Razia yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di bulan Ramadan ini justru mendapatkan banyak kritikan dari netizen. Banyaknya makanan berbahaya yang beredar di pasaran versi BPOM merupakan tradisi tiap tahun yang tidak kunjung selesai.
Guna mengawasi ada tidaknya penggunaan bahan kimia berbahaya dalam makanan untuk berbuka puaÂsa, BPOM terus gencar melakukan sidak (inspeksi mendadak). "Saat Ramadan sudah mulai kita melakuÂkan pemeriksaan takjil yang menÂgandung bahan berbahaya. Tentunya kita bekerja sama dengan pemerintah daerah," ujar Kepala BPOM Penny K Lukito di kantornya, Jl Percetakan Negara, Jakarta Pusat, kemarin.
Selain operasi takjil, BPOM akan mengecek produk makanan di toko, minimarket, dan pusat perbelanjaan. Produk makanan yang dijual akan dicek tanggal kedaluwarsa, kondisi produk, serta izin edarnya.
"Targetnya pangan olahan kedaluÂwarsa, pangan yang rusak (penyok, kaleng berkarat). Pelaksanaan kegÂiatannya dilakukan secara mandiri maupun terpadu di seluruh Indonesia pada 2 minggu sebelum Ramadan sampai dengan 1 minggu setelah Lebaran," ucap Penny.
Namun, kesigapan BPOM saat memasuki bulan Ramadhan justru direspon sinis oleh masyarakat dumay alias dunia maya. Dalam komentar berita portal detik.com, sejumlah akun melayangkan kritikan negatif buat BPOM.
Akun @gondez_man mengaku keÂcewa dengan kinerja BPOM selama ini. Pasalnya, dia melihat kesigapan BPOM acapkali baru kelihatan jeÂlang bulan puasa Ramadhan, setahun sekali. "Apa manfaatnya? Apa biar kelihatan kerja? Kenapa cuma setaÂhun sekali? Kenapa gak tiap bulan? Anggaran dipangkas sama depkeuÂkah (Kementrian Keuangan-red)?," sindirnya.
"Ini kenapa razia jadi cuma setahun sekali aja? Kenapa ga tiap 3 bulan sekali?," timpal @odz197, senada.
"Makanan baik yang murah dan yang mahal. Baik makanan pokok maupun tambahan sudah tentu akan dikonsumsi tiap hari. Jadi BP POM jangan hanya sibuk kerja saat lebaran saja," saran akun @jameÂsambone.
"Seharusnya Badan POM razia bukan hanya waktu puasa tapi setiap hari," komentar akun @jogjahebat.
Akun @hermantjtj menganggap sidak BPOM itu hanya sia-sia. "Percuma klo cuma tahu aja tanpa ada efek jera. Kasihan konsumen dong. Orang yang berbuat kejahatan harus dihukum," tulisnya.
"Kerja BPOM cuma kasih kabar penemuan formalin dan kadaluarsa doang. Mana usaha pencegahan biar ga (tidak-red) dibuat lg? mana tindakan penggerebegan pabriknya? mana tindakan lanjutan k proses hukumnya?" sindir akun @soÂbandi02.
"Dari sekian banyak berita temuan makanan mengandung bahan berbaÂhaya, kok ga pernah lihat berita penÂangkapan/penggrebekan pembuatnya ya?" tanya akun @aji.sentosa.
"Kok sidak terus.Yang penting si pembuat dipidanakan. Habis2kan uang operasinal dan kelihatannya perduli.Tangkap dan hukum penjara," kata akun @robert.ariefsetiabudi.
Kendati demikian, BPOM terÂus mengimbau masyarakat teliti saat membeli produk makanan. Konsumen harus mencermati kualiÂtas produk. Salah satu kandungan berbahaya yang seringkali ditemuÂkan adalah Rodhamin B, seperti cuitan akun @BPO_RI.
"Hasil pengawasan takjil 2016, dari 2367 sampel,(6,55%) sampel mengandung rhodamin B (mutiara, pacarcina, cedol, es delima, agar-agar, dsb..)," cuitnya.
BPOM tetap berpesan agar kaÂpanpun konsumen tidak terkecoh dengan barang mahal tapi dijual murah. "Kita mesti curiga. Kita mesti hati-hati, teliti, dan harus menjadi konsumen cerdas. Jangan cuma membeli dengan harga murah tapi efeknya yang panjang nanti kita rasakan," kata Penny.
Di Twitter, akun @bangzainhs mewanti-wanti tweeps untuk lebih berhati-hati dalam memilih takjil. "Harap berhati-hati untuk memilih & membeli Takjil, pastikan makanan yang kita beli bebas dari zat perÂwarna, pengawet," ajaknya.
Akun @aomirailine1112 mengaku lebih khawatir pada takjil-takjil yang dibagikan secara gratis yang marak dilakukan saat bulan puasa. "Emang takjil gratis sesuatu yang bahaya," tweetnya.
"[5]tahun lalu #BPOM menemuÂkan makanan & minuman (mamin) takjil yang mengandung #Borax & Rhodamin B. Dharma berharap tahun ini tidak," kicau akun @radiopatria.
Sementara itu, di Riau, Dinas Kesehatan (Diskes) Kepulauan Meranti pada Senin (29/5) menÂemukan takjil yang dijual di Bazar Ramadan Jalan Ahmad Yani Selat Panjang mengandung zat berbahaya. Dari 9 sampel yang dicek, satu di antaranya positif mengandung Rhodamin B atau pewarna tekstil.
Beberapa takjil yang dicek antara lain, es teler, es warna pink, kue-kue berwarna mencolok, pempek, kue berwana pink, panganan ubi, dan es doger. Sedangkan fokus pengecekan adalah bahan-bahan berbaya jika dikonsumsi seperti Borax, Formalin, Rhodamin B, Metanil Yello.
Kepada pedagang, Diskes akan memberikan teguran dan pembinaan langsung. Pedagang diingatkan betul agar tidak lagi menggunakan pewarna pakaian untuk makanan. ***