Berita

Pertahanan

Pengamat Intelijen: Embrio Terorisme Sudah Ada Di Tengah Masyarakat

KAMIS, 25 MEI 2017 | 08:05 WIB | LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI

RMOL. Peristiwa terorisme yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di Kampung Melayu, Jakarta, tentu saja memprihatinkan semua pihak.

Demikian disampaikan pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Kertopati. Menurut Susaningtyas, memberantas terorisme adalah tanggung jawab semua warga negara yang mencintai tanah air, dan bukan hanya tanggung jawab lembaga intelijen, polisi atau TNI saja.

Dalam analisa Susaningtyas, embrio terorisme sudah ada di tengah masyarakat. Karena itu, semua pihak harus berperan aktif terhadap gejala sosial radikalisme. Harus diwaspadai bersama juga elemen-elemen yang sekiranya mudah terpengaruh radikalisme.

"Ini semua butuh peran aktif secara inter-departemental. Kemendikbud, Kementerian Sosial, Kementerian Agama juga bekerja aktif hingga ke tingkat akar rumput masyarakat agar ajaran-ajaran dan ajakan-ajakan yang radikal bisa terbendung dan sedapat mungkin diberantas," kata Susaningtyas dalam keterangan beberapa saat lalu (Kamis, 25/5).

Menurut Nuning, demikian ia disapa, apa yang terjadi pada konser musik Arianna Grande di Inggris menandakan Lembaga Intelijen Inggris MI6 juga butuh peran kewaspadaan masyarakat dimanapun dan kapanpun terhadap lingkungannya. Padahal mereka juga sudah lakukan deteksi dini.

"Di negara kita peran serta tokoh masyarakat untuk ikut memerangi terorisme sangat besar. Pola patron client di negara kita ini masih besar untuk suatu hal didengar dan dijalankan," jelasnya.

Nuning menambahkan, BIN sebagai koordinator tentu saja sangat membutuhkan kerjasama yang baik dan simultan dengan seluruh elemen masyarakat. Sehingga tidak ada celah bagi mereka yang ingin bermain di air keruh. Masyarakat pun harus memberikan support positif kepada BIN, Polri, TNI, BNPT, Kementerian Sosial, Agama dan Pendidikan untuk memerangi terorisme.

"Deradikalisasi juga harus menggunakan berbagai pendekatan dari soft power yang bersifat pendekatan kultural hingga hard power jika dibutuhkan. Jangan lupa ISIS masuk ke semua negara juga melalui pendekatan budaya," demikian Susaningtyas. [ysa]

Populer

Demo di KPK, GMNI: Tangkap dan Adili Keluarga Mulyono

Jumat, 20 September 2024 | 16:22

Mantan Menpora Hayono Isman Teriak Tanah Keluarganya Diserobot

Jumat, 20 September 2024 | 07:04

Makin Ketahuan, Nomor Ponsel Fufufafa Dicantumkan Gibran pada Berkas Pilkada Solo

Senin, 23 September 2024 | 09:10

Pasukan Berani Mati Bela Jokowi Pembohong!

Minggu, 22 September 2024 | 14:03

Kejagung di Bawah ST Burhanuddin, Anak Buah Jalan Masing-masing

Rabu, 25 September 2024 | 17:11

Akun Fufufafa Ganti Nama dari Gibran jadi Slamet Gagal Total

Senin, 23 September 2024 | 08:44

KPK Harus Serius Usut Dugaan Korupsi Keluarga Jokowi

Jumat, 20 September 2024 | 15:05

UPDATE

Aset Pegadaian Moncer Terus, Akhir Tahun Diprediksi Bisa Tembus Rp100 Triliun

Senin, 30 September 2024 | 07:59

Janji Ridwan Kamil-Suswono, Wujudkan Kepulauan Seribu sebagai Kawasan Ekonomi Wisata

Senin, 30 September 2024 | 07:44

Buku Baru Admiral Rosihan Arsyad

Senin, 30 September 2024 | 07:43

Balas Rudal Houthi, Puluhan Jet Israel Bombardir Yaman

Senin, 30 September 2024 | 07:35

Praktisi Hukum: Integritas Kejagung Makin Bobrok!

Senin, 30 September 2024 | 07:21

Stimulus Tidak Cukup, Aliran Dana Asing ke China hanya Sementara

Senin, 30 September 2024 | 07:19

Bikin Bangga, Tiga Anak Hebat Ini Lestarikan Seni Budaya Daerah

Senin, 30 September 2024 | 07:01

Bukan Cuma Lebanon, Israel juga Tingkatkan Serangan ke Yaman

Senin, 30 September 2024 | 07:00

Kapolri Didesak Usut Aktor Utama Kericuhan Diskusi Diaspora

Senin, 30 September 2024 | 06:21

Dukung Program Makan Bergizi Gratis, Baznas Optimalkan Peran Mustahik

Senin, 30 September 2024 | 06:04

Selengkapnya