Berita

Foto/Net

On The Spot

Setelah Lima Jam Antre Baru Dapat Duit Receh

Melihat Penukaran Uang Di Monas
KAMIS, 15 JUNI 2017 | 10:02 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Menjelang Hari Raya Idul fitri, kebutuhan akan uang receh sangat tinggi. Warga ibu kota menyerbu jasa penukaran uang di kawasan IRTI Monas, Gambir, Jakarta Pusat.

Antrean warga sudah terlihat sedari pagi, Selasa (13/6). Satu tenda berukuran besar penuh sesak warga yang ingin menukarkan berbagai uang pecahan. Seperti, Rp 20 ribu, Rp 10 ribu, Rp 5 ribu, Rp 2 ribu dan Rp 1.000.

Petugas kerap memberikan in­formasi ke warga agar tetap antre dengan tertib. "Saya sudah antre dari jam 7 pagi, sampai sekarang belum juga selesai," ujar Yaman, warga Kalideres, Jakarta Barat hampir pukul 12 siang.

Tidak sendirian, Yaman ber­sama ratusan orang berdiri berhimpitan sembari berjalan pelan-pelan menuju meja petu­gas di barisan depan. Di meja petugas, setiap warga yang antre mendapat nomor urut antrean sambil menunjukkan identitas diri berupa KTP.

Identitas ini diperlukan untuk menghindari penukaran lebih dari satu kali oleh orang yang sa­ma sekaligus. Tujuannya, untuk menghindari adanya calo yang menukarkan uang untuk dijual kembali. "Saya tukar pecahan Rp 10 ribu untuk dibagikan ke kampung halaman," ujar Yaman yang akan mudik ke Medan, Sumatera Utara.

Usai mendapat nomor antrean, Yaman lantas menyusuri satu persatu deretan mobil penukaran uang di Lapangan IRTI Monas. Wanita yang mengenakan pakaianwarna gelap ini, terlihat kebingungan karena ada 14 mo­bil penukaran uang yang berasal dari berbagai bank, baik milik swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Tidak lama kemudian, se­orang petugas mengarahkan Yaman untuk menukar uang di salah satu bank swasta yang telah diberi nomor di depannya. Setelah bertransaksi cukup lama, akhirnya wanita setengah baya ini tersenyum bahagia sambil membawa uang pecahan.

"Saya menunggu hampir 5 jam. Baru sekarang dapat uang­nya," ucap Yaman.

Dia berharap ke Bank Indonesia dan bank lainnya untuk menyediakan uang pecahan yang lebih kecil. "Kalau bisa yang banyak disediakan itu pecahan Rp 10 ribu, Rp 5 ribu, Rp 2 ribu karena untuk dibagikan ke banyakorang," harapnya.

Bila pecahan yang disediakan hanya dalam jumlah besar seperti, Rp 50 ribu dan Rp 20 ribu, kata dia, tentu tidak akan banyak dilirik karena pecahan tersebut terlalu besar untuk dibagikan ke banyak orang. "Hanya orang kaya yang membagikan uang dalam jumlah segitu," kata dia.

Menjelang siang, sempat ter­jadi insiden kecil di tengah-tengah antrean. Penyebabnya, belasan warga yang telah antre sejak pagi, mendengar infor­masi dari petugas bahwa uang pecahan telah habis. Padahal, beberapa dari mereka telah be­rada di depan meja petugas saat akan menunjukkan KTP diganti dengan nomor antrean.

"Saya sudah menunggu tigajam di sini. Sampai di depan petugas kok habis," keluh Rahmat kepada petugas yang berjaga.

Tidak terima dengan infor­masi tersebut, Rahmat bersama belasan warga lainnya yang ke­cewa, lantas mendatangi petugas Bank Indonesia (BI) di depan tenda antrean. "Tidak bisa begini caranya, Pak. Kalau memang sudah habis, harusnya dikasih tahu sejak awal biar kami tak mengantre terlalu lama," ucap Rahmat kepada petugas jaga.

Setelah berdebat beberapa saat, salah seorang petugas BI memu­tuskan untuk mengambil kembali uang pecahan di Gedung BI yang lokasinya bersebelahan dengan lapangan Parkir IRTI Monas, Jakarta. Setelah mendapat pen­jelasan dari petugas, belasan war­ga yang semula kecewa akhirnya kembali ke barisan untuk antre karena mendapat kepastian akan mendapat uang pecahan.

