Menkumham Yasonna Laoly rupanya tak asbun soal ancaman pembunuhan terhadap Ahok. Politisi PDIP ini mengaku punya bukti berupa video.
Yasonna mengungkapkan, ancaman pembunuhan terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sudah ada sebelum dirinya divonis majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Karena itulah Ahok dipindah dari Rutan Cipinang ke rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. "Ya ada ancaman, sebelum divonis saja ada ancaman," ungkap Yasonna di kantor Kemenko Polhukam, kemarin.
Yasonna tak asal omong. Dia mengaku mengantongi bukti ancaman itu. Bukti itu didapat dari informasi intelijen. Salah satu bukti itu berupa video, yang menurut Yasonna sudah beredar di situs Youtube. "Kami dapat informasi dari intelijen di mana-mana. Video di Youtube pun ada," selorohnya.
Yasonna berjanji akan menunjukkan video itu. "Pokoknya sama seperti dibuat. Tapi memang ada media yang bombastis cara membuatnya," imbuh Yasonna.
Namun, faktor keamanan bukan satu-satunya alasan Ahok dipindahkan dari rutan Cipinang. Alasan lainnya, massa pendukung Ahok dikhawatirkan akan kembali mengganggu ketertiban lalu lintas di kawasan Cipinang. Yang pasti, "Pemindahan sudah dikoordinasikan dengan Kapolri," ujar Yasonna.
Sebelumnya, Yasonna juga sempat menyatakan, Ahok dipindahkan karena banyak narapidana yang tak memilihnya saat Pilkada 2017.
"Itu alasan keamanan. Di dalam juga ada narapidana teroris. Ada juga setelah data kami lihat, yang enggak memilih Ahok banyak," ujar Yasonna, Rabu (10/5) lalu.
Namun, kepolisian membantah adanya ancaman pembunuhan terhadap terpidana kasus penistaan agama itu. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, polisi belum mendengar laporan adanya ancaman pembunuhan itu. "Sebenarnya tidak ada juga ya. Kami belum mendengar seperti itu," ujar Argo di Mapolda Metro Jaya, kemarin.
Argo berpendapat, kecil kemungkinan tahanan dibunuh di dalam penjara. Sebab, pengamanan di dalam rutan ketat. Apalagi, sekelas Cipinang.
Senada, Karutan Cipinang Asep Sutandar menyatakan tak ada ancaman selama Ahok berada di dalam penjara. "Kalau ancaman belum ada," tutur Asep saat dikonfirmasi wartawan, kemarin.
Namun, Asep tak menampik, ada kekhawatiran hal itu akan terjadi. Sebab, selain kasus yang menjerat Ahok tergolong sensitif, di dalam rutan juga mendekam tahanan yang dijebloskan saat Ahok menjabat Gubernur Jakarta. "Ada yang seperti kasus UPS (unit
power supply). Beberapa lagi proses dan ditahan di sini," beber Asep.
Dia mencontohkan, pemindahan serupa pernah dilakukan terhadap AKBP Brotoseno yang terjerat kasus suap cetak sawah. "Di dalam rutan ada yang ditangkap-tangkapi oleh dia (Brotoseno). Tentu ada kekhawatiran," imbuhnya.
Karena itu dia menilai wajar jika seorang tahanan pindah rutan. Dan biasanya, pemindahan dilakukan ke rutan Mako Brimob lantaran lokasi yang luas dan personel keamanan yang lebih banyak.
Selain keamanan Ahok, rutan juga mempertimbangkan aksi massa pendukung Ahok 9 Mei lalu yang membuat situasi di dalam dan luar rutan menjadi tidak kondusif.
Menkopolhukam Wiranto tak mau mengomentari ancaman itu. Dia menyerahkan hal itu kepada kepolisian. "Serahkan ke polisi saja. Negeri kita ini adalah negeri berdasarkan hukum. Nggak ada orang yang seenaknya membunuh orang. Yang macam-macam itu nggak ada. Lapor polisi saja, yang mengancam siapa," tegas Wiranto di kantornya, kemarin.
Kuasa hukum Ahok, I Wayan Sudirta, mengaku sudah mendengar kabar adanya ancaman terhadap kliennya. "Tapi saya tidak melacaknya," ujar Sudirta, kemarin.
Siapa yang mengancam Ahok, Sudirta tak mau berspekulasi. Dia hanya menyebut, hal ini berkaitan dengan ranah politis. "Anda tahu kan posisi politiknya Pak Ahok kayak apa? Saya enggak boleh berandai-andai dan menuduh-nuduh," katanya.
Ahok sendiri sepertinya tak memusingkan kabar tersebut. Adik Ahok, Fify Lety Indra menyebut, kakaknya menghabiskan waktunya di dalam rutan dengan membaca Al Kitab.
Kuasa hukum Ahok lainnya, Rolas Sitinjak menambahkan, Ahok juga sering membaca buku dengan beralasakan tikar. "Beliau baik-baik saja," ungkap Rolas.
Sementara tandem Ahok di Pilgub DKI, Djarot Saiful Hidayat mengaku tidak tahu soal ancaman itu. "Nggak tahu saya. Tanya Pak Yasonna," ujar Plt Gubernur DKI itu di Balai Kota, kemarin. ***