Berita

M Nasir/net

Nusantara

Pemerintah Jokowi Akan Pelototi Kampus Dan Larang Mahasiswa Berpolitik

KAMIS, 18 MEI 2017 | 02:14 WIB | LAPORAN:

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohammad Nasir melarang keberadaan organisasi tak berlandaskan Pancasila di kampus-kampus. Pemerintah kata Nasir akan mencegah munculnya bibit radikalisme di kampus-kampus.

"Semua organisasi yang ada tidak berlandaskan Pancasila dan UUD ini yang tidak boleh ada di kampus. Serta organisasi yang merendahkan orang lain, merendahkan agama dan tokoh lain, ini yang tidak boleh ada di kampus. Tolong para rektor, para dosen, direktur, ketua jurusan itu mengawal betul ya apa yang terjadi di situ," kata Nasir di kemenristek dikti, Jakarta Selatan, Rabu (17/5).

Tak hanya itu, Nasir juga berpesan agar kampus tidak dijadikan sebagai tempat untuk permainan politik bagi mahasiswa didalamnya. Pemerintah menekankan fungsi kampus adalah sebagai tempat belajar.


"Kampus itu jangan sampai bermain politik di dalam kampus. Tidak boleh ada politik, ini mengakibatkan benturan di keluarga dan pertemanan. Saya sangat berharap jangan sampai kampus dijadikan permainan politik yang menyebabkan ada perdebatan. Kampus adalah untuk pengembanagan akademik," kata Nasir di hadapan para rektor dan civitas akademika itu.

Untuk itu, pemerintah, kata menteri asal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu telah menugaskan para rektor untuk rutin melaporkan hasil pemantauan dan kegiatan yang dicurigai berpotensi masalah. Termasuk kata Nasir juga masalah peredaran narkotika.

"Melakukan tindakan kepada pihak atau organisasi mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan radikalisme atau yang bermasalah," tegas Nasir.

Lebih lanjut, Nasir pun membeberkan beberapa langkah-langkah yang akan diambil pemerintah untuk menghalau gerakan radikalisme atau anti-Pancasila di kampus, salah satunya dengan bela negara.

"Pemerintah akan membuat program yang menyangkut general education di dalamnya. Ada bela negara dan wawasan kebangsaan. Ke depan, pendidikan karakter akan kita dorong terus," kata Nasir.

Nasir pun mengingatkan dosen-dosen dan direktur serta para rektor, selain mengawasi organisasi dan kegiatan kampus yang tidak berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, perlu ada program yang mendidik tentang nilai agama, Pancasila, dan kebangsaan.

"Perlu adanya general education. Harapannya, keterlibatan semua dosen dan mahasiswa terkait penambahan wawasan kebangsaan dan cinta Tanah Air serta pluralisme," demikian Nasir.[san]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Slank Siuman dari Jokowi

Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02

Setengah Juta Wisatawan Serbu Surabaya

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30

Pilkada Mau Ditarik, Rakyat Mau Diparkir

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19

Bukan Jokowi Jika Tak Playing Victim dalam Kasus Ijazah

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00

Sekolah di Aceh Kembali Aktif 5 Januari

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50

Buruh Menjerit Minta Gaji Rp6 Juta

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07

Gegara Minta Duit Tak Diberi, Kekasih Bunuh Remaja Putri

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01

Jokowi-Gibran Harusnya Malu Dikritik Slank

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45

Pemprov DKI Hibahkan 14 Mobil Pemadam ke Bekasi hingga Karo

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05

Rakyat Tak Boleh Terpecah Sikapi Pilkada Lewat DPRD

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02

Selengkapnya