada nisan makam Gaj Ahmada di Mojokerto terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’.”

Entah dia serius, atau tidak, tapi ceritanya mendapat beragam tanggapan. Banyak yang menyebutnya menggunakan ilmu cocokologi, cabang ilmu yang juga tidak dikenal bahkan tidak ada dalam khasanah ilmu pengetahuan di negeri manapun.

Di tahun 2014 lalu pernah terbit sebuah buku berjudul “Fakta Mengejutkan Majapahit Kerajaan Islam” karya Herman Sinung Janutama. Buku ini pun dinilai nyeleneh karena memuat cerita yang tidak sesuai dengan cerita mainstream yang telah diakui kebenarannya.
 
Lantas mengapa cerita seperti Gaj Ahmada ini kembali viral dan ramai dibicarakan hari-hari ini?

Seorang mahasiswa Indonesia yang juga aktivis pergerakan dan kini sedang menyelesaikan pendidikan doktoral di Portugal, Akuat Supriyanto, punya pandangan menarik untuk menjawab pertanyaan terebut.

Melalui akun Facebook miliknya, Akuat Supriyanto mengatakan bahwa cerita tentang Gaj Ahmada itu adalah kisah lama.

Cerita-cerita ginian sudah saya dengar sejak dua dekade lalu. Termasuk soal Nabi Nuh orang Jawa atau kerajaan Sulaiman ada di Sleman,” tulisnya.

Adapun sekarang cerita seperti ini digas pol dan akhirnya ramai, karena sedang  terjadi kekosongan isu yang sesuai dengan selera dan naluri agresi masyarakat dumay.

“Mau ngeramein isu kenaikan TDL, eh, pencabutan subsidi jelas gak sesuai selera. Mau ngangkat soal Novel Baswedan arah-arahnya dikhawatirkan juga gak sesuai selera,” sambung Akuat.

Begitu juga dengan isu Pansus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga tidak sesuai dengan selera dan nurani agresi.

“Mau ngangkat soal pansus KPK apalagi, ujungnya pasti anti selera. Mau ngangkat isu 2019 malah membahayakan selera karena di baliho gede-gede itu ada gambar Pak Kumis jadi-jadian,” demikian Akuat. [dem]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya