Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Rating Boleh Naik, Tapi Ekonomi Stagnan Dan Daya Beli Rakyat Merosot

SENIN, 22 MEI 2017 | 13:54 WIB | OLEH: GDE SIRIANA

BOLEH saja kita bertepuk tangan setelah S&P menaikkan rating surat utang Indonesia dari BB+ ke BBB-. Mungkin setelah kasus yang menimpa JP Morgan beberapa bulan lalu, S&P kini tidak ingin senasib serupa. Hanya menduga-duga.

Bagaimanapun, Indonesia telah melakukan kebijakan pengetatan anggaran (austerity policy)  dengan “memuaskan”. Dan akhirnya selalu ada anggaran untuk membayar utang kepada para pemegang surat utang (bond holder).

Kewajiban terhadap 1 persen penduduk terkaya, para investor pemegang surat utang, ditunaikan, tetapi tetap dengan mengorbankan perekonomian riil rakyat.


Di luar hingar bingar rating S&P itu, situasi riil perekonomian Indonesia sebenarnya tidak terlalu baik.  Berikut ini adalah fakta-fakta yang perlu diperhatikan terkaitnya.

Penerimaan Pajak Turun

Bila tidak mengikutkan tax amnesty, maka pendapatan pajak 2016 adalah sebesar Rp 998 triliun, atau sekitar 73,6 persen dari target APBN Perubahan 2016 sebesar Rp 1.355 triliun. Sementara setahun sebelumnya, 2015, total pendapatan pajak adalah sebesar Rp 1.060 triliun, atau sekitar 81,9 persen dari target APBN Perubahan 2015 sebesar Rp 1.294 triliun.

Utang Naik

Posisi utang luar negeri pemerintah Indonesia mengalami kenaikan cukup signifikan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko, di tahun 2015 utang pemerintah adalah sebesar Rp 3.165 triliun. Kini (posisi Januari 2017), utang pemerintah sudah berada di posisi Rp 3.549 triliun, atau naik Rp 384 triliun.

Stagnasi Ekonomi

Memang pertumbuhan PDB Indonesia kuartal I 2017 sebesar mengalami peningkatan 0,09 persen bila dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2016. Namun bila dibandingkan kuartal sebelumnya, terjadi penurunan sebesar -0,34%. Sehingga dapat dibilang telah terjadi stagnasi ekonomi.

Investor pun merespon stagnasi ekonomi ini dengan mengurangi investasi mereka di Indonesia.Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan bahwa pertumbuhan investasi asing langsung/foreign direct investment (FDI) sebesar 0,9% sepanjang kuartal pertama tahun 2017 adalah yang  paling lambat dalam lima tahun terakhir.

Daya Beli Rakyat Merosot

Biro Pusat Statistik (BPS) mengumumkan upah riil harian buruh tani mengalami kenaikan 0,62 persen. Sedangkan upah riil buruh bangunan (tukang bukan mandor) malah mengalami penurunan sebesar -0,07 persen. Jadi pertumbuhan 5 persen tidak dirasakan oleh kelas rakyat tersebut, tidak cukup tingkatkan kesejahteraan mereka.

Kebijakan neoliberal semacam pencabutan subsidi untuk 18 juta konsumen listrik 900 VA pasti akan semakin menekan daya beli rakyat. Maka wajar bila muncul perlawanan dari berbagai elemen gerakan minggu-minggu ini. Padahal banyak solusi efisiensi di tubuh PLN yang jauh lebih besar dari pencabutan subsidi 18 juta konsumen 900VA.

Kehidupan rakyat memang sedang sulit. Bersamaan dengan dicabutnya subsidi listrik, survey yang dilakukan salah satu industri yang memproduksi barang kebutuhan sehari-hari (semacam sabun, shampoo, dan kecap) menemukan fakta menarik. Ditemukan, bahwa di kalangan menengah ke bawah rakyat terjadi peralihan dari sabun cair ke sabun batangan; dan juga peralihan ke kemasan sachet kecil untuk produk shampoo dan kecap.[***]


Pengamat dari Soekarno Institute For Leadership


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya