Berita

Politik

Boneka-boneka Mematikan

KAMIS, 25 MEI 2017 | 13:59 WIB | OLEH: YAN DARYONO



PERANG proksi atau proxy war adalah pengembangan dari perang asimetris. Perang proksi disebut juga sebagai perang boneka. Yakni ketika dua negara yang kuat berseteru tapi tidak mau terlihat oleh dunia internasional, maka kedua negara tersebut  akan menggunakan negara yang lebih lemah untuk menjadi “alat” atau “boneka” dalam peperangan tersebut. Misalnya sebagai salah satu contoh nyata adalah perang antara Afghanistan-Pakistan. Kedua negara di Timur Tengah itu merupakan “alat” atau “boneka” perang proksi antara Pemerintah Amerika Serikat vs  Pemerintah Rusia.

Melalui penggunaan perang proksi, kedua negara kuat yang sedang bertikai dapat meminimalisir biaya dan resiko di pihak masing-masing. Namun yang justru menanggung resiko besar adalah negara yang menjadi “alat” atau “boneka” peperangan tersebut. Negara-negara lemah itulah yang menanggung kehancuran fisik seperti infrastruktur, bangunan dan sarana penting lainnya. Bahkan menanggung dampak psikologis bagi rakyatnya yang menjadi korban peperangan tersebut. Baik yang tewas, luka-luka mau pun yang terpaksa harus mengungsi ke negara lain untuk memperoleh suaka.


Perang proksi akan dilakukan oleh negara-negara yang kuat, semata-mata untuk memperluas wilayah kekuasaan dan eksplorasi sumber daya alam yang dimiliki oleh negara-negara boneka. Karena dengan melalui pelaksanaan perang proksi tersebut, negara-negara kuat dapat secara leluasa menjarah kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara-negara boneka.Sehingga tujuan mencapai kemakmuran bagi rakyat negara-negara kuat itu dapat terpenuhi seperti yang diharapkan.

Ada pun negara-negara kuat yang dimaksud, ialah negara-negara yang memiliki kekuatan ekonomi, sumber daya manusia maju dan memiliki militer yang kuat serta didukung tehnologi persenjataan yang super modern. Negara-negara demikian itu akan sangat berkepentingan terhadap sumber daya alam yang dimiliki oleh negara-negara lemah, untuk dikuasai dan dieksplorasi demi kemamkmuran negaranya.

Perang hibrida atau hybrid warfare tergolong sebagai perang modern yang merupakan pengembangan dan kombinasi dari perang konvensional, perang asimetris dan perang proksi. Oleh sebab itu perang hibrida ini menggunakan perpaduan antara metode militer dan non militer pada masa damai untuk mencapai tujuan militer. Maka tujuan dari perang hibrida adalah memenangkan kampanye konklusif melalui penggunaan kekuatan dan kekerasan, atau mempersiapkan aksi militer yang sangat menentukan.

Karena potensinya untuk memicu terjadinya konflik bersenjata, antara militer dengan militer, atau militer dengan separatis, terorisme dan semacamnya, perang hibrida digolongkan sebagai ancaman terhadap serangan militer konvensional yang membahayakan dan menimbulkan resiko korban nyawa atau kehancuran fisik. Meskipun perang ini diawali dengan perang informasi melalui sosial media atau pun media mainstream, tapi ujung-ujungnya akan berakhir pada perang konvensional atau dalam bentuk konflik senjata yang melibatkan militer. Oleh sebab itu pula, aksi terorisme selain termasuk dalam pola perang asimetris juga termasuk dalam pola perang hibrida ini.
    
Dari uraian singkat yang telah disampaikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Perang Generasi ke Empat merupakan Perang Modern. Perang yang bisa melibatkan militer dengan militer dalam suatu perang konvensional, namun bisa juga sebagai perang sipil yang tidak mengenal batas wilayah, tidak menjunjung norma dan etika perang, tidak mengenal batas waktu dan bisa terjadi kapan saja serta dimana saja, dilakukan oleh siapa saja.

Namun perang modern ini akan selalu diawali dengan perang informasi, penyebaran isu sebagai bentuk perang urat syaraf (psywar ) lalu membentuk opini yang meresahkan dan membingungkan masyarakat di suatu kelompok, wilayah bahkan negara. Tujuan perang modern  ini sangat sederhana yaitu mengalahkan dan menguasai.

Maka untuk menyikapi terjadinya perang modern di negeri kita, setiap warga bangsa di negeri ini harus memiliki integritas yang kuat dan kesadaran penuh terhadap kondisi bangsa serta negaranya. Membangun persatuan yang kokoh, saling  menjaga  dan  melindungi  serta  tidak  mudah  terhasut atau terpengaruh isu-isu menyesatkan. Yaitu  sebagai bangsa yang dewasa dan cerdas! Bangsa yang memiliki kesadaran penuh terhadap nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. [Selesai/***]

Penulis adalah pemerhati isu-isu keamanan dan pertahanan. Tinggal di Bandung. Tulisan ini adalah bagian terakhir dari empat bagian tulisan.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya