Menjelang Hari Raya Idul fitri, kebutuhan akan uang receh sangat tinggi. Warga ibu kota menyerbu jasa penukaran uang di kawasan IRTI Monas, Gambir, Jakarta Pusat.
Antrean warga sudah terlihat sedari pagi, Selasa (13/6). Satu tenda berukuran besar penuh sesak warga yang ingin menukarkan berbagai uang pecahan. Seperti, Rp 20 ribu, Rp 10 ribu, Rp 5 ribu, Rp 2 ribu dan Rp 1.000.
Petugas kerap memberikan inÂformasi ke warga agar tetap antre dengan tertib. "Saya sudah antre dari jam 7 pagi, sampai sekarang belum juga selesai," ujar Yaman, warga Kalideres, Jakarta Barat hampir pukul 12 siang.
Tidak sendirian, Yaman berÂsama ratusan orang berdiri berhimpitan sembari berjalan pelan-pelan menuju meja petuÂgas di barisan depan. Di meja petugas, setiap warga yang antre mendapat nomor urut antrean sambil menunjukkan identitas diri berupa KTP.
Identitas ini diperlukan untuk menghindari penukaran lebih dari satu kali oleh orang yang saÂma sekaligus. Tujuannya, untuk menghindari adanya calo yang menukarkan uang untuk dijual kembali. "Saya tukar pecahan Rp 10 ribu untuk dibagikan ke kampung halaman," ujar Yaman yang akan mudik ke Medan, Sumatera Utara.
Usai mendapat nomor antrean, Yaman lantas menyusuri satu persatu deretan mobil penukaran uang di Lapangan IRTI Monas. Wanita yang mengenakan pakaianwarna gelap ini, terlihat kebingungan karena ada 14 moÂbil penukaran uang yang berasal dari berbagai bank, baik milik swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Tidak lama kemudian, seÂorang petugas mengarahkan Yaman untuk menukar uang di salah satu bank swasta yang telah diberi nomor di depannya. Setelah bertransaksi cukup lama, akhirnya wanita setengah baya ini tersenyum bahagia sambil membawa uang pecahan.
"Saya menunggu hampir 5 jam. Baru sekarang dapat uangÂnya," ucap Yaman.
Dia berharap ke Bank Indonesia dan bank lainnya untuk menyediakan uang pecahan yang lebih kecil. "Kalau bisa yang banyak disediakan itu pecahan Rp 10 ribu, Rp 5 ribu, Rp 2 ribu karena untuk dibagikan ke banyakorang," harapnya.
Bila pecahan yang disediakan hanya dalam jumlah besar seperti, Rp 50 ribu dan Rp 20 ribu, kata dia, tentu tidak akan banyak dilirik karena pecahan tersebut terlalu besar untuk dibagikan ke banyak orang. "Hanya orang kaya yang membagikan uang dalam jumlah segitu," kata dia.
Menjelang siang, sempat terÂjadi insiden kecil di tengah-tengah antrean. Penyebabnya, belasan warga yang telah antre sejak pagi, mendengar inforÂmasi dari petugas bahwa uang pecahan telah habis. Padahal, beberapa dari mereka telah beÂrada di depan meja petugas saat akan menunjukkan KTP diganti dengan nomor antrean.
"Saya sudah menunggu tigajam di sini. Sampai di depan petugas kok habis," keluh Rahmat kepada petugas yang berjaga.
Tidak terima dengan inforÂmasi tersebut, Rahmat bersama belasan warga lainnya yang keÂcewa, lantas mendatangi petugas Bank Indonesia (BI) di depan tenda antrean. "Tidak bisa begini caranya, Pak. Kalau memang sudah habis, harusnya dikasih tahu sejak awal biar kami tak mengantre terlalu lama," ucap Rahmat kepada petugas jaga.
Setelah berdebat beberapa saat, salah seorang petugas BI memuÂtuskan untuk mengambil kembali uang pecahan di Gedung BI yang lokasinya bersebelahan dengan lapangan Parkir IRTI Monas, Jakarta. Setelah mendapat penÂjelasan dari petugas, belasan warÂga yang semula kecewa akhirnya kembali ke barisan untuk antre karena mendapat kepastian akan mendapat uang pecahan.
Asisten Direktur Bagian Pengelolaan Uang BI Hidayat menyatakan, jasa penukaran uang pecahan di Lapangan Parkir IRTI Monas dibuka sejak 5 Juni hingga 16 Juni 2017. "Kami buka mulai jam 9 pagi sampai selesai," ujar Hidayat di Jakarta, kemarin.
Menurut Hidayat warga yang ingin menukar uang dibatasi jumlahnya, paling banyak Rp 3,7 juta. Dengan jumlah itu, warga bisa mendapatkan uang pecaÂhan dalam bentuk Rp 20 ribu, Rp 10 ribu, Rp 5 ribu dan Rp 2 ribu dengan masing-masing 100 lembar. "Ini dilakukan agar seÂmua warga bisa mendapat uang pecahan dan tidak dimonopoli pihak tertentu," tandasnya.
Setiap hari, lanjut Hidayat, setiap bank hanya menerima 100 orang untuk melakukan transaksi penukaran uang. "Di sini ada 14 bank, jadi ada 1400 orang yang kami layani," ujarnya.
Untuk penukaran uang pecaÂhan di Bank Indonesia, kata dia, setiap hari pihaknya menyediakan uang sebanyak Rp 300 juta dalam bentuk berbagai pecahan. "Kalau sudah habis uang pecahan, maka akan dilanjutkan esok hari. Jadi, duluan mana antara uang dan antrean yang habis," ucapnya.
Bila ada warga yang ingin menukar dalam jumlah lebih banyak, lanjutnya, maka disarankanuntuk menukar esok harinya. Sebab, setiap hari masyarakat hanya mendapat satu kali jatah transaksi. "Kami ingin asas pemerataan agar semua warga bisa menukar uang recehan," tegasnya.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta Doni P Joewono, jumlah tranÂsaksi penukaran uang yang digelar di Monas bisa menembus Rp 5,5 miliar per hari. "Total 14 mobil masing-masing dibagi 100 paket. Satu paketnya itu Rp 3,7 juta, sehingga total sekitar Rp 5,5 miliar per hari," ujar Doni.
Doni menambahkan, BI dan 13 bank lainnya sepakat, besaran penukaran uang baru dibatasi maksimal Rp 3,7 juta per orang. Uang tersebut akan ditukarkan dengan pecahan yang bervariasi mulai dari Rp 2 ribu hingga pecahan Rp 20 ribu.
"BI melakukan pelayanan sejak 22 Mei sampai 22 Juni 2017. Sedangkan 13 bank yang lain sejak 5 Juni gabung sampai 16 Juni 2017," sebutnya.
Menurut Doni, pelayanan penukaran uang dibuka sejak pukul 08.00 WIB setiap harinya. Seluruh bank siap melayani warga yang ingin menukarkan uang laÂma ke uang baru tanpa dipungut biaya. Untuk itu, dia mengimbau kepada masyarakat yang ingin menukar uang rupiah baru, agar bisa datang lebih pagi.
Sebab, dikhawatirkan stok uang rupiah habis jelang tengah hari. "Penukaran sampai jam 2 siang. Kita maksimal 1.400 nomor. Biasanya, sebelum jam 2 siang sudah habis," ucapnya. ***