Berita

Bisnis

Momentum Krisis Keuangan Global Picu Percepatan Ekonomi Syariah Di Inggris

RABU, 07 JUNI 2017 | 11:32 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Perkembangan ekonomi Islam di Inggris menjadi fenomena yang menarik mengingat Inggris bukanlah negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Bahkan, saat menjadi tuan rumah World Islamic Economic Forum (WIEF) tahun 2013, David Cameron selaku Perdana Menteri mendeklarasikan tujuan Inggris sebagai pusat Ekonomi Islam  di luar negara mayoritas muslim.

Merespon hal tersebut, Bidang Hubungan Luar Negeri PP KAMMI bersama ASEAN Young Leaders Forum (AYLF) Indonesia menyelenggarakan Diskusi Online pada Sabtu (3/6) kemarin. Lathifa Hapsari (Kandidat M.Sc Durham University-United Kingdom) didapuk menjadi narasumber diskusi dan Afif Pratama Putra (Bidang Hubungan Luar Negeri PP KAMMI) sebagai moderator memandu jalannya diskusi bertemakan "Kebangkitan Ekonomi Islam di Inggris."

Diskusi Online KAMMI dan AYLF Indonesia kali ini diikuti ratusan mahasiswa dan pemuda dari berbagai daerah di Indonesia. Tercatat juga perwakilan mahasiswa dari manca negara seperti IKRAM Siswa Malaysia, AYLF Filipina, dan Inggris.

Lathifa menjelaskan secara historis invasi Inggris ke Pakistan, India dan Bangladesh berakibat masuknya banyak muslim ke Inggris.

"Banyaknya warga muslim ini kemudian meningkatkan permintaan terhadap ekonomi syariah, sehingga berdampak pula pada pertumbuhan industri yang signifikan. Bank Al-Baraka mengawali geliat ekonomi Islam di Inggris pada tahun 1983," katanya.

Namun yang menjadi pemicu utama melesatnya ekonomi Islam di Inggris adalah pernyataan Perdana Menteri David Cameron tahun 2013 silam.

"Bahwa fenomena ini terjadi atas dasar aturan negara, dimana Inggris memperhatikan kesetaraan dan secara konsisten mempromosikannya. Pemerintah menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang tidak dapat mengakses layanan keuangan hanya karena iman mereka," ungkapnya.

Alumnus Universitas Brawjiaya itu menjelaskan bahwa ada satu hal yang membuat ekonomi Islam menarik banyak peminat, terutama di bidang investasi. Dalam perspektif investor, sukuk (instrumen seperti obligasi syariah) adalah produk yang paling menarik dari industri, nilainya bahkan lebih tinggi dari industri perbankan.

Selanjutnya, ia mengungkapkan kejadian yang menjadikan titik lompatan Ekonomi Islam. Yaitu momentum krisis 2008 memicu percepatan Ekonomi Syariah karena investor perlu menggalang dana sekaligus menuntut keamanan dalam investasi.

"Produk Ekonomi Islam, berbeda dari konvensional dalam hal kepemilikan dan keterkaitannya dengan sektor ekonomi riil. Pada krisis 2008, banyak instrumen konvensional hanyalah kertas tanpa didukung aset, saat pasar terguncang, investor dirugikan karena kehilangan kekayaan mereka. Hal ini melanggar Maqashid Syariah berupa penjagaan harta," imbuhnya.

Sebagai penutup, Lathifa menekankan bahwa berbicara Ekonomi Islam sangat luas dan memiliki beberapa hal yang jauh berbeda dan tak mampu diadopsi barat.

"Kontribusi perbankan di banyak sisi terhadap keuangan syariah memang menarik dan mudah dikenali oleh pasar (masyarakat). Tapi alih-alih hanya berbicara soal itu, Islam memiliki instrumen yang sangat berbeda yang hanya dimiliki oleh Islam bahkan tidak mampu diduplikasi oleh peradaban barat. Wakaf dan zakat sangat penting untuk mencapai pemasukan finansial, untuk menyediakan dana, akses, penjangkauan, dan keberlanjutan. Tugas kita yakni membuat instrumen ini memainkan peran vitalnya," pungkasnya. [zul]

Populer

Demo di KPK, GMNI: Tangkap dan Adili Keluarga Mulyono

Jumat, 20 September 2024 | 16:22

Mantan Menpora Hayono Isman Teriak Tanah Keluarganya Diserobot

Jumat, 20 September 2024 | 07:04

Makin Ketahuan, Nomor Ponsel Fufufafa Dicantumkan Gibran pada Berkas Pilkada Solo

Senin, 23 September 2024 | 09:10

Pasukan Berani Mati Bela Jokowi Pembohong!

Minggu, 22 September 2024 | 14:03

Kejagung di Bawah ST Burhanuddin, Anak Buah Jalan Masing-masing

Rabu, 25 September 2024 | 17:11

Akun Fufufafa Ganti Nama dari Gibran jadi Slamet Gagal Total

Senin, 23 September 2024 | 08:44

KPK Harus Serius Usut Dugaan Korupsi Keluarga Jokowi

Jumat, 20 September 2024 | 15:05

UPDATE

Aset Pegadaian Moncer Terus, Akhir Tahun Diprediksi Bisa Tembus Rp100 Triliun

Senin, 30 September 2024 | 07:59

Janji Ridwan Kamil-Suswono, Wujudkan Kepulauan Seribu sebagai Kawasan Ekonomi Wisata

Senin, 30 September 2024 | 07:44

Buku Baru Admiral Rosihan Arsyad

Senin, 30 September 2024 | 07:43

Balas Rudal Houthi, Puluhan Jet Israel Bombardir Yaman

Senin, 30 September 2024 | 07:35

Praktisi Hukum: Integritas Kejagung Makin Bobrok!

Senin, 30 September 2024 | 07:21

Stimulus Tidak Cukup, Aliran Dana Asing ke China hanya Sementara

Senin, 30 September 2024 | 07:19

Bikin Bangga, Tiga Anak Hebat Ini Lestarikan Seni Budaya Daerah

Senin, 30 September 2024 | 07:01

Bukan Cuma Lebanon, Israel juga Tingkatkan Serangan ke Yaman

Senin, 30 September 2024 | 07:00

Kapolri Didesak Usut Aktor Utama Kericuhan Diskusi Diaspora

Senin, 30 September 2024 | 06:21

Dukung Program Makan Bergizi Gratis, Baznas Optimalkan Peran Mustahik

Senin, 30 September 2024 | 06:04

Selengkapnya