Asisten Direktur Bagian Pengelolaan Uang BI Hidayat menyatakan, jasa penukaran uang pecahan di Lapangan Parkir IRTI Monas dibuka sejak 5 Juni hingga 16 Juni 2017. "Kami buka mulai jam 9 pagi sampai selesai," ujar Hidayat di Jakarta, kemarin.

Menurut Hidayat warga yang ingin menukar uang dibatasi jumlahnya, paling banyak Rp 3,7 juta. Dengan jumlah itu, warga bisa mendapatkan uang peca­han dalam bentuk Rp 20 ribu, Rp 10 ribu, Rp 5 ribu dan Rp 2 ribu dengan masing-masing 100 lembar. "Ini dilakukan agar se­mua warga bisa mendapat uang pecahan dan tidak dimonopoli pihak tertentu," tandasnya.

Setiap hari, lanjut Hidayat, setiap bank hanya menerima 100 orang untuk melakukan transaksi penukaran uang. "Di sini ada 14 bank, jadi ada 1400 orang yang kami layani," ujarnya.

Untuk penukaran uang peca­han di Bank Indonesia, kata dia, setiap hari pihaknya menyediakan uang sebanyak Rp 300 juta dalam bentuk berbagai pecahan. "Kalau sudah habis uang pecahan, maka akan dilanjutkan esok hari. Jadi, duluan mana antara uang dan antrean yang habis," ucapnya.

Bila ada warga yang ingin menukar dalam jumlah lebih banyak, lanjutnya, maka disarankanuntuk menukar esok harinya. Sebab, setiap hari masyarakat hanya mendapat satu kali jatah transaksi. "Kami ingin asas pemerataan agar semua warga bisa menukar uang recehan," tegasnya.

Menurut Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta Doni P Joewono, jumlah tran­saksi penukaran uang yang digelar di Monas bisa menembus Rp 5,5 miliar per hari. "Total 14 mobil masing-masing dibagi 100 paket. Satu paketnya itu Rp 3,7 juta, sehingga total sekitar Rp 5,5 miliar per hari," ujar Doni.

Doni menambahkan, BI dan 13 bank lainnya sepakat, besaran penukaran uang baru dibatasi maksimal Rp 3,7 juta per orang. Uang tersebut akan ditukarkan dengan pecahan yang bervariasi mulai dari Rp 2 ribu hingga pecahan Rp 20 ribu.

"BI melakukan pelayanan sejak 22 Mei sampai 22 Juni 2017. Sedangkan 13 bank yang lain sejak 5 Juni gabung sampai 16 Juni 2017," sebutnya.

Menurut Doni, pelayanan penukaran uang dibuka sejak pukul 08.00 WIB setiap harinya. Seluruh bank siap melayani warga yang ingin menukarkan uang la­ma ke uang baru tanpa dipungut biaya. Untuk itu, dia mengimbau kepada masyarakat yang ingin menukar uang rupiah baru, agar bisa datang lebih pagi.

Sebab, dikhawatirkan stok uang rupiah habis jelang tengah hari. "Penukaran sampai jam 2 siang. Kita maksimal 1.400 nomor. Biasanya, sebelum jam 2 siang sudah habis," ucapnya. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

UPDATE

Survei INSTRAT: RK-Suswono Unggul Jelang Pencoblosan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 14:02

Eksaminasi Kasus Mardani Maming, Pakar Hukum: SK Bupati Tidak Melanggar UU

Minggu, 06 Oktober 2024 | 14:02

Isran-Hadi Tingkatkan Derajat Wanita Kalimantan Timur

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:43

Maroko Bantah Terlibat dalam Putusan Pengadilan Uni Eropa Soal Perjanjian Pertanian dan Perikanan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:25

FKDM Komitmen Netral di Pilkada Jakarta

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:21

Ariyo Ardi dan Anisha Dasuki Jadi Moderator Debat Perdana Pilkada Jakarta

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:18

Aliansi Rakyat Indonesia Ajak Warga Dunia Dukung Kemerdekaan Palestina

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:58

Serangan Israel di Masjid Gaza Bunuh 18 Orang

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:49

Program Makan Bergizi Gratis Tingkatkan Peran Ekonomi Rakyat

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:28

Pertemuan Prabowo-Megawati Tak Perlu Didorong-dorong

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:18

Selengkapnya